Rabu, 17 Agustus 2011

17 Ramadhan 1432 H



Kejadian yang luar biasa dan langka adalah bersamaan waktu antara milad hari kemerdekaan RI yang ke-66 dengan turunya wahyu pertama Al Qur'an yang dikenal dengan Nuzul'ul Qur'an. Betapa tidak hari yang bersamaan tersebut pernah terjadi pada 17 Agustus 1848/17 Ramadhan 1264 H dan 17 Agustus 1685/ 17 Ramadhan 1096 H. Atau 353 dan 163 tahun yang lalu. Dan...kejadian yang sama akan terjadi 65 tahun yang akan datang atau tepatnya 17 Agustus 2076/17 Ramadhan 1499 H.




Semoga membawa dan mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemakmuran dan kesejahtaeraan bersama

Jumat, 29 April 2011

Negeri Serambi Mekah

Cerita menarik adalah selamatnya kapal feri Rondo yang melewati rute Ulueleu (Banda Aceh)-Balohan (Weh). Pada saat kejadian kapal sudah berada di tengah dalam perjalanan menuju pelabuhan Uleuleu. Sesampai di pelabauhan, kapten kapal tidak melihat ada pelabuhan yang tersisa di Uleuleu.
Pelabuhan Uleuleu, Banda Aceh ke Sabang (p Weh)
Salah satu kota Sabang dilihat dari Tugu Sabang Merauke
Komunikasi tidak dapat dilakukan karena semua BTS tumbang. Diputuskan untuk kembali ke Balohan dan mendapat kabar bahwa terjadi musibah di daratan yang meluluhlantakan fasilitas pelabuhan Uleuleu. Kapal beserta seluruh penumpangnya selamat, tetapi tidak dengan keluarga yang berada di Banda Aceh, termasuk kapten kapal. Dibalik musibah tsunami, Sabang menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Khususnya wisata pantai dan bawah laut. Pantai Iboih,pantai Tepin Layeu, pantai Gapang, pulau Rondo, pulau Kla, pulau Rubia merupakan beberapa potensi wisata yang patut dikunjungi. Menilik Sabang dalam sejarahnya merupakan kota tua yang menjadi basis pelabuhan bebas sejak jaman Belanda. Dan ditutup oleh pemerintah pusat pada tahun 1986. Bangunan-bangunan tua masih banyak dijumpai dan dipasang prasasti yang menjelaskan tentang sejarah keberadaan bangunan. Dan yang manjadi saksi keberadaan NKRI adalah adanya tugu NOL yang terletak di ujung bukit pulau Weh, 25 km dari kota Sabang. Bangunan terbuka berupa monumen dibangun oleh tim dari BPPT (dipimpin oleh Dr. Iwan Gunawan yang kebetulan teman kuliah penulis). Sayang sekali bangunan yang cukup megah di tempat yang sangat asri kurang terawat. Kompas besar yang terpasang di lantai dasar, sudah raib. Konon hilang selama masa konflik.


Tugu Km Nol


Pantai Keunuekai, P Weh

Pantai Tapin Layeu, Pulau Weh

Kamis, 10 Maret 2011

JavaJazz 2011


Perhelatan Java Jazz tahun 2011 tahun ini digelar untuk yang ketujuh kali. Yang menjadi andalan dan favorit pengunjung adalah hadirnya Carlos Santana dan George Benzon. Walaupun tergolong musisi gaek, kedua musisi mempunyai penggemar yang fanatik mulai dari abege sampai yang gaek-gaek.
Terbukti dengan pertunjukan dua kali dengan hari dan jam berbeda, kapasitas gedung utama di hall D PRJ Kemayoran Jakarta selalu penuh.Santana (63 tahun) dengan formasi full tim menggebrak dengan lagu andalan secara medley Black Magic Woman-Oye Como Va-Maria Maria. Disambut dengan teriakan histeris sebagian besar penonton dan bersahut-sahutan mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan dengan apik oleh dua penyanyi, Andi Vargas dan Tony Lindsay.Harus diakui, dengan umur yang sudah tidak muda lagi. Santana masih tetap prima manggung nonstop selama hampir dua jam dan menampilkan lima belasan lagu.

