Senin, 09 Mei 2016

Negeri Blambangan

Kota paling timur di pulau Jawa, dengan tagline sunrise of java, rasanya tidak salah kalau kota Banyuwangi merupakan kota pertama di pulau Jawa yang melihat matahari bersinar di pagi hari. Potensi wisata yang luar biasa, dan baru terkuak dalam lima tahun terakhir, merupakan destinasi wisata yang sangat menarik. Puluhan wisata pantai dengan keunikan sendiri, wisata gunung dan wisata budaya kiranya tidak cukup waktu dua hari untuk mengunjungi semua destinasi tersebut. Akses melalui udara via Surabaya hanya dua kali penerbangan per hari, rasanya perlu ditinjau lagi.... karena potensi yang luar biasa. Garuda dan Wings melayani setiap hari pada jam yang bersamaan, jam 11.00 dan jam 11:15.
Apron Bandara Blimbingsari, Banyuwangi
Fasilitas bandara sangat sederhana, hanya da satu bangunan yang terdiri dari dari tiga yang terpisah, keberangkatan dan kedatangan. Keberangkatan terbagi dua, ruang pemeriksaan/cek-in dan ruang tunggu. Karena sempitnya ruang tunggu, perlu ditambah tenda di halaman depan. Rehab bangunan sedang dalam proses penyelesaian, informasinya tahun depan baru bisa digunakan. Jarak bandara Blimbingsari ke pusat kota +/- 15 km. Taxi bandara dengan tarif flat rp. 75.000,- siap mengantar ke penginapan yang diinginkan. Hotel dan penginapan dengan fasilitas bintang 4, tersedia di beberapa tempat. Salah satu diantaranya,hotel Santika agak keluar kota dan wisma Blambangan yang terletak di pusat kota, milik pemda setempat bekerja sama dengan swasta.

Pantai Boom
Hari pertama tiba di Banyuwangi serasa nanggung, alternatif yang paling mudah adalah menikmati suasana kota dengan cara santai. Dengan apa ? Naik becak, merupakan pilihan yang pas. Sesuai arahan mbah Google, kuliner yang dapat urutan pertama hasil searching adalah nasi tempong mbok Nah. Anehnya pak becak ketika ditanya lokasi warung mbok Nah, tidak tahu persis..waahhh. Warung mbok Nah sangat sederhana,menu andalannya nasi tempong yaitu nasi putih anget dengan lauh ikan goreng ditemani sayur daun singkong dan kangkung rebus plus sambel. Disediakan menu tambahan, bothok/ pepes ikan udang, tempe, tahu. Segelas minuman lokal bir temulawak dalam kemasan botol dengan es batu, memuaskan perut yang sedari pagi belum bertemu nasi. Siang hari dengan suhu udara cukup terik, semakin menambah kenikmatan menyantap gurihnya ikan goreng khas Banyuwangi. Sholat asar di masjid agung Baiturrohman terletak di alun-alun Sri Tanjung, merupakan masjid tertua yang dibangun pada abad 18 oleh Bupati pertama yaitu RT Wiraguna, yang makamnya berada di belakang masjid pada bangunan terpisah. Di salah satu pojok alun-alun, dan di tempat-tempat strategis yang lain, terdapat spanduk ukuran sedang dan menarik perhatian bagi siapapun.
Informasi APBD di Alun-alun
Pemerintah memasang spaduk informasi tentang besaran APBD per sektor pembangunan pada tahun berjalan, 2016. Salah satu bentuk pertanggungjawaban publik yang perlu diinformasikan dan diawasi oleh masyarakat. Tentu menjadi contoh bagi daerah-daerah lain untuk melakukan hal yang sama. Masih menggunakan becak, mengunjungi pantai Boom yang terletak di dalam kota. Ada dua tempat, keduanya ada plang panandanya. yang berada di teluk, tempat mangkal kapal-kapal nelayan lokal dengan berbagai aneka warna. Dan, satu lagi berada ke dalam pantai dengan area lebih luas dan terbuka. Akses jalan masih berupa tanah campuran pasir. Pada sore hari banyak masyarakat sekitar berkunjung ke sini.

