Sabtu, 30 September 2017

Turki - Maroko [1]

Istambul, kota 1000 masjid.


Rute Penerbangan
21.4.2017 : tepat jam 21:30 wib dengan pesawat Saudi Air mengudara bersamaan dengan rombongan jamaah umroh dari beberapa kota. Sebelum boarding sempat bertemu dengan Dewi, salah satu anggota rombongan jamaah umroh dari kota Bogor.Yang menarik dari maskapai, banyak merekrut pramugari asal Indonesia, mungkin, dengan pertimbangan pangsa jamaah umroh Indonesia yang sangat besar jumlahnya. desk transit yang disediakan maskapai, masih ada waktu dua jam untuk penerbangan lanjutan dengan pesawat yang lain. Sholat shubuh di ruang sholat sederhana yang penuh sesak dengan penumpang transit, kebanyakan jamaah umroh, dengan rute penerbangan ke berbagai negara. Fasilitas pelayanan publik yang kurang layak untuk level bandara intenasional dengan jumlah lalulintas penumpang transit yang demikian besar sepanjang  hari. Ironis sekali. Delay beberapa puluh menit, jam 6:30an  pesawat Saudi dengan nomor penerbangan SV265 boarding menuju Istambul dengan estimasi waktu penerbangan selama dua jam. Dengan sekali hidangan sarapan, tak terasa pesawat mendarat dengan dengan empuknya di landasan bandara Atarturk IA, Istambul. Letak geografi pada pertemuan dua benua, Asia dan Erupa, Atarturk IA ini merupakan salah satu  bandara dengan tingkat kesibukan yang sangat tinggi. Sesuai dengan lcd yang terpasang di pintu kedatangan, bagasi siap diambil di konter  10. Sesuai rekomendasi dari trip advisory dan sudah di booking sebelum perjalanan, menginap di hotel Seraglio. Hotel yang terletak di kawasan Sultanahmed dapat dicapai dengan berbagai transportasi, dengan pertimbangan efisiensi dipilih transport yang murah yaitu trem metro. Konter tiket tersedia di beberapa tempat. Yang murah jika menggunakan Istambulkart, jenis e-money yang dapat digunakan untuk perjalanan tranport umum oleh beberapa orang. Top-up/ isi ulang dapat dilakukan di konter-konter (Biletmatik) yang terpasang di banyak tempat. Dari peta yang terpampang, rute yang ditempuh adalah jalur merah, pada stasion ke 6 (Zeytinburnu) ganti jalur biru ke arah Kabatas dan berhenti di  Sultanahmed, di depan Sultanahmed Koftecisi yang terkenal. Layaknya di tempat-tempat wisata, peta lokasi hotel yang dituju tidak terdeteksi. Berbekal alamat hotel lengkap, tanya kepada beberapa warga lokal tidak banyak tahu, diputuskan tanya ke sopir taksi. Pak sopir menelpon menanykakan alamat persisnya. Tentu saja, kompensasinya terpaksa naik taksi dia ...nggak tahunya alamat hotel berada beberapa blok saja. Karena naik taksi, kesannya jalannya muter agak jauh. 'Infaq' 40 TL(turkish lyra) untuk pak sopir taxi...😥😥
Penerbangan Jakarta-Istambul menyita waktu +/- 13 jam,  transit di Jeddah selama 2 jam, setelah terbang +/- 7 jam. Hidangan pertama disajikan jam 01:00 dinihari,dalam kondisi  mengantuk menikmati 'sahur' berupa ikan dori, salat dan cake. Hidangan kedua empat jam kemudian, berupa mie dan ayam. Landing  di Bandara Jeddah Int.Airport jam 4:10 waktu setempat, lapor pada

 Menunggu Bagasi, Hotel Seraglio, Biletmatik,Rute Trem
22.4.2017  10:00 : Hotel Seraglio. Kondisi hotel bersih walaupun kecil, cukup nyaman dan tidak terlalu jauh dari tujuan obyek wisata. Resepsionist sangat terampil dan tanggap dengan kebutuhan wisman. Dari brosur peta yang tersedia, di informasi bebrapa hal penting, antara lain posisi hotel dan beberapa destinasi utama yang wajib dikunjungi, antara lain Blue Mosque, Museum Hagia Sophia, Basilica, Museum Topkapi   Grand Bazar yang terletak di kawasan Sultanahmed. Akses ke lokasi tersebut cukup berjalan kaki, fisik harus siap.