New York Voice
G.Benzon
Juan de Marcos Afro Cuba
Minangagong Sawahlunto


Bintang yang lain, tidak jauh berbeda, George Benzon tampil dengan ciri khas suara khas yang bebrbarengan dengan petikan gitar (scathsing). Tampil prima  selama lebih kurang satu setengah jam. Pada tampilan awal dengan lagu bernuansa pop, In Your Eyes, Nothing Gonna Change My Love for You, the Greatest Love of All. Akhirnya lagu yang identik dengan Benzon diperdengarkan, Broadway.
New York Voice, grup vokal jazz gaek yang masih bersuara prima dan jazzy. Manhattan Transfer banget. Ron King Big Band yang menyajikan jazz mainstream.

Hendrik Meurkens, musikaus gaek yang mahir bermain harmonika dan vibraphone, adalah langganan tetap di Java Jazz. Dari daratan Amerika Tengah hadir musisi dari Kuba yang mengusung musik khas Kuba, Juan de Marcos Afro Cuba.
Musisi tanah air yang beraliran jazz etnik datang dari kota kecil Sawahlunto, Minangagung Sawahlunto. Terban yang dimainkan oleh 4 pemain, menjadi dominan diantara alat musik yang lain. Sangat tradisional. Dari Bandung tampil  Indonesia NuPrograsive Band. Sekelompok anak muda dengan dandanan rakyat kecil mengusung lagu-lagu ala Hari Roesli, merakyat banget.

