Mapre, sebut saja namanya demikian, adalah mantan preman yang biasa malak, yang sudah insaf karena nasihat istrinya yang tercinta. Penghasilan harian yang biasa disetor istrinya merupakan hasil perbuatan yang banyak merugikan orang lain.
Dengan demikian setoran sudah tidak lagi, sedangkan pekerjaan lain susah didapat. Mungkin calon majikan-pun berpikir panjang untuk mau mempekerjakan Mapre. Alhasil, sehari-harinya Mapre hanya duduk bengong saja di rumah. Karena sayangnya, sang istri selalu membesarkan hatinya untuk tetap bersabar.
Seperti biasanya hari itu Mapre kongkow-kongkow di bangku depan rumah, dilihat serombongan orang berbondong-bondong menuju ke suatu tempat.
"Bang, itu orang-orang pada mau kemana ya ?",ujar istri membuyarkan lamunan Mapre,"Kali ada rejeni yang dapat buat makan kita hari ini", lanjut istri-nya. Belum sempat menjawab, istrinya menimpali lagi,"Yo Bang ikut saja, mudah-mudahan kita dapat rejekinya". Berangkatlah Mapre dan istrinya mengikuti serombongan bapak dan ibu tadi. Ternyata rombongan itu adalah majelis taklim yang akan mengikuti pengajian rutin di masjid yang tak jauh dari rumah Mapre. Karena sudah keburu ikutan, Mapre dan istri bergabung dalam rombongan mengdengarkan ceramah dari p Ustad. Kebetulan topik yang dibahas pada pagi itu adalah Berkahnya Sholawat. Pak Ustad dengan pembawaan yang menarik dan humor manarik perhatian majelis taklim yang hadir, termasuk Mapre dan istri.
"....salah satu kunci kunci rejeki adalah sholawat...", demikian salah sata bagian isi ceramah nya.
Mapre menyenggol lengan istrinya sambil berbisik,"Yok pulang aja".
"Kenapa Bang", tanya istrinya heran.
"Sudah ketemu kuncinya rejeki",jawabnya sambil tersenyum mantap. Tanpa bertanya lagi, istrinya-pun ngeloyor pergi mengikuti suaminya.
Sesampai di rumah-pun Mapre menggelar tikar di ruang depan rumahnya, dan mulai mengucapkan kalimat-kaliman sholawat,"Ashadu Allah Illahaillah Waashadu anna Muhammad Rasulullah".Pagi, sore dan malam, Mapre melakukan terus menerus tanpa lelah. Kadang-kadang dengan suara keras smapai tetangga dan orang-orang yang lalu-lalang mendengar suaranya.
Hari ke-2,3,4 dst, tak henti-nya Mapre mengucapkan sholawat.Sehingga masyarakat sekelilingnya menjuluki Mapre dengan Kyai Sholawat. Namun demikian rejeki yang diharapkan belum membuka pintu rejekinya.
Ditengah ke-putusasa-annya, tiba-tiba ada utusan dari pimpinan tertinggi wilayah dimana Mapre tinggal bertandang ke rumahnya. "Saya diutus Raja untuk memanggil pak Kyai Sholawat,"pinta utusan tersebut. Kekagetan melanda Mapre dan istrinya. Selain karena dipanggil Kyai Sholawat, juga ada apa Raja memanggilnya, pikirnya.
"Kami kehilangan mahkota kerajaan beberapa waktu yang lalu, pihak keamanan sampai saat belum berhasil menemukan siapa pencurinya,"kata Raja,"Saya minta tolong Kyai Sholawat untuk membantu menemukan mahkota kerajaan",lanjutnya.
"Rupanya Raja tahu kalau saya mantan preman, tapi belum kalau saya sudah insaf", pikir Mapre."Maaf Raja, saya tidak menolak, saya merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan permintaan Raja",jawab Mapre dengan memelas.
"Saya perintahkan untuk melalukan",kata Raja dengan suara agak keras. Mapre mulai bertambah bingung bagaimana caranya menolak,
"Baik Raja, tapi ada syaratnya", jawab Mapre.
"Katakan apa syaratnya",tantang Raja.
"Hamba mohon disiapkan ayam bakar lengkap,"jawab Mapre.