Hari kedua, persiapan ke gunung Ijen. Napak tilas perjalanan 33 tahun yang silam, tatkala penulis mroyek pengukuran untuk keperluan survei geothermal di lereng barat gunung Ijen, berupa kebun kopi Jampit, milik PTP XII. Baki, ojeg sekaligus pemandu yang akan menganter ke kawah Ijen, mengingatkan sebaiknya berangkat tengah malam,
Paltuding, desa terakhir sebelum mendaki Ijen
supaya bisa menyaksikan blue fire menjelang subuh sekaligus menghindari panas terik matahari. Disepakati untuk berangkat jam 02.00 dari hotel dengan tujuan desa terdekat, Paltuding, 1850 dpl (di atas permukaan laut). Perjalanan malam ditempuh selama 90'. Tiba di lokasi parkir kendaraan roda 2 dan 4 sudah banyak, pengunjung sudah banyak yang datang terlebih dulu atau bahkan bermalam di sini. Tersedia guest house yang disediakan perhutani setempat. sesuai informasi penjaga tiket, jarak ke puncak sekitar 3 km,dengan kondisi normal dengan ketinggian 2386 dpl, dapat ditempuh dalam waktu 60-90'. Untuk pehobi treking alam liar dengan usia kepala lima, jalur ijen cukup berat. karena gelap, perjalanan tidak terasa sampai puncak. menjelang subuh dari puncak gunung terlihat di kejauhan api biru, blue fire, di kawah ijen yang terletak di bawah. Blue fire, fenomena alam karena munculnya gas belerang dan bereaksi dengan udara. konon hanya ada dua di dunia, satu lagi di Eslandia. Untuk melihat blue fire lebih dekat, harus turun ke bibir kawah sebelum fajar terbit.
Rest Area
Kelerengan turun 45% dengan jalan sempit berbatu, perlu extra hati2 jika tidak ingin terjerambab. Kepadatan pengunjung dan kondisi jalan setapak terjal dan penerangan hanya mengandalkan lampu senter, menghambat untuk bisa turun menyaksikan lebih dekat fenomena bluefire. Penghargaan yang sangat tinggi sekaligus kagum kepada para pekerja lokal yang bermatapencaharian membawa belerang dari kawah menuju penampungan (Pondok Bunder) dengan upah hanya Rp1250,00/kilo. Kemampuan beban per orang 40-50 kg, maksimum dua kali bawa/rit. Dapat kita hitung berapa penghasilan mereka dalam sehari.
Kawah Ijen dengan keasaman nol, kedalaman 200 meter seluas +/- 5000 ha, air dengan kandungan hidroclorine yang sangat tinggi. Keriuhan suara pekerja memotong belerang yang keluar meleleh dan memadat setelah bereaksi dengan udara disertai kepulan asap yang sangat pekat, merupakan pemandangan unik sekaligus miris.
Perlahan dan pasti terbit matahari dari sisi tebing sebelah timur membuka pemandangan lebih benderang kondisi kawah ijen menjelang siang. Amazing. Menjelang siang, jam 09.00, puas dengan keindahan kawah Ijen, bersiap-siap untuk naik ke puncak gunung, dilanjutkan turun ke Paltuding. Di ketinggian 2214 dpl
Kawah Gunung Ijen
Pintu Gerbang Menuju Puncak Ijen
Pekerja Pengambil Belerang
beristirahat sejenak di Pondok Bunder, bangunan permanen bulat dengan arsitektur Belanda berwarna merah menyala. Dilihat dari kondisinya, sangat disayangkan sudah tidak berfungsi lagi sebagai tempat istirahat di setengah perjalanan. Beruntung terdapat bangunan semi permanen, selain sebagai posko petugas penjaga hutan, juga berfungsi sebagai warung minuman sekaligus istirahat bagi para pendaki. Minum teh hangat tanpa makanan cukup, lumayan untuk sekedar mengurangi kepenatan. "Lebih enak naik daripada naik", ujar Baki, pemandu kami, kala ditanya berat mana berangkat atau pulang, walau penulis merasa sebaliknya. Jalan tanah, sesekali berpasir, untuk mengurangi kelicinan jalan. Jalan berfungsi juga sebagai batas wilayah administrasi kab Banyuwangi dan Bondowoso.
Sebagai penanda batas wilayah, dipasang tugu beton setinggi satu meter dan lebar 50x50 cm tertera tulisan Jantop AD Kodam V Brawijaya.  Setelah menempuh satu setengah perjalanan, matahari cerah menyambut kedatangan di pos Paltuding, desa terakhir di kaki gunung Ijen. Perjalanan dilanjutkan menuju hotel Santika, Banyuwangi, istirahat dan persiapan destinasi selanjutnya.
Gedung Bunder