11:30 Blue Mosque. Obyek pertama adalah Blue Mosque (Sultan Ahmet Camii) sekaligus sholat dhuhur pada jam 14:25. Nama masjid biru mengecoh kesan pertama kali melihat langsung Blue Mosque. Dari luar, masjid yang terdiri dari satu kubah besar, beberapa kubah kecil  dan empat menara sama sekali tidak ada unsur warna biru, semuanya berwarna abu-abu semen.
Interior dalam dominan kaca biru, halaman dalam masjid, imam sholat Shubuh
Di luar taman, masjid dikelililing tembok kokoh yang berwarna krem, dengan tiga pintu utama setinggi +/- 3 meter. Di dalam tembok, sebelum masuk masjid, separuh merupakan ruang terbuka yang dikelilingi selasar selebar 5 meter-an dan di tengah terdapat bangunan seperti maqom Ibrahim di Masjidil Haram,
dengan diamater 5 meter-an dengan tinggi 3-4 meter-an. Di sisi kanan pintu masuk utama berderet kram pancuran untuk mengambil air wudhu. Ternyata ...sebutan biru berasal dari warna biru yang tampak dominan di interior kaca yang menghiasi sebagian besar di dinding-dinding dan jendela masjid.
Blue Mosque
Masjid yg dibangun pada tahun 1606-1616 oleh Sultan Ahmed I, pada masa pemerintah khalifah Ottoman, terlihat indah jika dilihat dari dalam dengan background matahari. Detail arsitektur kaca jendela yang menutupi di semua sisi atas jendela dan jendela samping bangunan utama terlihat jelas, mengingatkan pada pembuatan kaca patri khas pengrajin Cirebon. Bagian tengah kubah yang menjulang dengan ketinggian 10 meter-an dibalut dengan ornamen yang selaras dan sewarna, menambah suasana khusyuk sebagai tempat ibadah. Dibuka dari mulai waktu shubuh (05:05) sampai dengan isak (21:37), semua turis diperbolehkan masuk (kecuali saat-saat sholat fardhu) dengan melepas alas kaki dan disediakan kerudung bagi pengunjung perempuan.
Karpet dominan warna merah dengan lampu gantung di tengah
Pagar pemisah terpasang untuk pengunjung dan jamaah yang akan sholat. Karpet merah menghampar, mencerminkan ciri khas karpet turki. Mimbar setinggi +/- 3 meter-an berdiri kokok tidak jauh dari mihrab tempat imam memimpin sholat. Jamaah sholat fardhu (dhuhur) hampir memenuhi shaf belakang, kecuali sholat shubuh dengan 3 shaf. Jamaah kaum muda cukup banyak diantara para jamaah yang sholat.
Pintu Belakang Blue Mosque

14:00 : Museum Hagia Sophia (Ayasofya Muzesi), terletak di sebelah timur laut Blue Mosque dengan  berjalan kaki 10-15 menit. Untuk masuk pengunjung dikenai biaya 40 TL. Antrian cukup panjang, beberapa calo menawarkan jasa, tentunya ada tambahan biaya. Dibangun pada abad 6 pada masa pemerintah Romawi, pada awalnya digunakan untuk gereja Kristen Ortodok, selanjutnya dirubah menjadi katedral katolik Roma dan pada masa kekhalifah-an Ustmaniyah dirubah fungsinya menjadi masjid. Pada tahun 1930an pemerintah Turki merubah fungsi menjadi museum. Arsitektur Romawi terasa kental tergambar pada desain interior dalam. Lukisan keramik tempel dengan gambar Siti Mariam dan bayinya dengan tulisan-tulisan Latin, hampir semua dinding dipenuh gambar desain yang simetris.
Lukisan Mosaic dari Keramik nabi Isa-Ibu Mariam
Lafaz Alloh Akbar dan Muhammad tertulis pada lingkaran berdimater +/- 5 meter menempel kokoh pada sisi kiri dan kanan altar yang berfungsi juga sebagai mimbar Imam.
Sayang sekali banyak gambar-gambar pada dinding yang mengelupas dan berubah warna dan di beberapa ruangan di blok tertutup menunjukan sedang ada proses restorasi. Ukuran bangunan lebih luas dari Blue Mosque, di samping sisi-sisi terdapat bangunan lantai dua. Ciri sebagai
museum terlihat dengan adanya banyak lukisan kaligrafi terpampang di sepanjang koridor sisi-sisi bangunan utama dan bisa disaksikan dari dekat oleh pengunjung.
Selain kubah utama, terpasang lampu gantung melingkar pada kubah-kubah yang lebih kecil sepanjang selasar dan sisi-sisi bangunan. Mimbar kotbah berdiri menjulang setinggi +/- 3 meter di sisi kiri mihrab tempat imam sholat. Di salah satu sisi menuju pintu keluar terdapat makam batu Eirene, istri Raja John II.
Lafaz Alloh & Muhammad di kubah dalam - Hagia Sophia 
Pada sisi luar terdapat bangunan madrasah, sekolah dasar, tempat wudhu. Kompas matahari sebagai penunjuk waktu sholat masih terpasang dan berfungsi dengan baik.Makam para khalifah antara lain Sultan Mehmed III, Selim II, Murad III, Mustapa I dan Sultan Ibrahim berjejer rapi berbungkus kain hijau.

Madrasah - Mimbar Imam Sholat Jum'at-Selasar untuk Ruang Pameran-
Plaza Luar Hagia Sophia & sekitarnya

15:00 : Bacilica Cistern, bangunan penampungan air bawah tanah yang terletak barat daya museum Hagia. Untuk menuju penampungan,dikenakan tiket 20 TL, pengunjung harus menuruni tangga ke bawah  setinggi 4,8 m. Suasana gelap hanya diterangi pada tapak jalan kayu yang disediakan untuk  pengunjung. Diantara deretan tiang penyangga bangunan, terdapat dua tiang yang mempunyai  desain unik yaitu ukiran kepala terbalik (Medusa) ke bawah dan miring yang ada di bagian bawah tiang. Dalam mitos Yunani, patung Medusa adalah monster ular bawah tanah.