"Masalah kecil,"pikir Raja. "Berapa ayam yang harus saya siapkan", kata Raja lagi.
"Malam pertama 1 ekor, malam ke-2 dua ekor, malam ke-3 tiga ekor sampai dengan malam ketujuh",pinta Mapre. Entah pikiran dari mana yang mampir ke otak Mapre. Hampir seluruh wilayah mendengar permintaan raja kepada kyai Sholawat, termasuk para pencuri mahkota kerajaan.
Ditengah-tengah kegalauan para pencuri, pimpinan pencuri (boleh jadi mantan sohib-nya Mapre), memutuskan untuk mengirimkan seorang utusan untuk menyelidiki apa yang dilakukan Mapre sehari-harinya.
Seperti biasa, Mapre melakukan ritual rutin yang dilakukan sehari-hari membaca sholawat, dari pagi sampai malam. Utusan pencuri melaksanakan tugasnya malam hari melakukan pengintaian rahasia di rumah Mapre. Ditengah-tengah keasikan mengintip kegiatan Mapre, seseorang menyodorkan ayam bakar lengkap di depan Mapre. Rupanya utusan Raja untuk memenuhi persyaratan yang diminta Mapre.
"Wah pak Kyai tahu kalau ada yang sedang mengintip",pikir utusan pencuri sambil diam-diam meninggalkan rumah Mapre. Utusan pencuri melaporkan kejadian itu kepada pimpinan. Melalui rapat pencuri pada malam itu juga diputuskan untuk mengirimkan dua orang utusan guna menyelidiki kegiatan Mapre pada kari kedua.
Pada hari ke-2, Mapre melakukan ritual yang sama, bersholawat dengan suara yang teratur kadang-kadang lembat-keras berselang-seling. Seperti yang dilakukan pada malam pertama, kedua utusan pencuri bergantian mengintip apa yang dilakukan Mapre. Pada saat yang sama seseorang mengantar dua ekor ayam bakar ke depan meja kecil yang ada di depan Mapre.
"Cilaka pak Kyai tahu kalau kita sedang ngintip,"pikir utusan pencuri. Berdasarkan laporan dari kedua pencuri ini, rapat para pencuri memutuskan untuk mengutus 3 pencuri dengan tugas melakukan hal yang sama dengan malam sebelumnya.
Pada malam ke-3, sampai malam ke-7 kejadian yang sama berlangsung yang membuat pimpinan pencuri agak keder hatinya. Akhirnya pada malam ke-7 diputuskan untuk menyerahkan mahkota kepada Kyai Sholawat pada esok harinya.
"Pak Kyai kami dengan sukarela menyerahkan mahkota yang kami curi, tapi dengan syarat janganlah kami dihukum," pinta pimpinan pencuri. Ditengah kegaluaan Mapre ada rasa kegembiraan yang terpancar di wajah Mapre,"Baik, aku akan mintakan permohonan mu pada Raja", jawab Mapre.
Walhasil mahkota kerajaan diserahkan ke Raja, dan keluarga istana menyambut dengan sukacita dan memenuhi persyaratan yang diminta para pencuri. Berkibarlah nama Kyai 'Mapre' Sholawat.
Hidupnya berubah menjadi lebih baik berkat bersholawat.
Beberapa hari kemudian, giliran sekelompok ulama mengundang Kyai Sholawat untuk menghadiri peringatan keagamaan disuatu masjid tertentu yang sudah tua. "Undangan apa lagi ini",pikir Mapre. Karena tidak mempunyai pemikiran yang macam, Mapre dengan rasa percaya diri berangkat-lah menuju lokasi undangan, yaitu masjid yang konon merupakan masjid tertua di wilayah tersebut. Dalam perjalanan menuju acara tersebut, salah seorang panitia meminta kepada Mapre untuk dapat memberikan khutbah yang merupakan acara utama dalam peringatan tersebut.
"Mati aku", pikir Mapre. Wajar saja Mapre berpikir demikian, walaupun orang sekeliling menjuluki Kyai Sholawat, sebenarnya Mapre hanya bisa mengucap sholawat doang. Sholat saja masih belum benar gerakannya, apalagi bacaannya.
"Apa yang harus aku lakukan",pikir Mapre. Kelihatan dahinya terlihat lekukan tiga tingkat gelombang, menandakan dia sedang beripikir keras.