Istirahat sejenak menunggu sholat dhuhur untuk melanjutkan perjalanan di beberapa pantai terdekat. Untuk efisiensi dan persiapan perjalanan esok pagi, rental mobil merupakan alternatif yang terbaik. Dengan harga 375ribu per 24 jam, xenia keluaran terbaru siap menganter pengunjung menjelajah sudut-sudut kota sampai ujung selatan. Badha as'ar, perjalanan dilanjutkan ke pantai Watu Dodol. Sayang sekali hujan deras yang turun dengan tiba-tiba, menghalangi untuk dapat menikmati keindahan pantai.

Hari ketiga, menjelang subuh, Bambang, petugas hotel Wisma Blambangan mengetuk pintu kamar, siap menemani perjalanan ke pantai pulau Merah yang terletak di desa Sumber Agung, kec. Pesanggaran.
Tidak ada informasi yang dapat digunakan sebagai rujukan, kenapa dinamakan pulau Merah. Tidak ada pohon yang berdaun merah, tanah berwarna coklat, pasirnya putih, jika sedang surut daratan pulau dengan bukit kecil tidak berpenghuni, menyatu dengan pulau Jawa. Bahkan kalau mau, pengunjung bisa mendaki bukit setinggi 200 meter-an.  Seperti layaknya destinasi wisata pantai, tersedia beberapa penginapatan berupa rumah-rumah penduduk yang disulap menjadi homestay. Beberapa fasilitas mandi bilas terbuka, kursi malas pantai dengan tenda-tenda warna merah maron. Memberi kesan merah pada pantai pulau Merah. Warung-warung makanan berjejer siap melayani pengunjung yang lapar sehabis mandi di pantai. Kondisi pantai cukup bersih, ombak tidak terlalu besar, perahu nelayan tradisional dengan mesin tempel berjejer rapi. Sebagian perahu dengan 4-5 nelayan sedang siap-siap untuk melaut.

Perjalanan dilanjutkan ke pantai Mustika, secara geografis masih berada di wilayah yang sama tetapi fasilitas minimal. Satu pantai berada di seberang bukit, pantai Wedi Ireng. Informasi dari brosur yang tersedia di beberapa outlet hotel, keunikannya karena warna pasir yang berwarna hitam. Kendalanya akses ke lokasi dengan berjalan kaki  atau menggunakan perahu nelayan mengitari pantai Mustika.
Masih di wilayah yang sama, pantai Lampon berada sederetan dengan pantai-pantai yang ada. Pantai Lampon merupakan lokasi latihan tentara marinir, sehingga akses ke lokasi dibatasi. Kondisi terebut berdampak pada sedikitnya pengunjung yang berminat kesini. Kondisi pantai mirip dengan pantai pulau Merah, terdapat pulau yang yang menempel.