Tiket Bacilica - Lorong menuju tiang Medusa (monster bawah tanah mitos Yunani -
Patung Medua menopang tiang-tiang

Menu Makan Siang
Tidak terasa perut berontak minta diisi. Banyak berderet resto-cafe lokal maupun internasional, dengan berbagai menu dan harga. Satu resto yang menarik dan konon sudah berusia puluhan tahun, Sultanahmed Koftecisi, terpampang stiker TipAdvisor. Acuan kuliner yang cukup membantu.

16:30 Grand Bazar, pasar cendera mata terbesar. Dari Sultanmet menggunakan trem cukup dua kali  pemberhentian. Segala macam souvenir dan berbagai macam jenis karpet tersedia dengan harga yang bisa ditawar. Sepeti layaknya tempat wisata, pusat cenderamata ada di pasar ini. Karpet, t-shirt, lampu hias, scarf, baju koko, hijab dan lain-lain, dengan berbagai tingkat dan kualitas..dan, tentu saja, bisa ditawar.

Grand Bazar Istambul
..................17:30 Gelata Tower, berdiri kokoh diantara bangunan-banguan bertingkat yang sangat padat. Dibangun pada abad 6, terdiri dari susunan batu-batu setinggi +/- 67 meter-an. Tarif tiket pengunjung  25TL. Sejak berdiri mengalami beberapa perbaikan dan fungsi, sebagai lampu mercusuar,  tempat pengamatan astronomi, lokasi percobaan penerbangan menuju selat Bosphorus dan terakhir menjadi obyek wisata. Pada lantai atas/ puncak ada ruang restoran. Untuk menuju puncak disediakan lift ber-kapasitas 5 orang, pengunjung bisa menikmati pemandangan laut Bosphorus dengan 2 jembatan, Gelata Dan Atarturk. Tidak disarankan untuk pengunjung yang takut ketinggian, karena pada puncak hanya tersedia selasar selebar 2 orang berdiri untuk lalu lalang seputaran puncak tower.
Gelata Tower - Pemandangan ke arah Selat Bhosporus
Restoran di puncak Tower Gelata
Jembatan Gelata - Pemukiman di sekitar Tower

23.4.2017 06:00 : Istana Topkapi. Sarapan pagi standart : telur rebus, salat, roti plus selai.  Menuju istana Topkapi dengan berjalan kaki saja, 15'. Tempat kediaman para Sultan Kekhalifahan Ottoman dan menjadi pusat pemerintahan dan pendidikan. Tiket masuk pengunjung 40 TL. Dibangun pada abad 16 mencakup areal seluas +/- 20 ha, terdiri dari bangunan umum , ruang pertemuan, ruang tamu/ menteri, taman, teras dan Harem (ruang pribadi sultan dan keluarganya). Untuk masuk ke Harem dikenakan biaya tambahan sebesar  24TL. Posisi terain istana yang berada di puncak bukit dengan pemandangan ke arah timur ke Laut Bhosporus dan ke arah timur laut Benteng Marmara dan Semenanjung Marmara (the Golden Horn).
Pintu Gerbang Luar Istana Topkapi

Tiket Box pada Pintu Gerbang Dalam
Imperial Council House
Pintu gerbang luar berupa marmer abu yang menyerupai lengkung masjid, dengan batu batas ekspos warna merah bata tua.Pengunjung melewati pintu deteksi logam. Satu-dua orang penjaga militer siap siaga dengan senjata laras panjang. Sebelum menuju konter tiket yang berdekatan dengan pintu  masuk utama, pengunjung menikmati taman yang luas dengan pohon-pohon tinggi nan rindang. Terdapat informasi yang cukup membantu, karena sebagian besar obyek wisata di Istambul adalah museum, pengunjung sebaiknya memberi Istambul Pass Museum seharga 85 TL untuk 10 museum yang tersebar lokasinya selama waktu 5 hari. Keuntungannya, jelas lebih murah dan tidak perlu antri lagi. Lafaz sahadat terpampang jelas di atas gerbang utama setinggi 3m dengan warna kuning emas. Bendera bintang dan bulan sabit warna putih di atas kain warna merah terang menggantung di atas tengan sisi dalam pentu gerbang, menunjukan simbol negara Turki.

Desain Jendela Patri dan Kerangka Jendela
Imperial Council Hall ruang pertemuan para tamu dan sultan melakukan rapat-rapat membahas masalah-masalah pemerintahan. Hanya ruang kosong dengan dinding-dinding dan atas yang dihiasi dengan aneka tempelan marmer dan lukisan dengan aneka desain khas Turki. Berbagai desain dan corak jendela dan pintu menambah keindahan bangunan.

Koleksi istana disimpan dalam ruang-ruang sesuai dengan temanya yaitu jam, persenjataan, peralatan makan, masak dan lain-lain. Koleksi jam dengan berbagai bentuk, ukuran dan desain yang sangat rumit dan mengagumkan. Demikian juga koleksi senjata dan baju untuk berbagai even, dan kedudukan. Diantara koleksi yang mengagumkan, terdapat koleksi yang sangat menomental yaitu bagian fisik badan dan peralatan yang digunakan Nabi Muhamad Saw, antara lain janggut, gigi, telapak, jubah.  Juga ada jubah sahabat Ustman bib Affan, mushasf Al Qur'an. Di ruang bersebelahan, sayup-sayup terdengar alunan ayat-ayat suci Al Qur'an. Seorang ichwan sedang duduk membaca ayat-ayat suci diantara panel-panel pameran. Subhanalloh. Sayang tidak diperkenankan mengambil gambar.

