Saat-saat bahagia adalah saat berbagi. Berbagi dengan segala bentuk dan aneka rupa, baik yang berwujud maupun yang tidak, materi atau immateri, seketika atau bertahap. Yang diharapkan adalah dapat memberi manfaat, walaupun hanya sebiji atom.
Kamis, 14 Juni 2018
FIG, Istambul, 2018
Tak dapat dipungkiri keberadaan data geospasial yang selama ini dinilai sangat minor, perlahan dan pasti semakin besar kontribusinya dalam berbagai aspek kehidupan, pembangunan, ekonomi, komunikasi, lingkungan, kebencanaan dan lain-lain. Pemanfaat data dan informasi yang tersebar di berbagai platform dijital maupun analog menimbulkan kreativitas dan diversifikasi ide dengan penggunaan big data. Salah satu yang sangat dirasakan masyarakat bawah adalah penggunaan aplikasi daring dalam transportasi low cost, gojek, grab ubber dengan berbagai fasislitas turunanannya. Data core yang menjadi kunci utama adalah kelengkapan peta dan kualitas jaringan komunikasi data. Walaupun disisi lain mematikan bisnis transportasi konvensional, disisi lain memberi manfaat dan efisiensi dalam lalulitas moda transportasi.
Tahun ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN mengirim beberapa orang delegasi sebagai peserta maupun penyaji makalah yang berkaitan tupoksi di bidang pertanahan.
Di tingkat pusat, Dirjen Infrastruktur Keagrariaan mengirim 3(tiga) delegasi peserta dari Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral, yaitu penulis, Hendro Prastowo dam Arli Buchari. Dari Ditjen Tata Ruang, hadir ketua ISI yang merupakan Sesditjen Tata Ruang, Virgo Eresta. Sedangkan di tingkat daerah, Budi Martono selaku Kepala Kantor Pertanahan Kab.Madiun hadir sebagai peserta sekaligus pembawa makalah.
Sebelum lapor Panitia |
Pengalaman penulis saat hadir sebagai delegasi dan pembawa makalah pada FIG 2010 di Sidney (http://inendri.blogspot.com/2010/06/fig-2010.html),
kongres tahun ini dihadiri ratusan bahkan ribuan partisipan dan ratusan makalah dengan sepuluh tema. Sembilan ruang disediakan panitia untuk pemaparan technical session mulai dari jam 08.00 sd 17.30. Tidak mungkin peserta menghadiri semua penyajian, perlu pemilihan session sesuai dengan minat dan kepentingan.
Penulis, Hendro, Arli, Virgo Eresta |
Penulis dan tim menginap di apartemen sekitar Taksim sq tidak jauh dari lokasi kongres, sehingga tak memerlukan angkutan untuk menuju TKP, cukup jalan kaki di tengah2 udara yang mendung dengan gerimis tipis. Regitrasi secara online sudah dilakukakan, untuk mendapatkan nametag , goodybag dan manual book kongres harus mendaftar juga secara offline melalui konter-konter yang tersedia di lobby gedung. Harbiye Auditorium merupakan ruang utama berupa Hall dengan desain panggung persegi di bawah dan audience berupa bangku-bangku lipat miring ke atas. Lebih kurang jam 09.00, walaupun tidak semua bangku terisi bahkan terkesan agak kosong, acara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia kongres,
DR. Orhan Ercan dari Turkish Chamber of Survey Cadastre Engineers. Presiden FIG periode 2014-2018 dijabat oleh Prof.DR.Chryssy Potsiou dari TEE & Harse, Yunani. Flashback sekedar untuk meningatkan kembali, FIG merupakan organissasi internasional para surveyors dunia, anggotanya terdiri dari organisasi profesi serupa di setiap negara yang berkecimpung di bidang surveying, kadaster, pemetaan, geodesi, ahli-ahli geospasial dan para geodet. FIG didirikan di Paris pada tahun 1878 dengan nama Federation Internationale des Geometres.