Pulau Merah
Waktu terus berjalan sementara destinasi wisata lain masih banyak yang belum dikunjungi, perjalanan pulang dan bersiap-siap meninggalkan Banyuwangi. Bambang rupanya tahu banyak tentang destinasi yang mesti dikunjungi dengan kondisi waktu yang terbatas ini. Sebelum masuk kota Banyuwangi mampir ke alas kota,
yaitu area seluas +/- 5 ha milik perhutani tempat menimbun kayu dengan kondisi pohon-pohon raksasa berumur puluhan tahun. Suasana rindang dan dingin, tidak salah kalau sering digunakan bagi pasangan yang akan menikah untuk pre-wedding photo session. Walaupun kondisi berupa tanah, sehabis hujan genangan air mengurangi kenikmatan menghirup udara rimbun pohon trembesi raksasa. Tiga hari dua malam rasanya waktu yang terlalu singkat untuk dapat mengunjungi seluruh destinasi wisata kabupaten Banyuwangi.  Selamat untuk masyarakat Banyuwangi, anda harus bangga dengan Bupati yang mengerti betul bagaimana mengelola wilayah dengan potensi wisata yang layak jual.
Dengan Pekerja Pembawa Belerang, sedang istirahat
Pantai Pulau Merah
Nelayan pantai Mustika
Radio Osing
Alun-alun Blambangan
Pantai Watudodol

Jumat, 22 Januari 2016

Jordan,part of Holly Land

Balad, view from Citadel
No good plan no problem. Ketidakpastian dalam perencanaan tidak selamanya menimbulkan ketidakpastian dalam eksekusinya. Tentu saja tidak boleh ditiru, rejeki anak soleh, kata pak Ronny, mantan bos di Jateng. Berbekal tiket offline (karena beli di travel setempat) dengan harga lumayan murah (menurut p Salahudin Aridin, teman dadakan di Amman), tiket Jakarta-Amman by Etihad sudah ditangan pada sabtu malam  jam 22:10 untuk penerbangan tanggal 5.1.2016, minggu malam12:05). Hotel dan itenarry selama 5 hari di Jordan belum terrencana. Alhamdulillah, pertemuan tidak terduga dg pak Ridwan, diplomat yang pernah bertugas di Jordan dan beberapa negara Timteng, pada pertemuan lamaran keponakan di Pondok Duta, Depok, membawa banyak manfaat. Situasi ini merupakan awal keberuntungan dari proses no good plan. Jangan ditiru. Dengan berbekal sms dan dilanjut WA kepada pak Salahudin, local staff KBRI di Jordan, teman sekantor pak Ridwan sewaktu berdinas di Kedutaan Indonesia di Amman, wisata tak terduga menjadi perjalanan yang menyenangkan. Terima kasih..sukron..untuk yang terhormat pak Ridwan dan pak Salahudin. Keinginan yang sudah muncul sejak lama dan mendadak muncul kembali, berkunjung ke rumah Alloh di Masjidil Aqso, menjadi wisata ziarah di beberapa makam dan petilasan para nabi.
Amman, QAIA, Amman workers
Ihab.
Perjalanan Jakarta-Amman via Abudabi dengan Etihad (transit 7 jam) tidak terasa melelahkan,