Ruang audensi berupa hall dan ruang terbuka digunakan untuk menerima laporan dari gubernur-gubernur dari daerah. Teras istana berupa hamparan terbuka yang bisa memandang ke selat Marmara dan daratan seberang. Tampak di kejauhan jembatan Atturk dan Menara Gelata, berdiri megah di antara bangunan-bangunan rumah warga.
Pemandangan dari teras belakang ke arah Jembatan Gelata
Ruang Pribadi (Harem)
Pemandangan ke arah Selat Bhosporus - Restoran - Benteng Adm Piri Reis

Jembatan Gelata - di kejauhan Blue Mosque dan Hagia Sophia

Kapal Wisata Teluk Marmara - Kuliner Bawah Jembatan Gelata

.

Jumat, 29 September 2017

Turki -Maroko [2]



Negeri Magribi 

24.4.2017 17:30 Fly to Casablanca by Luthfansa. Perjalanan selama 5 jam, transit di Frankurt selama 2 jam. Sedikit bermasalah di konter cek-in, biasa...Jerman maunya semua perfect. Yang ditanyakan apakah sudah pernah bepergian ke luar negeri ? Masalahnya, pasport baru belum ada catatan perjalanan ke luar negeri, tidak ada catatan imigrasi....😒, sedangkan paspor lama nggak dibawa. Aya-aya wae...  Melalui internet, berhasil di hubungi WNI yang tugas belajar untuk membantu sebagai guide selama di negara Maroko. Ban pesawat landing sempurna di airport King Hasan, Casablanca pada saat arloji mendekati dinihari waktu setempat. Kang Mama (Machludi) pelajar Indonesia (dari Majenang, Cilacap) penerima beasiswa bersama Hasan (WNM) siap menjemput dan mengantar langsung ke Marakech (200 km selatan Casablanca). Selama perjalanan, kang Mama banyak bercerita tentang kondisi dan keadaan negara-negara Afrika Utara. Bangsa Maroko merupakan salah satu rumpun suku Maghribi yang saat ini meliputi empat negara, yaitu Maroko, Mauritania, Aljazir dan Tunisia. Berpenduduk 33 juta, dengan kota-kota yang terkenal antara lain, Casablanca sebagai kota industri (macet pada jama-jam tertentu, tetapi tidak separah Jakarta), Rabbat ibukota administrasi, Marakech sebagai kota wisata. Di tengah daratan terbentang pegunungan Atlas, sebelah utara kondisi tanahnya relatif subur sehingga terkenal dengan pertanian dengan komoditas buah-buahan. Bagian selatan berupa daratan kering, gurun sahara merupakan wilayah berupa pasir tandus sampai perbatasan Mauritania. Walaupun mayoritas (hampir 95%) penduduk beragama Islam (mashab Maliki), Maroko adalah negara sekuler.