Menjelang Pembukaan Acara |
Dan selanjutnya berubah menjadi Organisasi para Surveyor. Sebagai NGO yang diakui UN, beranggota lebih dari 120 negara. Pertama kali mengadakan pada tanggal 18-20 Juli 1878 di Paris, perhelatan kali merupakan konferensi yang ke 78 sejak berdirinya organisasi. Untuk periode 2014-2018 FIG Counsil Members terdiri dari Prof. Dr. Chrissy Potsiou, TEE & HARSE Yunani (Presiden),
Prof. Dr. Rudolf Staiger, DVW Jerman (Vice President), Dr. Diane SUmashie, RICS UK (Vice President), Dr. Orhan Ercan, CSCE Turky (Vice Presdient), Mr. Mikael Lije, SPBE Sweden (Vice President). Kongres tahun akan memilih Council Members baru, yang nantinya mereka akan memilih presiden baru sebagai pengganti dari Mrs. Chrissy.
Prof. Chrissy, Presiden FIG 2014-2018 |
Serangkaian pembukaan acara resmi ditutup dengan tarian sebat, tari khas Turki yang dibawakan oleh para ahli sufi. Tapi kali ini tari sebat bersi kontemporer, karena dikombinasikan puluhan penari lelaki perempuan dengan pakaian khas Turki.
Tari Sebat |
Tehnical Session dibagi menjadi 10 tema, antara lain Spatial Information Management, Positioning & Measurement, Cadastre & Land Managament, Valuation & the Management of Real Estate, COnstruction Economic & Management dll. Penulis hanya hadir di salah satu diantaranya yaitu Cadastre & Land Management. Sedangkan kunjungan ke salah satu kantor pertanahan menjadi pembelajaran tentang pengelolaan data pertanahan untuk kepentingan kadastral.
Kantor yang dituju yaitu Atasehir Tapu Madurlugu, Kantor Kadaster Kota Atasehir. Satu gedung dengan Kantor Pertanahan Kota Kadikoy....koq bisa ya?
Ruang tunggu pelayanan hampir sama dengan Kantor Pertanahan di kota-kota besar di negara kita. Papan elektronik untuk nomor pelayanan, informasi umum, dan informasi status berkas.
Kantor Pertanahan Atesir & Kadikoy |
Ruang Tunggu Kantor Kadater Asetehir |
GU Lapangan, Peta Kadaster Analog & Digital |
Warkah dan Nomor Penyimpanan |
Peserta Kongres Berkunjung ke Kantor Kadaster Atasehir |
Ketemu sesama peserta dari BIG (ibu Sari dan ibu Sofi) |
Di depan Kantor Kadaster Atashir |
Bersama staf di bagian Peta & Kepala Kantor Kadaster (jas kotak-kotak) |
Di lain kesempatan, penulis berkunjung di plaza Sultan Ahmed,
di depan masjid Biru secara tidak sengaja menemukan Kantor Land Register & Kadaster Distrik Istambul, Tapu Ve Kadastro Istambul Bolge Mudurlugu
di depan masjid Biru secara tidak sengaja menemukan Kantor Land Register & Kadaster Distrik Istambul, Tapu Ve Kadastro Istambul Bolge Mudurlugu
Kantor Land Registration & Cadastre Distrik Istambul |
Hongaria-Viena-Slovakia (1)
Budapest
Ada yang menjuluki sebagai Paris-nya Eropa Timur.
Mungkin ada alasan tersendiri untuk menjuluki demikian, seperti halnya Bandung sebagai Paris van Java. Selain sebagai kota yang ditetapkan World Heritage oleh Unesco, layaklah kalau keindahan kota ini disejajarkan dengan kota Roma atau mungkin Athena. Hampir semua bangunan kuno masih berdiri kokok dan uniknya selalu ada penanda kapan bangunan kapan dibangun, siapa pemilik-nya siapa yang membangun.
Kami bertiga (penulis, Hendro & Arli) take off menggunakan Turkish Air (alasan keterbatasan waktu) dari Aturk IA (Istambul) menempuh waktu 2 jam, landing di Budapest Ferihegy jam 19:10 (satu jam lebih lambat dari Istambul). Pengecek-an pasport tidak terlalu lama, kebetulan penumpang tidak sebanyak di Istambul. Hongaria termasuk negara yang bebas visa untuk pengguna pasport biru.
Walau sempat tegang sebentar dengan petugas imigrasi setempat, mungkin karena ketidaktahuan, harus bertanya dulu dengan teman sebelahnya, yang sudah meloloskan Hendro, teman se kantor se perjalanan, yang sudah berdiri di ruang sebelah, lolos dari pemeriksaan imigrasi. Tidak ada yang perlu di tunggu, karena yang dibawa hanya back bag yang bisa dibawa ke kabin. Yang pertama dilakukan adalah menukar uang setempat, Hongarian Forin (HUF). 1$ US = 250 HUF.