Jumat, 14 Januari 2011

Kyai Sholawat

Mapre, sebut saja namanya demikian, adalah mantan preman yang biasa malak, yang sudah insaf karena nasihat istrinya yang tercinta. Penghasilan harian yang biasa disetor istrinya merupakan hasil perbuatan yang banyak merugikan orang lain.
Dengan demikian setoran sudah tidak lagi, sedangkan pekerjaan lain susah didapat. Mungkin calon majikan-pun berpikir panjang untuk mau mempekerjakan Mapre. Alhasil, sehari-harinya Mapre hanya duduk bengong saja di rumah. Karena sayangnya, sang istri selalu membesarkan hatinya untuk tetap bersabar.
Seperti biasanya hari itu Mapre kongkow-kongkow di bangku depan rumah, dilihat serombongan orang berbondong-bondong menuju ke suatu tempat.
"Bang, itu orang-orang pada mau kemana ya ?",ujar istri membuyarkan lamunan Mapre,"Kali ada rejeni yang dapat buat makan kita hari ini", lanjut istri-nya. Belum sempat menjawab, istrinya menimpali lagi,"Yo Bang ikut saja, mudah-mudahan kita dapat rejekinya". Berangkatlah Mapre dan istrinya mengikuti serombongan bapak dan ibu tadi. Ternyata rombongan itu adalah majelis taklim yang akan mengikuti pengajian rutin di masjid yang tak jauh dari rumah Mapre. Karena sudah keburu ikutan, Mapre dan istri bergabung dalam rombongan mengdengarkan ceramah dari p Ustad. Kebetulan topik yang dibahas pada pagi itu adalah Berkahnya Sholawat. Pak Ustad dengan pembawaan yang menarik dan humor manarik perhatian majelis taklim yang hadir, termasuk Mapre dan istri.
"....salah satu kunci kunci rejeki adalah sholawat...", demikian salah sata bagian isi ceramah nya.
Mapre menyenggol lengan istrinya sambil berbisik,"Yok pulang aja".
"Kenapa Bang", tanya istrinya heran.
"Sudah ketemu kuncinya rejeki",jawabnya sambil tersenyum mantap. Tanpa bertanya lagi, istrinya-pun ngeloyor pergi mengikuti suaminya.
Sesampai di rumah-pun Mapre menggelar tikar di ruang depan rumahnya, dan mulai mengucapkan kalimat-kaliman sholawat,"Ashadu Allah Illahaillah Waashadu anna Muhammad Rasulullah".Pagi, sore dan malam, Mapre melakukan terus menerus tanpa lelah. Kadang-kadang dengan suara keras smapai tetangga dan orang-orang yang lalu-lalang mendengar suaranya.
Hari ke-2,3,4 dst, tak henti-nya Mapre mengucapkan sholawat.Sehingga masyarakat sekelilingnya menjuluki Mapre dengan Kyai Sholawat. Namun demikian rejeki yang diharapkan belum membuka pintu rejekinya.
Ditengah ke-putusasa-annya, tiba-tiba ada utusan dari pimpinan tertinggi wilayah dimana Mapre tinggal bertandang ke rumahnya. "Saya diutus Raja untuk memanggil pak Kyai Sholawat,"pinta utusan tersebut. Kekagetan melanda Mapre dan istrinya. Selain karena dipanggil Kyai Sholawat, juga ada apa Raja memanggilnya, pikirnya.
"Kami kehilangan mahkota kerajaan beberapa waktu yang lalu, pihak keamanan sampai saat belum berhasil menemukan siapa pencurinya,"kata Raja,"Saya minta tolong Kyai Sholawat untuk membantu menemukan mahkota kerajaan",lanjutnya.
"Rupanya Raja tahu kalau saya mantan preman, tapi belum kalau saya sudah insaf", pikir Mapre."Maaf Raja, saya tidak menolak, saya merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan permintaan Raja",jawab Mapre dengan memelas.
"Saya perintahkan untuk melalukan",kata Raja dengan suara agak keras. Mapre mulai bertambah bingung bagaimana caranya menolak,
"Baik Raja, tapi ada syaratnya", jawab Mapre.
"Katakan apa syaratnya",tantang Raja.
"Hamba mohon disiapkan ayam bakar lengkap,"jawab Mapre.
"Masalah kecil,"pikir Raja. "Berapa ayam yang harus saya siapkan", kata Raja lagi.
"Malam pertama 1 ekor, malam ke-2 dua ekor, malam ke-3 tiga ekor sampai dengan malam ketujuh",pinta Mapre. Entah pikiran dari mana yang mampir ke otak Mapre. Hampir seluruh wilayah mendengar permintaan raja kepada kyai Sholawat, termasuk para pencuri mahkota kerajaan.
Ditengah-tengah kegalauan para pencuri, pimpinan pencuri (boleh jadi mantan sohib-nya Mapre), memutuskan untuk mengirimkan seorang utusan untuk menyelidiki apa yang dilakukan Mapre sehari-harinya.
Seperti biasa, Mapre melakukan ritual rutin yang dilakukan sehari-hari membaca sholawat, dari pagi sampai malam. Utusan pencuri melaksanakan tugasnya malam hari melakukan pengintaian rahasia di rumah Mapre. Ditengah-tengah keasikan mengintip kegiatan Mapre, seseorang menyodorkan ayam bakar lengkap di depan Mapre. Rupanya utusan Raja untuk memenuhi persyaratan yang diminta Mapre.