Taman Benteng-Travel  Hyundai-Start dari Jam'Fna -Motor isi bensin

25.4.2017 Marakech. Perjalanan malam hari menuju kota  Marakezh tidak banyak yang bisa disaksikan. Hasan, driver mobil rental, yang menganter kami mengendari mobil minibus Hyundai kapasitas 7 penumpang. Karena selama perjalanan belum sempat sholat magrib dan Isa', di bandara Frankurt tidak tersedia mushola, kami minta kang Mama, untuk mencari rest area untuk sholat jamak. Rest area besar, mushola cukup besar dan bersih, baik toilet, tempat wudhu dan ditunggu seorang penjaga. Banyak mobil-mobil trailer berjejer menunggu fajar untuk meneruskan perjalanan.
Menjelang shubuh sampai di hotel Gomassine***, ber-alamat di Boulevard Mohamaed Zerktouni. Cukup waktu untuk mandi dan sholat shubuh, sarapan pagi. Penjemput siap jam 06:00 untuk Sahara Tour. Respsionist kaget ketika kami akan cek-out dan titip koper-koper di konsinyere. Sambil menunggu penjemput, masih ada waktu 30 menit untuk sarapan pagi.
Cafe Gloui - Tim Survey Topografi
Dengan menu sederhana roti dengan  berbagai selai, mentega, keju, salad, cake dan berbagai minuman panas dan dingin. Belum sempat semua disantap, adik sudah di telpon supaya standby di lobi, jemputan akan datang.
Sahara tour paket 2 hari yaitu bermalam di gurun Sahara di wilayah Zagora, 210 km selatan Marakez. Cukup banyak travel yang menyediakan paket-paket tour 2,3 hari bahkan seminggu. Karena banyaknya paket-paket yang tersedia dan peminat/wisman tersebar di banyak hotel, para pengelola paket akan berunding di lapangan untuk menyatukan peserta yang sama paketnya disesuaikan dengan kapasitas kendaraan yang tersedia. Jangan heran kalau peserta akan dioper ke kendaraan lain beberapa kali untuk memenuhi kapasitas mini bus (13-16 orang).  Dalam rombongan kita ada beberapa wisman dari Yunani, Amerika, Jerman dan.... tidak menyangka ketemu dengan mbak Riska, warga Makasar yang sedang tugas belajar S2 di Norwegia. Setelah dua kali oper jemputan, di pangkalan terakhir, jam 8-an dari pasar Souk Municipal Jam' Fna rombongan berangkat dengan seorang sopir  merangkap guide perjalanan. Cuaca pagi cerah, panas di luar terobati dengan AC mobil yang cukup. Perjalanan menuju kota Zagora melewati beberapa pemukiman dan deretan pegunungan Atlas.
Pengunungan Atlas
Maroko dan sebagain negara Afrika Utara adalah bekas jajahan Perancis, tidak heran apabila arah lalulintas, nama-nama kota,  makanan, restoran selain bahasa Arab digunakan bahasa Perancis. Setelah dua jam perjalanan rombongan istirahat di jalan raya No.9 km 91, tepatnya Cafe Glaoui. Beberapa minibus sudah parkir lebih dulu, sebagian sudah berangkat lagi meneruskan perjalanan. Rest Area berada di lereng pegunungan, tampak dikejauhan  tim survey topografi sedang mengarahkan ke salah satu target di arah yang lain.
Motor Bebek di Peg.Atlas - Pegunungan Atlas
Senang rasanya melihat sesama profesi yang bertugas di medan yang sangat berat. Duapuluh menit waktu yang cukup hanya sekedar ke kamar kecil, melihat-lihat pedagang souvenir dan ambil foto beberpa titik. Perjalanan dilanjutkan, mendekati pegunungan Atlas jalan mulai menanjak dengan bukit di satu sisi dan jurang terjal di sisi yang lain. Sepanjang mata memandang, yang tampak bukit-buit dengan batuan dan sedikit tanaman semak-semak. Jalanan berkelok-kelok, ciri khas jalan di pegunungan, dengan kondisi aspal hotmix, beberapa tempat sedang dilakukan perbaikan kualitas aspal atau pemotongan bukit untuk mengurangi jalan kelokan. Lalulintas relatif sepi, truk-truk yang menjadi salah satu penyebab penghambat perjalanan, tidak terlihat. Karena truk yang melintas kondisinya prima, walaupun long vehicals (8-12 roda). Sekali dua kali melintas sepeda motor 70cc, yang memang banyak ditemui di kota. Pada spot-spot tertentu dengan view yang bagus, disediakan tempat-tempat pemberhentian kendaraan. Memberi kesempatan pengendara untuk istirahat atau menikmati view indahnya pegunungan Atlas. Melewati beberapa desa kecil Coul di Tika, Tiseldat, Adiegane, Amersegane, Lamdint, Outzinate, Tabourant rombongan sampai di Eit Ben Haddaou. Bangunan bersejarah, salah satu destinasi wisata yang populer di Maroko, berupa kasbah (benteng) yang berada salah satu di bukit.
Eit Ben Haddaou

Ben Haddaou tercatat sebagai Warisan Dunia dibawah pengawasan Unesco sejak 1987, salah satu destinasi wisata yang cukup populer di Maroko. Dari desa terakhir tempat pemberhatian bus, pengunjung harus berjalan kaki melewati lembah +/- 2 km, mengalir sungai kecil sedalam mata kaki. Air nya bening, uniknya rasanya asin. Ben Haddaou merupakan perkampungan kuno yang terletak di lereng bukit dengan semua bangunan berdinding tanah liat, dengan warna khas coklat lumpur. Konon, hanya ada beberapa keluarga yang tinggal di area tersebut. Keunikan lokasi dan bentuk bangunan yang masih asli, menjadi daya tarik sutradara terkenal untuk lokasi shooting film-film Hollywood, terutama film-film genre sejarah. Tercatat lebih dari 20 film pernah shooting di sini, antara lain Lawrance Arabia, Sodom I Gomora, The Jewell of the Nile, Samson et Delilah,Gladiator, The Bibble, Indiana Jones, King Tut, Game of Trones dan lain-lain.
Berjalan menuju Kasbah Ben Haddaou
Diperlukan stamina dan tenaga yang cukup untuk menaiki lereng bukit, melewati perkampungan dan beberapa diantaranya menjual souvenir. Bahkan ada penginapan juga tersedia. Pada puncak bukit berdiri satu bangunan kotak persegi yang dinamakan Kasbah Eit Ben Haddaou. Dari puncak bukit ke arah selatan dan barat tampak jembatan beton memanjang dan perkampungan/desa.

Ben Haddaou dengan latar belakang perkampungan
Sedangkan di sisi sebelah utara dan timur hanya hamparan bukit-bukit batu dan garis tipis memanjang di kejauhan, jalan raya trans sahara. Tak terasa waktu menjelang tengah hari, rombongan mulia turun melewati jalur yang lain. Makan siang dengan menu ala Perancis, di Loasis D'or, desa terdekat dengan Le Kasbah.
Perjalanan berlanjut. Lokasi selanjutnya adalah menuju lokasi Sahara Tour.  Rombongan melewati jalan raya no. 12. Pada meeting point  yang sudah biasa mereka lakukan, driver menemui rombongan 4-5 orang badui yang membawa 12 unta di suatu titik yang tidak bernama dan tidak ada tandanya, sekitarnya hanya terhampar gurun pasir. Kita semua turun beserta barang bawaan, perjalanan dilanjutkan dengan naik onta, sopir dan mobil meninggalkan rombongan.
Sahara Tour
Masing-masing dipersilahkan memilih onta, menyesuaikan dan naik di punggungnya yang sudah dipasang pelana dengan alas karpet. Kurangnya informasi tentang barang apa saj yang sebaiknya dibawa, baju dan pakaian dibawa dalam tas koper tidak praktis, lebih efisien jika dibawa menggunakan tas punggung. Rupanya mereka sudah mengantisipasi dengan menyiapkan satu-dua onta tidak berpenumpang, hanya khusus membawa tas-tas tersebut.