Tempat menginap sudah di booking dari tanah air via NusaTrip, supaya lebih hemat menggunakan apartement, tepatnya di Rumbach Holiday Apartement (karena ada Rumbach Hotel)di Rumbach Sebestyen no. 10.
Yang paling mudah memanfaatkan taxi, dengan jarak 20 km dengan tarip HUF 7000 (+/- 360ribu rupiah). Menjelang musim panas, jam 7 malam masih terasa sore, jalan-jalan relatif sepi tidak terlalu crowded, sehingga pak sopir bisa melaju dengan cepat. Suasana keramaian kota tampak setelah taxi memasuki kota. Sopir masih mengira kita menginap di Rumbach Hotel, karena terpampang jelas namanya, padahal yang benar bersebelahan dengan hotel. Melihat tampilan apartementnya tampah kusam, pintu masuk gelap, tidak ada lampu penerangan. Untungnya pintu gerbang yang terbuat dari jeruji besai masih dibuka, sehingga masih bisa masuk. Di dalam gedung pun tidak ada yang bisa ditanya. Apartemen berupa blok berlantai 4, di tengah ruang terbuka untuk parkir beberapa mobil.
Sempat ragu harus bertanya ke siapa, karena tidak siapapun yang bisa diminta informasi. Terlihat tombol-tombol bel nomor apartemen di salah satu dinding yang diterangi lampu kecil. Diantara deretan tombol, tertulis nama Rumbach Apartemen. Benar, tombol ditekan langsung terjawab. Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu. Apartemen kami berada di lantai 2, dengan naik tangga (karena tidak ada lift), berjalan sepanjang lorong melewati 2 pintu, sampailah. Petugas menjelaskan sebentar tentang ruang dan fasilitas yang tersedia. Walaupun dari luar terlihat kumuh, di dalam bersih dengan perlengkapan lengkap. Seperti layaknya sebuah apartemen, dua kamar tidur + TV, ruang tamu menyatu dengan dapur, tersedia kompor, mesin cuci, perlengkapan makan, masak komplet, bahkan kopi, gula, teh, garam dan mrica. Lumayan, untuk tarif 2 juta/ malam. Setelah istirahat sejenak, masih ada waktu untuk makan malam dan belanja untuk sarapan besok pagi. Suhu berkisar 20 derajat, menjelang summer masih cukup dingin. Setelah belanja di salah satu toko swalayan CBA elemiszer di ujung Jl.Kiraly, tak jauh mampir di Mir Kebab resto Kurdiztan. Menu-menu yang ditawarkan Czirkemaj (nasigurih + daging) 1200 HUF, Rantott CzirKemell (ayam + kentang goreng) 1200HUF, Gyros tal, gyros szenvics. Lumayan kenyang untuk mengantar tidur malam.
Folyo Duna. Kota Budapest, ibukota Hongaria, salah satu negara ex blok timur yang berada di Eropa Timur, berasal dari dari dua wilayah Buda dan Pest yang dipisahkan oleh Sungai Donau (Jerman)/ Danube(Inggris)/ folyo Duna (Hongaria).Sungai Donau sendiri berhulu di wilayah Jerman ( Schwarzwald) membentang sepanjang 2850 km (terpanjang kedua di Eropa) dan bermuara di Laut Hitam. Melewati 10 negara Jerman, Austria, Slovakia, Hongaria, Kroasia, Serbia, Ukraina dan Bulgaria.
Sengaja menyegarakan sarapan pagi, untuk bisa sepagi mungkin untuk menikmati suasana pagi di kota. Terlihat pemandangan yang berbeda pada malam sebelumnya dengan pagi hari. Keluar dari aparteman, tampak kekusaman bangunan apartemen, dengan warna coklat agak krem mendekati gelap, mungkin sudah lima tahun tembok luar belum di cat lagi. Keluar sepanjang jalan Rumbach, dengan dipandu Google Map melalui gadges rekan Hendro & Arly, mengikuti jalan Karoly, Kossut Lajos (kawasan Belvaros). Sepanjang jalan di pagi yang cerah disuguhi pemandangan bangunan-bangunan tua usia ratusan tahun, sebagian sedang di renovasi, bagian yang lain dibiarkan seperti apa adanya. Mungkin sebagai konsekuensi ditetapkan sebagai World Heritage, rehab dan renovasi harus seijin otoritas tertentu.