"Wah pak Kyai tahu kalau ada yang sedang mengintip",pikir utusan pencuri sambil diam-diam meninggalkan rumah Mapre. Utusan pencuri melaporkan kejadian itu kepada pimpinan. Melalui rapat pencuri pada malam itu juga diputuskan untuk mengirimkan dua orang utusan guna menyelidiki kegiatan Mapre pada kari kedua.
Pada hari ke-2, Mapre melakukan ritual yang sama, bersholawat dengan suara yang teratur kadang-kadang lembat-keras berselang-seling. Seperti yang dilakukan pada malam pertama, kedua utusan pencuri bergantian mengintip apa yang dilakukan Mapre. Pada saat yang sama seseorang mengantar dua ekor ayam bakar ke depan meja kecil yang ada di depan Mapre.
"Cilaka pak Kyai tahu kalau kita sedang ngintip,"pikir utusan pencuri. Berdasarkan laporan dari kedua pencuri ini, rapat para pencuri memutuskan untuk mengutus 3 pencuri dengan tugas melakukan hal yang sama dengan malam sebelumnya.
Pada malam ke-3, sampai malam ke-7 kejadian yang sama berlangsung yang membuat pimpinan pencuri agak keder hatinya. Akhirnya pada malam ke-7 diputuskan untuk menyerahkan mahkota kepada Kyai Sholawat pada esok harinya.
"Pak Kyai kami dengan sukarela menyerahkan mahkota yang kami curi, tapi dengan syarat janganlah kami dihukum," pinta pimpinan pencuri. Ditengah kegaluaan Mapre ada rasa kegembiraan yang terpancar di wajah Mapre,"Baik, aku akan mintakan permohonan mu pada Raja", jawab Mapre.
Walhasil mahkota kerajaan diserahkan ke Raja, dan keluarga istana menyambut dengan sukacita dan memenuhi persyaratan yang diminta para pencuri. Berkibarlah nama Kyai 'Mapre' Sholawat.
Hidupnya berubah menjadi lebih baik berkat bersholawat.
Beberapa hari kemudian, giliran sekelompok ulama mengundang Kyai Sholawat untuk menghadiri peringatan keagamaan disuatu masjid tertentu yang sudah tua. "Undangan apa lagi ini",pikir Mapre. Karena tidak mempunyai pemikiran yang macam, Mapre dengan rasa percaya diri berangkat-lah menuju lokasi undangan, yaitu masjid yang konon merupakan masjid tertua di wilayah tersebut. Dalam perjalanan menuju acara tersebut, salah seorang panitia meminta kepada Mapre untuk dapat memberikan khutbah yang merupakan acara utama dalam peringatan tersebut.
"Mati aku", pikir Mapre. Wajar saja Mapre berpikir demikian, walaupun orang sekeliling menjuluki Kyai Sholawat, sebenarnya Mapre hanya bisa mengucap sholawat doang. Sholat saja masih belum benar gerakannya, apalagi bacaannya.
"Apa yang harus aku lakukan",pikir Mapre. Kelihatan dahinya terlihat lekukan tiga tingkat gelombang, menandakan dia sedang beripikir keras.
"Baik, tapi saya punya sarat", kata Mapre.
"Apa kira-kira syaratnya pak Kyai",balas kyai Somad, utusan panitia. "Saya minta semua barisan yang ada didepan mimbar saya khotbah, dikosongkan sampai ke pintu keluar",pinta Mapre selanjutnya.
Setibanya dimasjid, mesjidnya memang tua sekali, beberapa tiang penyangga kelihatan sudah lapuk dan dimakan rayap, beberapa panitia meminta jamaah untuk mengosongkan barisan yang ada di depan mimbar. Sampailah saat yang ditunggu, Mapre dipersilahkan untuk naik ke mimbar memberikan tausiah. Dengan langkah agak loyo Mapre maju menuju mimbar.
"Assalamualaikum", salam Mapre kepada hadirin. Salam pendek yang tidak lajim diucapkan di mimbar-mimbar resmi seperti ini. Maklum ini pertama kali Mapre memberikan khotbah. Setelah mengucapkan dan mengajak sholawat kepada para hadirin, Mapre meninggal kan mimbar dan berlari kencang melewati baris kosong di depan. Kabur.Mapre merasa nggak mampu lagi apa yang harus diucapkan.
Semua jamaah pada kaget dan bengong semua. Secara spontan mereka berebutan mengikuti Mapre keluar masjid. Gerakan yang tidak terduga dan secara tiba-tiba serta bersamaan oleh semua hadirin berakibat buruk pada struktur bangunan yang memang sudah lapuk dan tua. Sedikit demi sedikit terdengar bunyi patahan kayu penyangga bangunan. Tentu saja semakin menambah kepanikan hadirin yang berebut keluar melalui pintu atau apapun yang bisa menjadi jalan keluar.
Alhasil setelah semua hadirian tiba di luar, ambruk-lah bangunan masjid dan alhamdulillah tidak ada jamaah yang cedera. Beramai-ramai hadirin memuji kehebatan Kyai Sholawat sehingga bencana terjadi tanpa korban.
Kyai Sholawat mendapatkan kunci untuk hidup yang lebih baik berkat sholawat.