Perjalanan dimulai ...Sahara Tour. Suasana inilah yang 'dijual' kepada para pelancong mancanegara, menikmati suasana padang pasir gurun Sahara di atas pelana onta. Seandainya tidak menggunakan pelana berkarpet tebal, gerakan naik turun pantat mengikuti ergonomisnya punggung onta merupakan suatu kesulitan sekaligus kenikmatan tersediri. Posisi duduk yang tidak pas, mengurangi kenyamanan.
Perkemahan Sahara Tour
Akibatnya satu-dua penumpang merelakan ontanya untuk melenggang tanpa beban, karena penumpangnya lebih nyaman berjalan kaki. Lepas waktu a'sar menjelang magrib rombongan berjalan ke arah gurun, lokasi tenda penginapan. Jarak nya +/- 12 km, ditempuh dalam waktu +/- satu jam. Matahari perlahan dan pasti turun di ufuk barat, tampak warna putih dengan backgroung warna kuning oranye dengan awan tipis terpendar di berbagai arah.
Jejak-jejak..
Sampai di lokasi hari mulai gelap, bayangan sinar matahari masih cukup untuk melihat situasi di sekitar penginapan. Sekitar belasan tenda besar berdiri membentuk kotak, di ujung berdiri water toren dan dibawahnya tenda kamar mandi. Salah seorang petugas menyalakan diesel dan menyalakan lampu pada masing-masing tenda. Setiap tenda tersedia empat kasur di atas karpet tebal. Rasanya sudah tidak sabar untuk mandi mengingat perjalanan dari pagi dengan suhu terik dan debu gurun Sahara. Tenda kamar mandi dibagi beberapa bilik kamar dengan shower dan kloset. Sayangnya airnya nggak berfungsi, hanya keluar air pada wastafel. Alhasil, hanya cuci muka dan gosok-gosok sedikit beberapa bagian badan yang berkeringat. Acara selanjutnya diner di tengah arena yang telah terpasanga karpet beberapa kursi.


26.4.2017. 05:32 Gurun Sahara. Menjelang shubuh suasana di luar tenda senyap, hanya ada satu lampu menyala di tenda pengelola. Seberkas sinar tampak di ufuk timur, menyongsong terbitnya matahari beberapa saat lagi. Setelah sholat shubuh, pengelola membangunkan di setiap untuk breakfast. Roti tawar, selai, teh dan kopi, menu yang disiapkan untuk mengganjal perut di pagi hari. Sementara kita sarapan, perlahan dan pasti matahari merayap naik di ufuk timur. Guide dan pengelola menyiapkan onta yang di parkir agak jauh dari tenda. 
Menjelang dhuha, rombongan sudah siap di masing-masing onta. Agak sulit mengenali onta yang ditumpangi saat berangkat, sama saja, tidak ber-ac. Pelan tapi pasti rombongan onta berduabelas kembali ke meeting point sore kemarin. Belakangan ketahuan, berbeda posisinya. Beberapa kali bertemu rombongan onta yang tidak ada penumpangnya, kayaknya banyak -banyak lokasi penginapan di gurun sebagai bagian dari Sahara Tour. Meeting point di tempat yang lebih mudah dikenali, karena ada pertigaan jalan dengan plang arah perjalanan yaitu jalan nomor 12 menuju kota Errachidia (terus) dan ke kiri ke Errouha & Beni Zoli.
Street nr.12
Dari kejauhan tampak minibus menuju ke arah kita, jemputan tepat waktunya.

08:12 Perjalanan menuju kota Quarzazate (6d 54m 02d LS, 30d 55m 13.7d BT). Tidak aneh Marakech dan sekitarnya sebagai destinasi wisata favorit karena keunikan alam dan kerapnya digunakan sebagai tempat shooting film-film layar lebar papan atas. Bahkan di kota kecil, Quarzazate, kita dapat menikmati mesium cinema. Sebelum makan siang disiapkan acara vilage tour, melihat lebih dekat kehidupan dan rumah-rumah warga lokal.
Sebagian rumah-rumah penduduk dibangun dari bahan tanah liat dan dominan warna coklat, sepintas jalan-jalan penghubung tidak jauh berbeda dengan jalan-jalan kampung,
sempit di tanah air dan tidak ada yang beraspal. Hampir semua bangunan menara tinggi terdapat sarang burung. Makan siang di cafe Le Kasbah Letoile, sebelah kanan museum cinema.
Museum Cinema
Seperti biasa menu favorit sate kambing dan es jeruk. Makan siang dilanjut dengan sholat dhuhur di mushola seadanya, perjalanan berlanjut, kembali ke Marakech. Perjalanan ke Marakech melewati jalan yang sama, melintas lembah, lereng dan bukit pengunungan Atlas. Kepenatan badan, dan rasa kantuk setelah makan siang tertahan dengan pemandangan liak-liuknya aspal mulus dengan pamandangan hampir monoton, bukit batu kering. Aircondition mobil menahan suhu panas di luar +/- 40 derajat Celsius.
Village Tour
Untuk menghilangkan kejenuhan, di beberapa spot driver menghentikan mobil, istirahat sekaligus menikmati angin sepoi-sepoi udara pegunungan. Tak terasa tiga jam perjalanan, selepas asar menjelang magrib rombongan sampai di Marakech. Di hotel Gomassine sudah ditunggu kang Mama dan dua teman sesama mahasiswa Indonesia. Mereka siap mengantar melihat suasana malam kota Marakech. Selepas magrib, kami berenam berangkat dengan dua taxi.