"Baik, tapi saya punya sarat", kata Mapre.
"Apa kira-kira syaratnya pak Kyai",balas kyai Somad, utusan panitia. "Saya minta semua barisan yang ada didepan mimbar saya khotbah, dikosongkan sampai ke pintu keluar",pinta Mapre selanjutnya.
Setibanya dimasjid, mesjidnya memang tua sekali, beberapa tiang penyangga kelihatan sudah lapuk dan dimakan rayap, beberapa panitia meminta jamaah untuk mengosongkan barisan yang ada di depan mimbar. Sampailah saat yang ditunggu, Mapre dipersilahkan untuk naik ke mimbar memberikan tausiah. Dengan langkah agak loyo Mapre maju menuju mimbar.
"Assalamualaikum", salam Mapre kepada hadirin. Salam pendek yang tidak lajim diucapkan di mimbar-mimbar resmi seperti ini. Maklum ini pertama kali Mapre memberikan khotbah. Setelah mengucapkan dan mengajak sholawat kepada para hadirin, Mapre meninggal kan mimbar dan berlari kencang melewati baris kosong di depan. Kabur.Mapre merasa nggak mampu lagi apa yang harus diucapkan.
Semua jamaah pada kaget dan bengong semua. Secara spontan mereka berebutan mengikuti Mapre keluar masjid. Gerakan yang tidak terduga dan secara tiba-tiba serta bersamaan oleh semua hadirin berakibat buruk pada struktur bangunan yang memang sudah lapuk dan tua. Sedikit demi sedikit terdengar bunyi patahan kayu penyangga bangunan. Tentu saja semakin menambah kepanikan hadirin yang berebut keluar melalui pintu atau apapun yang bisa menjadi jalan keluar.
Alhasil setelah semua hadirian tiba di luar, ambruk-lah bangunan masjid dan alhamdulillah tidak ada jamaah yang cedera. Beramai-ramai hadirin memuji kehebatan Kyai Sholawat sehingga bencana terjadi tanpa korban.
Kyai Sholawat mendapatkan kunci untuk hidup yang lebih baik berkat sholawat.
Rangkuman dari pengajian Hikmah Pagi di Stasiun TVRI Pusat Jakarta pada hari Kamis tanggal 13 Januari 2011.
Dengan demikian setoran sudah tidak lagi, sedangkan pekerjaan lain susah didapat. Mungkin calon majikan-pun berpikir panjang untuk mau mempekerjakan Mapre. Alhasil, sehari-harinya Mapre hanya duduk bengong saja di rumah. Karena sayangnya, sang istri selalu membesarkan hatinya untuk tetap bersabar.
Seperti biasanya hari itu Mapre kongkow-kongkow di bangku depan rumah, dilihat serombongan orang berbondong-bondong menuju ke suatu tempat.
"Bang, itu orang-orang pada mau kemana ya ?",ujar istri membuyarkan lamunan Mapre,"Kali ada rejeni yang dapat buat makan kita hari ini", lanjut istri-nya. Belum sempat menjawab, istrinya menimpali lagi,"Yo Bang ikut saja, mudah-mudahan kita dapat rejekinya". Berangkatlah Mapre dan istrinya mengikuti serombongan bapak dan ibu tadi. Ternyata rombongan itu adalah majelis taklim yang akan mengikuti pengajian rutin di masjid yang tak jauh dari rumah Mapre. Karena sudah keburu ikutan, Mapre dan istri bergabung dalam rombongan mengdengarkan ceramah dari p Ustad. Kebetulan topik yang dibahas pada pagi itu adalah Berkahnya Sholawat. Pak Ustad dengan pembawaan yang menarik dan humor manarik perhatian majelis taklim yang hadir, termasuk Mapre dan istri.
"....salah satu kunci kunci rejeki adalah sholawat...", demikian salah sata bagian isi ceramah nya.
Mapre menyenggol lengan istrinya sambil berbisik,"Yok pulang aja".
"Kenapa Bang", tanya istrinya heran.
"Sudah ketemu kuncinya rejeki",jawabnya sambil tersenyum mantap. Tanpa bertanya lagi, istrinya-pun ngeloyor pergi mengikuti suaminya.