Rangkuman dari pengajian Hikmah Pagi di Stasiun TVRI Pusat Jakarta pada hari Kamis tanggal 13 Januari 2011.

Rabu, 05 Januari 2011

Manado, Bibir-nya Lautan Pasifik

Manado Boulevard

Rest Area, Manado-Tomohon
Sepanjang boulevard memandang lepas lautan Manado dan pulau-pulau yang bertebaran tidak jauh darinya. Kepulauan Bunaken,Manado Tua dan gugusan pulau-pulau kecil lain merupakan pintu gerbang menuju kota Manado dari perairan lautan Pacifik.
Itu dulu.... sekarang ? Melalui proses reklamasi lautan Manado, Sepanjang sisi pantai boulevard sudah berdiri megah pertokoan dan mall untuk memanjakan warga Manado dan sekitarnya. Kalapun kalau mau menikmati pantai, mesti menuju ke belakang mall atau komplek pertokoan itu. Itulah kesan yang kentara untuk menikmati manado dari waktu ke waktu.


Namun demikian Manado masih ngangeni, bikin orang ketagihan untuk ingin selalu singgah ke sana. Restoran seafood yang bertebaran di sepanjang Malalayang, memanjakan pelancong untuk menikmati kuliner khas Manado. Udang goreng rica-rica (pedas), nasi kuning sambal khas Manado, tinutuan (bubur Manado) sangat sayang untuk dilewatkan.

Pulau Bunaken dan Manado Tua

Selam....Luar Biasa Indah..

Mengunjungi Manado tanpa melihat pemandangan bawah laut di perairan Bunaken kayaknya kurang mantap. Untuk menuju pulau Bunaken dapat dilakukan dengan berbagai cara, melalui paket-paket wisata yang diselenggarakan oleh biro perjalanan atau menyewa perahu sendiri. Dari segi biaya tidak terlalu banyak bedanya, berkisar antara Rp.400 ~ 500 ribu rupiah per orang.
Untuk yang rombongan menggunakan kapal motor dengan kapasitas 15-20 orang. Sedangkan untuk melihat taman laut dapat dilakukan dengan snorking atau kapal yang dilengkapi kaca bawah. Untuk yang memiliki waktu terbatas disarankan untuk menyewa boat kecil dengan pertimbangan ada keleluasaan untuk mengatur waktunya. Untuk menyewa kapal dapat dilakukan di daerah pasar baru, tempat kapal-kapal yang akan menuju kep.Bunaken dan sekitarnya berlabuh. Silahkan melakukan tawar menawar.
Pengalaman penulis (sendirian), menyewa boat kecil (kapasitas 4 orang) dan eralatan snorling (baju, sepatu dan kacamata)dan waktu setengah hari, seharga Rp.400.000,00 (termasuk kursus singkat snorkling). Kalau mau mandi (bilas) dapat membeli air tawar sekaligus sewa kamar mandinya Rp.10.000,00. Manado-Bunaken dapat ditempuh selama 45 menit dengan kondisi cuaca normal. Apabila mempunyai waktu yang cukup, bermalam di pulau Bunaken perlu dicoba. Tersedia penginapan yang lumayan.Pulau Manado Tua dapat ditempuh dengan waktu 30 menit lagi dari p Bunaken.

Taman Laut Bunaken
Makam Tuanku Imam Bonjol, Pahlawan Nasional
Wisata lain yang perlu dikunjungi adalah kota Tomohon, danau Linow dan danau Tondano. Jarak dari kota Manado relatif tidak terlalu jauh. Berangkat pagi pulang sore hari, waktu yang cukup untuk mengunjungi dan menikmati ke-3 tempat tersebut.
Tidak jauh setelah keluar kota Manado, di daerah pertigaan Pineleng, bersemayam makam Imam Bonjol, pahlawan nasional dari tanah Minang (Bonjol) yang dibuang Belanda dan meninggal di sini tahun 1846. Di depan bangunan makam berdiri megah masjid Imam Bonjol, sedangkan di belakang bangunan, agak menurun tebing ke arah sungai berdiri bangunan kecil sederhana persis di atas sungai.
Konon tempat Imam Bonjol sholat dan tafakur di sebuah batu besar.Sampai saat ini keturunan pengawal Imam Bonjol beranak pinak dengan warga setempat dan menjadi komunitas muslim yang hidup rukun di sekitar makam.Manado-Tomohon berjarak 25 km dapat ditempuh selama 1-1.5 jam (tanpa istirahat).Kondisi jalan yang menanjak dan menikung ditambah dengan kepadatan lalulintas, memperlambat perjalanan.

Gunung Lokon
Ditengah perjalanan dapat berhenti di rest area di daerah menjelang Tinoor, pengunjung disediakan tempat yang lapang dapat memandang kota Manado dari pengunungan. Bagi yang non muslim, apabila ingin mencoba makanan ekstrim dapat mencoba restoran tua, RM Tinoor Jaya, tidak jauh dari rest area.
Bagi yang hobi tanaman anggrek, tidak jauh dari rumah makan, dijumpai 2-3 keluarga yang memajang berbagai jenis anggrek spesies dijual dengan harga relatif murah, antara Rp.25.000- Rp.60.000.
Tomohon, kota dingin, kota bunga dan tempat yang cocok untuk istirahat. Pada tahun 2008 pernah diselenggarakan Festival Bunga.Sayang, ini saat yang kurang pas untuk menikmati bunga-bunga yang ada di kota Tomohon. Sepanjang raya jalan  utama banyak toko bunga dan pohonnya.
Anehnya, kalau cari pohon anggrek nggak ada, kalau adapun 1-2 jenis anggrek bulan hibrid yang didatangkan dari Jakarta. Tomohon merupakan kota yang terdekat dengan gunung Lokon, salah satu gugusan berapi yang masih aktif.
Danau Linow