18.25 : Icon kota Marakech, pasar malam di Jemaa El-Fna. Segala macam kuliner, cenderamata, tukang sulap, qira'ah, pengemis, penari break dance menampati masing-masing lapak di lapangan yang sangat luas. Penjual juice buah di atas mobil box dengan berbagai aneka rasa mengundang siapapun untuk mencobanya. Dengan harga 4-20 Dirham, kita dapat memesan berbagai macam kombinasi buah dengan berbagai rasa. Rasanya bagaimana ?....seger, apalagi kalau pas haus. Suara adzan Isya terdengar keras dari salah satu sisi lapangan, beberapa pengunjung dan pedagang berbondong-bondong mengambil wudhu bersiap sholat Isya berjamaah. Urusan souvenir, kang Mama punya langganan khusus di dalam  pasar. Lumayan beda 10-20 DH, untuk oleh-oleh kerabat di tanah air.
Aneka Juice di Jemaa El-Fna
Urusan makan malam, tidak perlu kuatir, sebelah pasar berderet resto-resto dengan segala menu ala Maroko. Penjaga dan pemilik resto dengan penuh semangat menawarkan aneka makanan. Menu unggulan grill atau sate daging  kambing. Minumnya yang khas teh dengan daun mint.
Tak terasa jam menunjukkan jam 22.00, saatnya istirahat untuk perjalanan besok harinya.
Pasar Malam Jemaa El-Fna, Marakech


27.4.2017 7:30 : Husen dan Kang Mama siap menganter pagi-siang di tiga destinasi wisata, yaitu Meuseum kaktus/ Yves Saint Laurent(YSL), Istana/Museum Baia dan masjid Kattobiyah. Museum Kaktus merupakan rumah kediaman pribadi designer kondang kelahiran Perancis YSL. Selain berbagai macam kaktus, koleksi seni mencakup lukisan, koleksi pribadi berbagai peralatan rumah tangga masyarakat Magribi, koleksi rancangan baju, tas, sepatu dan berbagai asesoris kebutuhan selebritis. Warna biru benhur dan kuning mendominasi interior dalam bangunan museum. Harga tiket masuk 110 Dh.Selanjutnya ke masjid Koutobiyah, icon Kota Marakech, yang berada di seberang taman Jemaa El-Fna. Sayangnya karena alasan tertentu, sering digunakan untuk pertemuan -pertemuan ilegal, masjid hanya dibuka pada jam-jam sholat fardhu. Tampak dari luar masjid dengan menara tunggal berbentuk kotak dengan warna coklat lumpur, tampak megah dan kokoh.
Masjid Kattobiyah
Dengan ketinggian menara 77 meter dibangun pada abad ke12 pada masa pemerintahn Dinasti Murabitun dan mampu menampung 25 ribu jamaah. Menara terletak di sudut utara bangunan masjid. Halaman di sekitar sisi utara semacam pilar-pilar bangunan, bisa jadi merupakan sebagian bangunan masjid yang pernah runtuh/dibongkar. di beberapa sisi halaman tumbuh pohon-pohon jeruk berwarna kuning berbuah lebat. Heran...kenapa koq nggak ada yang usil metik buah-buah tersebut. Ternyata..rasanya pahit.

Perjalanan dilanjutkan ke istana Baia, salah satu peninggalan istana kerajaan Maroko berupa tempat tinggal. Terletak dekat pasar Arc Rebbi Mordekhay Ben Attar. Sayang sekali tidak ada sisi perabotan warisan yang bisa ditampilkan, hanya ruang-ruang kosong dengan keunikan desain keramik tembok dan lantai dan hiasan kaca patri pada jendela yang bertebaran sepanjang bangunan.
Masjid Kattobiyah

Semakin indah apabila dilihat dari dalam menghadap keluar. Tidak jauh dari istana, masih dalam lingkungan halaman Baia, dikelilingi tembok-tembok tinggi. Di beberapa tempat puncak tembok, dan juga di menara-menara,  bertengger sarang-sarang burung berupa ranting-ranting dan daun-daun kering. Pengunjung diarahkan untuk meninjau ruang-ruang yang berada di pinggir-pinggir area istana. Benda-benda peninggalan kebudayaan masa lampau, foto-foto dokumentasi hanya menempati beberapa ruangan dari banyak yang tersedia. Ruang lain hanya berupa ruang kosong. 
Istana Baia
Halaman tengah berupa ruang terbuka dan sebagian kolam dan taman.Tidak banyak pengunjung yang datang, karena bukan hari libur.
Mengunjungi pasar Arc Rebbi Mordekhay Ben Attar dengan keunikan berupa berbagai aneka rempah dalam bentuk serbuk instan yang dipajang dalam bakul-bakul berbentuk gunung-gunung dan berbagai berbagai warna warni. Unik sekali. Demikian juga obat-obat tradisional (jamu) herbal dengan segala ramuan dipamerkan dalam botol-botol yang berjejer. Proses pembuatan dapat disaksikan langsung untuk menarik perhatian pengunjung.
Keramik & Lampu Kaca Berpatri
Tak terasa waktu menjelang siang, sudah waktunya perut minta diisi untuk energi perjalanan selanjutnya ke kota Casablanca. Sate kambing dan ayam kayaknya tidak menarik lagi, pingin rasa yang lain. Masih di kawasan pasar tampak warung tanpa plang dengan perangkat penggorengan di depan warung. Kayaknya menu ikan yang manjadi andalannya. Ini yang mesti dicoba...nyem..nyem...