Sesampai di rumah-pun Mapre menggelar tikar di ruang depan rumahnya, dan mulai mengucapkan kalimat-kaliman sholawat,"Ashadu Allah Illahaillah Waashadu anna Muhammad Rasulullah".Pagi, sore dan malam, Mapre melakukan terus menerus tanpa lelah. Kadang-kadang dengan suara keras smapai tetangga dan orang-orang yang lalu-lalang mendengar suaranya.
Hari ke-2,3,4 dst, tak henti-nya Mapre mengucapkan sholawat.Sehingga masyarakat sekelilingnya menjuluki Mapre dengan Kyai Sholawat. Namun demikian rejeki yang diharapkan belum membuka pintu rejekinya.
Ditengah ke-putusasa-annya, tiba-tiba ada utusan dari pimpinan tertinggi wilayah dimana Mapre tinggal bertandang ke rumahnya. "Saya diutus Raja untuk memanggil pak Kyai Sholawat,"pinta utusan tersebut. Kekagetan melanda Mapre dan istrinya. Selain karena dipanggil Kyai Sholawat, juga ada apa Raja memanggilnya, pikirnya.
"Kami kehilangan mahkota kerajaan beberapa waktu yang lalu, pihak keamanan sampai saat belum berhasil menemukan siapa pencurinya,"kata Raja,"Saya minta tolong Kyai Sholawat untuk membantu menemukan mahkota kerajaan",lanjutnya.
"Rupanya Raja tahu kalau saya mantan preman, tapi belum kalau saya sudah insaf", pikir Mapre."Maaf Raja, saya tidak menolak, saya merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan permintaan Raja",jawab Mapre dengan memelas.
"Saya perintahkan untuk melalukan",kata Raja dengan suara agak keras. Mapre mulai bertambah bingung bagaimana caranya menolak,
"Baik Raja, tapi ada syaratnya", jawab Mapre.
"Katakan apa syaratnya",tantang Raja.
"Hamba mohon disiapkan ayam bakar lengkap,"jawab Mapre.
"Masalah kecil,"pikir Raja. "Berapa ayam yang harus saya siapkan", kata Raja lagi.
"Malam pertama 1 ekor, malam ke-2 dua ekor, malam ke-3 tiga ekor sampai dengan malam ketujuh",pinta Mapre. Entah pikiran dari mana yang mampir ke otak Mapre. Hampir seluruh wilayah mendengar permintaan raja kepada kyai Sholawat, termasuk para pencuri mahkota kerajaan.
Ditengah-tengah kegalauan para pencuri, pimpinan pencuri (boleh jadi mantan sohib-nya Mapre), memutuskan untuk mengirimkan seorang utusan untuk menyelidiki apa yang dilakukan Mapre sehari-harinya.
Seperti biasa, Mapre melakukan ritual rutin yang dilakukan sehari-hari membaca sholawat, dari pagi sampai malam. Utusan pencuri melaksanakan tugasnya malam hari melakukan pengintaian rahasia di rumah Mapre. Ditengah-tengah keasikan mengintip kegiatan Mapre, seseorang menyodorkan ayam bakar lengkap di depan Mapre. Rupanya utusan Raja untuk memenuhi persyaratan yang diminta Mapre.
"Wah pak Kyai tahu kalau ada yang sedang mengintip",pikir utusan pencuri sambil diam-diam meninggalkan rumah Mapre. Utusan pencuri melaporkan kejadian itu kepada pimpinan. Melalui rapat pencuri pada malam itu juga diputuskan untuk mengirimkan dua orang utusan guna menyelidiki kegiatan Mapre pada kari kedua.
Pada hari ke-2, Mapre melakukan ritual yang sama, bersholawat dengan suara yang teratur kadang-kadang lembat-keras berselang-seling. Seperti yang dilakukan pada malam pertama, kedua utusan pencuri bergantian mengintip apa yang dilakukan Mapre. Pada saat yang sama seseorang mengantar dua ekor ayam bakar ke depan meja kecil yang ada di depan Mapre.
"Cilaka pak Kyai tahu kalau kita sedang ngintip,"pikir utusan pencuri. Berdasarkan laporan dari kedua pencuri ini, rapat para pencuri memutuskan untuk mengutus 3 pencuri dengan tugas melakukan hal yang sama dengan malam sebelumnya.