menu noddel (baca supermie), tidak menunjukkan airline kelas dunia, dan habis dalam waktu 3 menit, bukan karena lapar, tapi karena keinginan segera tidur. Menjelang fajar landing di bandara Abudabi, 9 jam di udara, cuci muka menyegarkan badan, persiapan lanjutan ke Amman 3,5 jam. Landing di Queen Alia International Airport (QAIA) ba'da dhuhur, suhu 25 derajat. Kondisi bandara cukup bersih, desain mengingatkan theater Keong Mas di TMII, setelah menukar secukupnya untuk membayar visa on arrival, 20 JD (Jordan Dinar mata uang Jordan) dibayar bersamaan dengan pemeriksaan imigrasi.
Ihab (ka)
Tidak ada pemeriksaan bagasi, lolos. Sibuk mencari wifi, karena ada pesan WA dari pak Salahudin, bahwa Ihab, anaknya, akan menjemput, walaupun harus kerja. Syukron. Toledo hotel, 3 *** dengan tarif murah (book online 4 hari dibanderol +/- 5 juta-an) dan fasilitas cukup bersih. Terletak di di 2 sisi jalan besar, Razi st dan Abdali st. Masih ada waktu 2 jam (karena bapaknya Ihab akan bertemu jam 17:00) untuk ke money changer. Kurs nilai beli 1 JD sama dengan Rp. 21.000an, tinggi untuk ukuran mata uang negara Timur Tengah), indikasi kebutuhan hidup di Jordan tidak murah. Jordan merupakan negara paling stabil dan aman diantara negara-negara Holly Land, yaitu Lebanon, Palestine dan Syiria/Suriah. Dengan jumlah penduduk 7 juta, termasuk pendatang (non WNJ, Warga Negara Jordan), sehingga tidak heran kalau waiter
di hotel Toledo ada yang berasal dari p Luzon, Philipina. Pak salahudin, WNI yang lahir di Palestine ber-ayah Palembang dan ber-ibu Palestine, 20 tahun lebih mengabdi di KBRI, berbaik hati untuk membantu selama kunjungan mendadak ini. Keinginan utama untuk mengunjungi Masjidil Aqso harus dipendam dulu, karena butuh waktu 4 minggu untuk apply via melalui travel agency setempat. Betul2 nekad. Keberuntungan terus berlanjut, Ihab diminta bapaknya untuk nganter dalam 2 hari kedepan, walau berkorban waktu kerjanya.

Philadelpia.Day 2.
Hari kedua di Amman, cuaca cerah sekali,
Citadel Gate
padahal 3 hari sebelumnya turun salju, alhamdulillah. Wisata hari pertama ini mengunjungi tempat-tempat sejarah di sekitar Amman. Dengan menumpang Picanto menyusuri jalanan kota yang berbukit-bukit dengan bangunan padat dengan desain hampir sama, kotak dengan warna dominan putih. Dengan tiket 3 JD, kita masuk ke Citadel, terletak di Jebel al-Qala’a (+/-850m dpl).
Rabbath Amman - Philadelphia-Amman
Tak terbayang bahwa Amman mempunyai sejarah panjang, seperti yang terpampang di pintu gerbang Citadel. Nama Rabath Amman tercantum pada 5500 BC-53BC. Sampai abad pertengahan bernama Philadelpia dan bernama Amman pada masa pemerintahan Bani Ummayah sampai sekarang. Berdasarkan artefak yang banyak dijumpai di lokasi dibangun pada abad-abad awal. Dua pilar utama yang masih berdiri merupakan bagian dari the Roman Temple of Hercules, yang runtuh karena gempa bumi pada tahun 729. Lokasi ini juga digunakan sebagai benteng pada pemerintahan Bani Ummayah (abad 7) dan kalifa Salah Uddin Al Ayubi (abad 12) memerintah pada abad pertengahan. Bangunan lain yang masih tampak adalah museum, istana dengan atap oval dome),
Temple of Hercules
bekas gereja dan 1700 m keliling tembok benteng. Di sekeliling tampak suasana kota lama Jordan (old town), diantara-nya Roman Theather. Gedung pertunjukan terbuka setengah lingkaran dengan ketinggian hampir 50 m dari tempat teratas sampai ke panggung. Terlihat tinggi dan megah serta terbayang betapa ramainya suasana pertunjukan pada saat itu. Didalamnya terdapat Jordan Traditional Museum. Perjalanan dilanjutkan ke Gua Alkahfi, tercantum pada surat Kahfi : 19-20.
Romane Theatre
Dalam satu riwayat disebutkan tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang ditidurkan Alloh swt pada zaman raja Ikhrianus yang berkuasa secara sewenang-wenang. Pada gua terdapat dua lobang kecil, untuk indikasi terbitnya matahari dari sisi timur dan terbenamnya pada sisi barat. Setelah 300 tahun dibangunkan suasana masyarakat dan pemerintahan sudah berbeda, karena koin yang disimpan dan akan digunakan untuk membeli makanan sudah tidak berlaku lagi. Suasan pemerintahan lebih baik, adil makmur. Dengan tiket 3 JD, seorang guide siap menjelaskan hanya untuk satu obyek wisata saja. Masjid disamping bangunan makam megah dan indah. Obyek selanjutnya adalah  Gunung Nebo, napak tilas Nabi Musa yang diijinkan Alloh untuk menunjukan pada umatnya tentang tanah yg dijanjikan (Promised Land).
Promised Land
.
Dengan tiket 3 JD, dari ketinggian 750 meter tampak kejauhan terbentang lembah dengan warna dominan coklat, Laut Mati, sungai dan danau Jordan, Jericho, tanah Palestine.