Indonez Napok. Berjalan +/- 30' secara tidak sengaja ketemu Kozponti Vasarcsanok (Pusat Pasar Tradisional tempat penjualan souvenir, makan-makan tradisional kering). Kejutan lagi di depan pasar terpampang spanduk Indonez Napok. Ada apa gerangan ? Indonesian Days. Rupanya sedang berlangsung pekan penjualan barang2 khas produk Indonesia. Sesuai dengan tulisan yang terpampang di salah satu stand di lorong pasar, yang disponsosri Indonesia Trade Promotion Centre/ Kementerian Perdagangan. Karena masih terlalu pagi peserta pameran belum ada yang datang, lapak2 sudah terpasang. Beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Budapest bahkan sudah datang untuk membantu acara.
Tidak lama di pasar, nanti akan kesini lagi untuk memberi souvenir dan oleh2. Perjalanan berlanjut ke selatan-barat, ke arah sungai Donau. Bagi pencinta sepeda, di beberapa tempat tersedia sepeda rental yang digunakan dengan memasukan koin (HUF 400/hari).
Sungai Donau sudah di depan mata dengan jembatan Szabadsag (Liberty Brigdes), terbuat dari kerangka besi warna hijau daun, sepanjang +/- 350 meter-an. Sisi kiri-kanan sungai berupa jalan raya, tentu saja disediakan trotoar untuk pejalan kaki. Tidak jauh dari jembatan berdiri dermaga untuk kapal-kapal wisata sungai Donau. Beberapa kapal terlihat sedang putar haluan untuk docking di dermaga yang tersedia. Jembatan selebar =/-20 m, terbagi dalam 3 jalur, 2 jalur di 2 sisi jembatan untuk pejalan kaki dan jalur tengah untuk lalulintas trem dan mobil dua arah. Dibangun pada tahun 1890-an di pugar tahun 1945, sampai saat ini konstruksi-nya masih bagus.
Selain pemeliharaan, pemerintah setempat mambangun banyak jembatan di sepanjang sungai, untuk memecah jalur lalu lintas untuk tidak menumpuk di satu jembatan tertentu. Sisi barat sungai topografinya relatif berbukit dibanding sisi timur, dari jauh tampak patung perempuan berdiri di taman Citadel, nama yang sama untuk sisa-sisa reruntuhan bangunan istana Romawi di kota Amman, Jordania. Sayang tidak ada waktu sampai ke puncak Citadel, bisa menyaksikan keindahan sungai Donau dengan latar kota Budapest secara bird eye view, apalagi kalau malam hari. Bukit citadel berbatasan dengan sungai Donau dipisahkan jalan raya.
Jembatan kedua dinamakan Erzbebet hid (Elizabeth Brigdes),berjarak satu 1 km dari jembatan Libertie, dibangun tahun 1961 tentu saja designnya tampak lebih modern dengan struktur jembatan gantung ditopang 2 tiang di sisi jembatan. Lalulintas untuk mobil. Pada ujung jembatan yang menuju bukit terjal berdiri monemen Gerard of Csanad, salah satu pimpinan gereja yang meninggal di tempat tersebut. Berjalan kaki mengikuti Szent Gekkert st. sepanjang 1 km belum terasa penat, selain menikmati keindahan gedung-gedung kuno, taman-taman kota yang tersedai di setiap sudut kota mengurangi panasnya sinar matahari yang mulai meninggi.
Budapest Castle. Mengikuti jalan Dobrentei berujung pada jalan Ybi Miklos, salah satu ujung bangunan Budapest Castle. Untuk menuju ke Castel dari seberang sungai dibangun jembatan yang menjadi icon kota Budapest, Szechenyl Lanchid (Chain Bridges) atau Jembatan Rantai Szechenyl. Jembatan yang menghubungkan wilayah Buda dan Pest dibangun 1840, kontruksi jembatan gantung yang ditopang dua pilar beton di sungai. Ciri khas jembatan ini adalah patung dua singa penunggu seolah-olah mengawasi siapapun yang akan melewati jembatan dari sisi manapun.