Pada malam ke-3, sampai malam ke-7 kejadian yang sama berlangsung yang membuat pimpinan pencuri agak keder hatinya. Akhirnya pada malam ke-7 diputuskan untuk menyerahkan mahkota kepada Kyai Sholawat pada esok harinya.
"Pak Kyai kami dengan sukarela menyerahkan mahkota yang kami curi, tapi dengan syarat janganlah kami dihukum," pinta pimpinan pencuri. Ditengah kegaluaan Mapre ada rasa kegembiraan yang terpancar di wajah Mapre,"Baik, aku akan mintakan permohonan mu pada Raja", jawab Mapre.
Walhasil mahkota kerajaan diserahkan ke Raja, dan keluarga istana menyambut dengan sukacita dan memenuhi persyaratan yang diminta para pencuri. Berkibarlah nama Kyai 'Mapre' Sholawat.
Hidupnya berubah menjadi lebih baik berkat bersholawat.
Beberapa hari kemudian, giliran sekelompok ulama mengundang Kyai Sholawat untuk menghadiri peringatan keagamaan disuatu masjid tertentu yang sudah tua. "Undangan apa lagi ini",pikir Mapre. Karena tidak mempunyai pemikiran yang macam, Mapre dengan rasa percaya diri berangkat-lah menuju lokasi undangan, yaitu masjid yang konon merupakan masjid tertua di wilayah tersebut. Dalam perjalanan menuju acara tersebut, salah seorang panitia meminta kepada Mapre untuk dapat memberikan khutbah yang merupakan acara utama dalam peringatan tersebut.
"Mati aku", pikir Mapre. Wajar saja Mapre berpikir demikian, walaupun orang sekeliling menjuluki Kyai Sholawat, sebenarnya Mapre hanya bisa mengucap sholawat doang. Sholat saja masih belum benar gerakannya, apalagi bacaannya.
"Apa yang harus aku lakukan",pikir Mapre. Kelihatan dahinya terlihat lekukan tiga tingkat gelombang, menandakan dia sedang beripikir keras.
"Baik, tapi saya punya sarat", kata Mapre.
"Apa kira-kira syaratnya pak Kyai",balas kyai Somad, utusan panitia. "Saya minta semua barisan yang ada didepan mimbar saya khotbah, dikosongkan sampai ke pintu keluar",pinta Mapre selanjutnya.
Setibanya dimasjid, mesjidnya memang tua sekali, beberapa tiang penyangga kelihatan sudah lapuk dan dimakan rayap, beberapa panitia meminta jamaah untuk mengosongkan barisan yang ada di depan mimbar. Sampailah saat yang ditunggu, Mapre dipersilahkan untuk naik ke mimbar memberikan tausiah. Dengan langkah agak loyo Mapre maju menuju mimbar.
"Assalamualaikum", salam Mapre kepada hadirin. Salam pendek yang tidak lajim diucapkan di mimbar-mimbar resmi seperti ini. Maklum ini pertama kali Mapre memberikan khotbah. Setelah mengucapkan dan mengajak sholawat kepada para hadirin, Mapre meninggal kan mimbar dan berlari kencang melewati baris kosong di depan. Kabur.Mapre merasa nggak mampu lagi apa yang harus diucapkan.
Semua jamaah pada kaget dan bengong semua. Secara spontan mereka berebutan mengikuti Mapre keluar masjid. Gerakan yang tidak terduga dan secara tiba-tiba serta bersamaan oleh semua hadirin berakibat buruk pada struktur bangunan yang memang sudah lapuk dan tua. Sedikit demi sedikit terdengar bunyi patahan kayu penyangga bangunan. Tentu saja semakin menambah kepanikan hadirin yang berebut keluar melalui pintu atau apapun yang bisa menjadi jalan keluar.
Alhasil setelah semua hadirian tiba di luar, ambruk-lah bangunan masjid dan alhamdulillah tidak ada jamaah yang cedera. Beramai-ramai hadirin memuji kehebatan Kyai Sholawat sehingga bencana terjadi tanpa korban.
Kyai Sholawat mendapatkan kunci untuk hidup yang lebih baik berkat sholawat.
Rangkuman dari pengajian Hikmah Pagi di Stasiun TVRI Pusat Jakarta pada hari Kamis tanggal 13 Januari 2011.