Perjalananan dilanjutkan ke Dead Sea,danau terunik di dunia. Dengan ketinggian 600 dibawah permukaan laut dan 47% kandungan garam-nya.
7 sleepers mosque
Wajar, untuk menuju lokasi melewati jalan berliku dengan turunan mengikuti punggung bukit gersang dengan warna coklat. Sulit untuk tidak menikmati dan mensyukuri kebesaran sang Illahi. Tampak suku Badui di beberapa tempat di lereng-lereng bukit dengan tenda-tenda dan kerumunan domba-domba di sekelilingnya.
7 Sleepers Cave
Dead sea merupakan kawasan wisata modern dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya, sebagian pantai danau sudah dikapling untuk industri wisata.
Dead Sea
Dengan tiket 7JD, pengunjung di berikan fasilitas untuk mandi terapung di laut mati. Tidak ada yang istimewa selain kondisi air danau sendiri, konon penurunan danau sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga pemerintah berusaha membuat sodetan dari laut merah.
Dead Sea


Nabi Syuaib.Day-3
Masjid Nabi Syuaib
Hari ketiga, masih bersama Ihab,wisata ziarah. Setelah melewati kota Salt,
Makam Nabi Syuaib
sampai di makam nabi Yushsya bin Nun terletak di di luar kota Amman. Informasi yang asa Yushsya adalah murid Nabi Musa yang pernah memimpin di Kana'an. Bangunan makam berbeda dengan bangunan masjid, masjid bagus dengan warna putih krem.Bangunan makam cukup panjang untuk ukuran manusia sekarang, +/- 6 meter-an. Informasi dari juru kunci makam,bukan berarti nabi tingginya 6 meter, karena ketidaktahuan secara persis posisi jasad nabi, sehingga letaknya berada di antara kedua nisan tersebut.Tidak lupa memberi sedekah kepada juru kunci. Jam 10:00, perjalanan dilanjutkan ke makam nabi Syuaib yang terletak di dekat kota Mahis, Wadi Syuaib.
Nabi Syuaib adalah mertua Nabi Musa, yang hidup pada 1600-1500 SM. Hidup bersama bangsa Madyan, yang terkenal dengan kecurangan dalam berdagang, yaitu dengan mengurangi takaran timbangan.Bangunan makam dan masjid megah dengan ditumbuhi pohon-pohon rindang. Setelah pintu pagar masuk, ditanami pohon tiin dan pohon zaitun, mengingatkan pada Surat Tiin. Makam nabi Syua'ib lebih panjang daru ukuran makam orang sekarang, tetapi lebih pendek dari makam nabi Yushsya. Karena terletak di lereng gunung, sebagai pandangan mengarah ke lembah dengan nuansa batu tandus, dan di sisi lain tampak lereng gunung dengan sebagian tumbuh-tumbuhan gurun.
Sungai Jordan, Palestine.