Di ujung jembatan tersedia jasa buggy car (Budapest Castle Bus) untuk mengelilingi kastil. Driver akan berkeliling di lima titik-titik yang menjadi pusat wisata, penumpang bisa turun (atau lanjut), menikmati view yang ada (waktu sesuai masing-masing) dan bisa naik lagi dengan mobil yang lain (yang secara rutin berkeliling) dengan menunjukan tiket yang ada.
Karena lokasi kastil di atas bukit, tersedia 2 transport untuk mencapai TKP, dengan buggy dan cabbel car (tidak berfungsi, sedang perbaikan), tentu saja selain jalan kaki. Perjalanan buggy car dimulai dg melewati Buda Castel Tunnel sepanjang +/-250m, melewati jalan Alagut, Palota sampai berhenti di kantor Pos / restorant Pirrot, jl. Dizt.
Kastil Buda berada di atas bukit dengan luas 470 ha-an, merupakan bangunan bekas istana Raja Hungaria, Bela IV, dengan design Barok yang dibangun pada abad 14. Sekarang digunakan sebagai museum dan kantor pemerintah daerah setempat, dengan adanya keberadaan berbagai bendara, penjagaan dan security. Di beberapa tempat, salah satunya di depan gedung Pemda, tampak puing-puing bangunan kuno, mungkin masih dalam tahap renovasi. Melewati gedung pemerintah, persis di atas tunnel, menuju istana yang sebagian sudah menjadi Museum Budapest/ Magyar Nemzeti Galeria/ Hungarian National Gallery.Istana dikelilingi pager kokok besi
yang pada ujungnya dipasang patung burung yang memegang pegang sambil mengepak sayapnya setinggi mungkin. Di tengah halaman yang sangat luas, berdiri sosok ksatria naik kuda dalam bentuk patung besi yang sudah berwarna hijau, dibawah patung tertulis nama Savoyai Eugen 1663-1736, komandan perang pada jaman kerajaan Romawi. Dari pinggir pagar depan istana, tampak sungai Donau dengan 3-4 jembatan dengan latar belakang bangunan kuno per blok2. Tembok pagar depan merupakan tebing yang berbatasan dengan taman istana, jalan buat pedestrian meliuk mengikuti kontur tanah. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan.
Secara simetris di sepertinya panjang tembok, design tembok menjorok ke luar, untuk memberi tempat kepada pengunjung menikmati keindahan pandangan dengan cakupan 360 derajat...amazing.
Istana berupa bangunan berlantai 3 di tengah berdiri kubah yang berwarna hijau kusam.
Pilar-pilar sebagai ciri khas istana petinggi setempat berdiri kokoh dengan warna putih kusam. ya..hampir sebagian dinding bangunan warna krem tua mendekati coklat mendominasi, bahkan pada tembok-tembok bawah tidak luput dari coretan-coretan dari kapur atau cat, tentu saja merusak keindahan artsitektur bangunan.
Museum dengan kemegahan bangunan dan beberapa contoh lukisan kelas wahid, mendorong keinginan untuk manikmati lebih dalam. Sayang waktu yang terbatas, dengan pertimbangan jika sudah masuk ke dalam bakalan berlama-lama karena terlalu asik, diputuskan untuk masuk ke dalam. Sejam menikmati titik pertama, selanjutnya menuju destinasi kedua masih di sekitar Buda Palace, buggy car mengarah ke Matyas Templom/ Gereja Mathias. Gereja yang dibanguan pada tahun 1015 pada masa Kekaisaran Romawi. Pada masa penguasaan Khalifah Ottoman, gereja ini pernah dipakai sebagai masjid. Tinggi menara 80 meter-an, di depan berdiri patung pada area yang ber-lingkaran. Beberapa pelukis jalanan memamerkan karyanya, dan tentunya menawarkan jasanya ke pelancong.
Perjalanan berlanjut ke point ke-3, Buda Tower yang terletak di Kazpian ter. Merupakan sebagian dari bangunan gereja Maria Maddalena yang tinggal berdiri towernya. Pada halaman depan terdapat monumen jubah kejayaan raja Hungaria, yang dibuat dari perunggu.