Rempah-rempah
12:00an : perjalanan ke Casablanca. Jalan bebas hambatan  ditempuh dalam waktu +/- 2 jam. Sebelum ke bandara, mengunjungi ikon kota Casablanca, masjid Raja Hasan II. Hampir semua bangunan masjid di Maroko mempunyai
desain yang mirip. Bangunan dengan desain persegi dengan satu menara menjulang tinggi di salah satu sudut bangunan dan dengan warna dominan coklat lumpur.
Masjid Hassan II dibangun pada tahun 1986-1993 untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II. Masjid Hassan II dibangun menjorok ke samudra Atlantik membuatnya terlihat seakan akan berada di tengah laut layaknya sebuah masjid yang benar benar terapung. Tak salah bila kemudian masjid ini mendapat julukan sebagai masjid terapung terbesar di dunia. Masjid megah ini kini menjadi penanda kota Casablanca.
Masjid Raja Hasan II
Teknologi tinggi di aplikasikan di masjid megah ini dengan memanfaatkan teknologi cahaya laser untuk pencahayaan dan memberikan keindahan tersendiri dimalam hari, penggunaan pemanas lantai untuk mengontrol temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin, penggunaan pintu elektrik, rancangan atap yang bisa di buka tutup dengan teknologi mutakhir dan beberapa bagian lantai masjid menggunakan kaca tebal sehingga memungkinkan jemaah melihat samudera Atlantik yang menyapu bebatuan di bawah masjid. Selain itu masjid ini juga secara keseluruhan berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang sholat yang mengagumkan, dengan ukiran tangan para pengukir yang memang profesional di bidangnya ditambah dengan dekorasi hasil cetakan semen. Sebuah tim besar para maestro pengukir di pekerjakan khusus menangani proyek pembangunan masjid ini. Bahan bahan terpilih berupa kayu kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafroute.
Menara dan Selasar Masjid
Lebih dari 6000 seniman maroko dipekerjakan pada proyek pembangunan masjid ini sejak dari awal pembangunannya. Dengan biaya proyek mencapai setengah miliar dolar dan sebagian besar dari dana pembangunan tersebut merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri (Wikipedia).

Angin pantai berhembus kencang, tidak ada pepohonan yang menjadi penghias taman atau plaza terbuka. Megah. Pintu masjid terbuka bagi jamaah, terkesan ramah kepada pendatang, bahkan dipersilahkan duduk di kursi penjaga jika jamaah akan ganti sepatu untuk masuk atau keluar masjid. Ujung-ujungnya penjaga minta shodaqoh, untuk penjaga bukan untuk kemakmuran masjid. Masjid tidak menyediakan kotak amal. Ruang wudhu berada di basement, kondisinya sangat bersih ditunggu dua penjangga yang siap menyapa dengan senyum dan salam. Walaupun tersedia pancuran, kebiasaan wudhu di Maroko menggunakan ember kecil. Dengan alasan penghematan air, ember yang tersedia digunakan untuk mengambil air dan berwudhu sambil duduk di tempat yang tersedia. Namun demikian menambah air diperbolehkan dengan ember yang ada. Tinggi pintu +/- 2m dan kerangka pintu lengkung setinggi 10 m, melingkari hampir di semua sisi, hanya satu yang terbuka untuk jamaah yang akan sholat. Karpet warma krem dengan pembatas shaf warna merah hati  semua ruangan. Sebelum masuk masjid jamaah dipersilahkan pengunjung dipersilahkan mengambil tas plastik untuk menyimpan alas kaki. Di depan shaf disediakan karpet warna gelap memanjang untuk meletakan tas alas kaki jamaah. Mengingatkan kalau kita sholat idul fitri di lapangan di tanah air. Mihrab tempat imam berkarpet merah hati seluas +/- 16 m dikelilingi marmer coklat. Disamping mihrab berjarak 4 m berdiri mimbar imam untuk khutbah jumat.Tidak ada bangunan tingkat, tiang penyangga  menjulang tinggi berupa marmer abu-abu krem dengan ornamen ukiran ciri khas budaya maghribi, lampu hiasan lingkaran berlampu menggantung di beberapa kubah atap. Sedikit mirip dengan ornamen masjid Nabawi. Keluar masjid terhampar ruang terbuka, pas sekali untuk tempat rekreasi keluarga. Balita berlarian di ruang yang luas, keluarga berselfi ria, bahkan, ini yang membedakan, ada yang pacaran.