Perjalanan dilanjutkan ke kota Balqa, ibukota Salt, utara kota Amman, yaitu tempat Nabi Isa  datang dari Galilea ke John Pope (nabi Yahya) untuk baptis di sungai Jordan. Untuk menuju lokasi pembaptisan, mobil berhenti di meeting point yang sudah ditentukan. Pengelola situs menyediakan bus khusus dan guide. Perjalanan  30 menit, melewati padang kering. Tampak bangunan gereja-gereja jauh di seberang. Disertai guide, seorang muslim, pengunjung berjalan kaki melewati sumber mata air John, sungai kecil dengan bangunan-bangunan terbuka. Oleh umat Nasrani,tempat masih digunakan sebagai pembaptisan.
Kolam Pembaptisan Nabi Isa
Tampak seni mosaic dari batu yang menggambarkan Paus dengan Raja Abdulah naik mobil golf mengunjungi situs. Pada ujung situs, seberang gereja John, pada jalanan menurun, bertemu sungai Jordan selebar 5-6 meter. Seberang sungai merupakan wilayah Palestine ditandai dengan adanya bendera Palestina dan Israel. Penjagaan hanya dari tentara Jordan. Bangunan di wilayah Palestina lebih bagus, bangunan batu dengan arsitektur modern, daripada wilayah Jordan, bangunan semi permanen beratap sirap. Konon cerita setelah dibaptis, Isa berjalan melewati sungai ini menuju Jerusalem.
Jerrash Gate
Selama 120 menit di Bethany beyond of Jordan, perjalanan dilanjutkan ke Jerash 48 km ke utara Amman.Berasal dari nama Gerasa, kemudian menjadi Jerash, adalah bekas bangunan Romawi kuno 330 SM pada masa pemerintah Alexander Yang Agung.Dibangun oleh pasukannya setelah menaklukan Mesir. Konon kota ini sudah dihuni sejak 3200 SM. Terkanal dengan sebutan kota 1009 pilar, karena banyaknya bangunan pilar di sekitar areal situ, misalnya bangunan oval dengan +/- 50 pilar. Theatre romane terkenal dengan desain audio yang canggih. Puncak di bukit Jerash, saksi bisu kejahatan raja Herodes yang membunuh Nabi Yahya, karena tidak mau menikahi putrinya karena alasan akidah.Nabi Yahya dibunuh pada saat sedang sholah dengan ayahnya, Nabi Zakaria.
Situs Jerash mencakup area seluas +/- 75 ha dengan berbagai jenis bangunan, antara lain Arch of Hadrian pintu gerbang utama, mengingatkan bangunan Arch de Trump di Paris. Hippodrome, pacuan kuda. South Gate, Tempel of Zeus.Oval Forum, bangunan oval terbuka yang dikeliling dengan tiang-tiang, mengingatkan lapangan St.Petrus di Vatikan.
Oval Building
Artemis Temple, bangunan paling utara berupa North Theatre, mirip Romane Theatre di Amman. Seandainya tidak ada gempa pada tahun 700 M, betapa indahnya arsitektur bangsa Romawi pada saat itu, apalgi hanya dengan 5JD. Menjelang Magrib harus segera berakhir kunjungan, karena belum sholat dhuhur dan asar. Astagfirullah.
Souvenir Shops

Sebelum  pulang untuk persiapan ke Petra besok pagi, mampir makan siang dan malam (kaeasyikan lupa nggak makan siang). Menunya mashawi (campuran sate kambing dan ayam), salad, syawarma ('de creps' tawar) dan kentang goreng.
Jerash Theatre
Pesan untuk 3 orang, bisa dimakan untuk 6 orang.