Destinasi selanjutnya monumen Perang di Pusat Kebudayaan, ternyata jalan yang sudah kita lewati, Ybi Miklos. Sehingga kita memutuskan untuk skip menuju ke pemberhentian
terakhir, di ujung jembatan Rantai, Szechenyl Lanchid. Dari sini di seberang sungai terlihat gedung megah berwarna krem. Rekan Hendro mencoba cari tahun dari Google Map dan
jalur trem atau metro yang menuju ke sana. Gedung Parlemen, Hungarian House Parliament. Kalau di toko-toko souvenir banyak dijumpai asesories miniatur gedung parlemen, inilah
gedung aslinya. Pada halaman belakang merupakan lapangan terbuka seluar +/- 1 ha di tengah berdiri tiang bendera setinggi +/- 50 m-an dan berdiri dua orang prajurit yang pada saat-saat tertentu melakukan manuver gerakan teratur di sekitar lingkaran yang mengelilingi bendera. Atraksi tambahan bagi para pelancong yang menyaksikan kejadian tersebut. Gedung yang mirip gereja, gedung parlemen tertua ke-3 di Eropa. Dibangun pada tahun 1896 dengan design terinspirasi dari Istana Wesminster London. Berada di sisi Pest sungai Donau mempunyai panjang 268 m dan tinggi kubah 96 meter, 691 kamar, 16 patung raja yang pernah berkuasa di sini dan dekorasi emas seberat 40 kg. Ck.ck..ck..
Hosok tere. Perjalanan selanjutnya menuju Hosok tere (Taman Pahlawan) terletak di Zuglo, Central, bagian dari Museum of Fine Arts ; Mucsarnok. Di tengah berdiri menara setinggi 35 m-an dengan sosok berjubah dan bersayap ditangan di atas, malaikat Gabriel, tangan kiri memegang tongkat ujung nya salip ber-plang dua, tangan kanan memegang mahkota bersalib. di bawahnya berdiri patung-patung sebanyak tujuh orang dalam ukuran sebenarnya, menggambarkan kepala suku setempat.
Di sisi sebelah utara berdiri dua bangunan seperempat lingkaran terpisah yang masing2 diatasnya berdiri 7 kolom dengan dengan 7 orang raja2 Hongaria. Bangunan dibangun pada tahun 1896 memperingati kemenangan pendudukan Magyar.
Selain itu, disisi yang lain terdapat bangunan kotak sebagai peringatan bagi prajurit yang tidak dikenal. Sepintar bangunan dan plaza-nya mirip dengan Bradenburg Tor Berlin.
Waktu sholat dhuhur sudah masuk.Karena waktu siang agak longgar, tentu saja karena iktibar seorang musafir, dhuhur akan dijamak dengan asar. Rekan Hendro, guider utama, bermaksud mencetak tiket kereta Budapest-Vienna. Arah perjalanan ke Banhoufht, stasiun kereta utama, atau Keleti Palyaudar. Bangunan statsiun
layaknya bangunan istana. Sebelum transportasi udara berkembang pesat, kereta api merupakan moda transportasi yang paling dominan. Biasanya penguasa membangun di pusat/metro
dan paling megah diantara bangunan2 sekitarnya. Dari jadwal perjalanan elektronik yang tergantung di atas, terdapat 12 platform jalur kereta api ke berbagai tujuan.
Walaupun terlihat kumuh dan kotor, suasana kemegahan dan ke-antik-annya masih terasa. Harus menanyakan beberapa kali sebelum ke pelayanan informasi.
Sore sudah mulai datang, asar siap menerima kehadiran muslimin yang mau sholat. Masuk asar jam 18.00 an, sengaja sholat akan si jamak ta'qir karena kesulitan mencari masjid di daerah yang mayoritas penduduknya non muslim. Kembali google map dimainkan rekan Arly, kayaknya ada masjid di sekitar kawasan Buda. Berarti masih ada 1-2 destinasi
di kawasan yang sama. Walaupun sebenarnya transportasi tidak menjadi masalah. Pilihannya adalah stadion Puskas dan Pasar untuk membeli souvenir.
Sisa-sisa kehebatan permainan sepakbola zaman old, bisa dilihat dengan kemegahan stadion yang dibangun untuk mengenang Rerenc Puskas. Rerenc Puskas, pemain sepakbola Hungaria yang paling produktif, mecetak 84 gol dalam 85 pertandingan di tim nasional dan 514 gol dari 529 pertandingan di liga Eropa.