Resto Danau Linow
Obyek selanjutnya adalah danau Linow. Luasnya tidak terlalu besar. Di salah satu sisinya masih tampak batu belerang yang mempengaruhi bau rasa air danau.  Danau Linow dikelola pihak swasta, untuk masuk dikenakan biaya Rp.25.000/orang plus makanan kecil dan minum ringan. Suasana dan desain bangunan sangat bagus sekali. Sehingga menjadi salah satu sasaran untuk pemotretan pre-wedding bagi pasangan yang akan menikah. Pemda setempat tak mau ketinggalan dalam mengelola kawasan. Di seberang area, sedang dipersiapkan tempat wisata yang bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang kurang mampu.

Masjid Agung Kyai Modjo, Tondano
Kota Tondano identik dengan danaunya. Merupakan kawasan pengunungan dengan terain dataran yang luas. Boulevard-nya Tondano adalah jalan utama yang membelah persawahan luas. Warna kuning dominan dengan diselingi warna hijau. Selain itu, tas kresek dan berbagai macam bendera menggantung diantara hamparan sawah-sawah tersebut, sebagai upaya para petani untuk mengusir hama burung.
Rupanya pembuangan tidak hanya Tuanku Imam Bonjol saja yang di buang ke tanah Minahasa, Kyai Mojo, tokoh pergerakan melawan Belanda yang merupakan sekutu Pangerang Diponogoro juga dibuang kesini. Atau tepatnya di Tondano pada abad 18. Selain meninggalkan keturunan yang sudah membaur dengan masyarakat setempat, Jaton (Jawa Tondano) melahirkan komunitas muslim di tanah Minahasa.Salah satu peninggalan yang masih bisa dinikmati sampai saat ini adalah masjid Kyai Modjo yang berdiri megah di Kampung Jawa, Tondano.

Danau Tondano merupakan danau yang terluas di tanah Minahasa, Sulut. Terletak di dataran di lereng gugusan gunung-gunung yaitu g. Lembean, g. Kaweng dan g. Masarang dan bukit Tampusu.
Danau Tondano

Dengan luasan 4200-an hektar dan dikelilingi jalan aspal dengan kondisi rusak tidak parah. Angkutan umum ada tapi masih jarang. Perairan danau banyak ditumbuhi enceng gondok, yang menyebabkan adanya pedangkalan dasar danau. Sayang sekali kurang ada perawatan. Tidak tertutup kemungkin akan mempengaruhi debit air yang menjadi suplai utama sawah irigasi yang membentang di kota Tondano. Di beberapa tempat tepi danau, dipasang- keramba peternak ikan nila yang merupakan binaan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Sempat bertemu dengan seorang bapak yang memancing di sela-sela keramba. "Untuk apa pak ?", iseng-iseng bertanya kepada sang Bapak. "Untuk digoreng buat anak saya yang tinggal di Depok", jawabnya singkat sambil sekali-kali membetulkan tali pancing. Sayang anak...sayang anak....


Woloan-Industri Rumah Knock Down

Kepulangan ke Manado, kami sempat melewati desa Woloan. Desa ini terkenal dengan kerajinan rumah kayu yang terbuat dari batang kelapa. Contoh pesanan rumah yang sudah jadi atau masih dalam pengerjaan berderet rapi sepanjang jalan utama desa Woloan. Menjadi ciri khas dan andalan tanah Minahasa.
Harga berkisar Rp.1.500.000/m2 (icl pemasangan)
Sebagai informasi harga rumah Rp.1,5 juta/m2 termasuk ongkos masang, tidak termasuk ongkos transport untuk pamasang.

Sebagai oleh-oleh dari Manado, jangan lupa kue klapertaart, jika dimakan dalam kondisi dingin....mak nyussss..
Keponakan (Muti & Feri) & Cucu (Lala)