Petra.Day-4
Jordan identik dengan Petra.Ke Jordan kalau tidak ke Petra, sama saja belum ke Jordan. Petra merupakan jejak peradaban kaum Tsamud, kaumnya nabi Saleh. Teknologi tinggi sudah dikenal pada saat itu, khususnya dalam seni memahat batu. Sayang nya, peradaban tinggi diimbangi dengan kepatuhan ajaran Ilaihi melalui nabi Saleh. Walaupun ditunjukan mukjizat dengan munculnya unta besar di gunung batu, Unta menganggu tanaman masyarakat. Konon ada seorang pemuda melamar putri bangsawan kaya. Syaratnya harus bisa membunuh unta tersebut. Terbunuhlah unta tersebut.
Terletak di provinsi Ma'an +/- 300 km sebelah utara Amman, bisa ditempuh dalam waktu 3 jam menggunakan bus,dengan istirahat 15'. Jetta (Jordan Express Transport), salah satu moda transportasi umum ke Petra. Dengan tarip 20JD pp (kalau sepi bisa mendadak), pihak pengelola menyediakan bus lux, tempat duduk 2-2, berangkat jam 6:30 dan pulang jam 16:00. Tiket masuk 50JD (sejuta-an rupiah). Jika naik andong bayar 30JD (bisa untuk 2-3 orang), naik kuda 20JD. Seperti halnya di Jerash, sebelum pintu gerbang pengecekan tiket, toko souvenir berjejer rapi dengan beraneka jenis. Yang paling unik adalah lukisan pasir di dalam botol, dengan berbagai ukuran.
Tomb khazneh al Firaun
Pengunjung bisa memesan namanya untuk dilukis dengan pasir berwarna yang terdapat di dalam botol. Yang paling 5JD untuk botol dengan ukuran tinggi 5 cm. Petra marupakan situs arkeologi yang mencakup luasan +/- 300 ha, konon dibangun 300 SM. Dibangun dengan memahat dinding batu dengan desain arsitektur yang indah dan rumit. Setelah pintu masik Pengunjung diajak menikmati masing-masing bangunan dengan berjalan, melalui jalan terbuka dan berbatu, Obelisk Tomb pada dinding-dinding gunung, lorong sembit dengan tebing-tebing setinggi 50 meter lebar 3-5 meter (Al Ziq) dengan jalan batu terbangun. Setelah melewati lorong tebing yang adem, pengunjung dibuat teranganga dengan bangunan Khazneh Al Firaun,master bangunan Petra yang dipakai sebagai logo pemerintah Jordan.
Bangunan berupa pintu gerbang istana (untuk makam raja) setinggi +/- 25 meter terdiri dari 5 pilar besar, dua lantai. Ukiran secara detil dan kekokohan bangunan seolah-olah menunjukkan kemajuan teknologi dan ketrampilan, sekaligus keangkuhan, mungkin, dan tingginya peradaban 2300 tahun yang lalu."Do you know how much this ..,sir?", ujar di Shid, Ahmad,dan yang lain, penjual souvenir yang masih bocah, sambil menunjukkan sambungan 10 poscard. Walaupun agak menganggu, bisa diajak guyon.
Kekaguman belum selesai, pengunjung dipancing untuk terus mengikuti jalan batu yang terbentang di depan, sekaligus mengagumi bentangan-bentangan gambar, ukiran di dinding-dinding lereng tebing curam. Nabatean theatre sebelah barat jalan, bangunan wajib yang ada di setiap situs. Palace Corinthian sisi lain istana raja yang berada di salah satu tebing atas di sebalah timur ujung jalan.
Untuk menuju kesana, disediakan tangga batu, dimana di kiri dan kanan banyak penjual souvenir. Sampai dipuncak disuguhan dengan view berupa hamparan padang tandus,
Siq
tebing-tebing curam dengan sentuhan seniman suku bangsa Nabatean,lalu lalang pengunjung tampak kecil di beberapa tempat.Pada posisi disini baru sebagian area situs Petra yang terjangkau, dengan pertimbangan waktu dan stamina yang sudah habis. Rasanya tawaran naik kuda 10JD ke situs museum dan balik ke Khazneh Al Firaun tidak dapat ditolak.

Jadilah berkuda menikmati sisa-sisa situs yang rasanya sayang untuk dibiarkan begitu saja. Tidak salah sutradara Steven Spielberg  memilih lokasi ini sebagai bagian dari shooting film Indiana Jone, the Last Cruzade, dengan film Horizon Ford.