Sehingga IFFHS menganugerahkan sebagai pecetak gol terbanyak abad 20. Stadion terletak di Zuglo, untuk menuju ke lokasi menggunakan metro dengan stasion yang masih kuno, pun keretanya.
Pertama kali perencanaan pada awal tahun 1900 dalam rangka menyambut Olimpade Modern. Gagal dibangun karena Hongaria terlibat PD I, sehingga olimpiade dipindah ke Atwerpen. Kapasitas awal 100ribu (seperti stadion Senayan), setelah di renovasi tahun 2016 kapasitas menjadi 33ribu-an. Pada saat kita kesana tidak ada pertandingan, sehingga tidak banyak yang bisa dilihat kecuali kemegahan bangunan.
Setelah pengambilan evidance via beberapa spot yang cukup , perjalanan selanjutnya mencari oleh-oleh ke Kozponti Vasarcsanok. waktu menjelang tutup toko, beberapa kios sudah tutup.
Di lantai dua, salah satu kios yang terlihat ramah pemiliknya membuat kami harus mampir sekaligus memilih-milih barang souvenir yang sesuai dengan kantong dan koper. Beberapa kata melayu si pemilik bisa ucapkan, terima kasih-murah-satu-dua diantaranya yang bisa diucapkan pedagang souvenir. Pameran Indonesia di lantai satu sudah mengenas barang-2 dagangannya, dan bergegas kembali ke penginapan. Beberapa menit masih sempat ngobrol sebentar sebelum berpisah.
Budapest Mecset. Perjalanan selanjutnya mencari masjid terdekat, sholat asar sekaligus magrib. Sengaja pulang ke apartemen menunggu waktu gelap, sekalian menyaksikan kemegahan gedung parlemen dengan pencahayaannya pada malam hari.
Dari googel search terpilih beberapa daftar masjid yang paling dekat dengan lokasi saat ini, walaupun naik trem dengan dua kali pemberhentian.
Masjid Dar Es Salam, namanya, belakangan penjaganya seorang pria tanggung dari Nigeria. Terletak di Bartok Bela utca, di salah bagian belakang gedung , yang hanya bisa diidentifikasi via google map. Thank you Google. Masuk lorong sejauh 30 meter, jalan setapak naik dan di atas tergantung tulisan
JotekonySagi Beke Alapitvany MaSjid (latin dan arab), kira2 artinya Masjid Pendiri Yayasan Sosial. Mungkin kalau di tanah air layak kita sebut mushola yang banyak disediakan di bangunan-bangunan publik. Salah satu ciri yang jarang disediakan di masjid2 kita adalah di setiap kran ada
tempat duduk, seolah-olah memberi pesan kepada jamaah 'berkonsentrasilah dalam berwudu, karena ketidak-sah-an wudhu berdampak pada ketidak-sah-an sholat'. Sebelum sholat magrib, kira2 sejam lagi, yang paling layak yaitu mengisi perut yang sudah bernyanyi keroncong.
Sholat magrib diarahkan ke masjid yang lain, berjarak 5-6 blok dari masjid Dar Er Salam. Lebih efisien naik trem. Sinar matahari sudah mulai berubah warna coklat ke- merah2an mendekati gelap. Dari point yang ditemukan pada lokasi lokasi google map, ditemukan bangunan megah bertingkat
berwarna coklat terakota. Tidak ada tulisan apapun di luar, setelah masuh lobi pada salah satu tembok tertulis Magyaroscgl Musclimok Egyhaza, MME, Budapest Mecset, Masjid Jami Budapest Shubanalloh ...megah sekali, tidak mengira di bekas negara komunis tersedia masjid yang cukup bagus. Tak lama terkagum-kagum muncul seseorang dari kamar, seseorang ikhwan muncul dari salah satu ruangan, assalamualaikum warramatullah wabarakatu..walaikumsalam warrahmatullah wabarakatu, saling memperkenalkan diri...ee...nggak tahunya bisa berbahasa melayu, Achmad namanya, warga Pakistan, pernah bermukim di Samarinda dan Serawak...shubanalloh... Tempat sholat terletak di lantai 2 (ikhwan), untuk akhwat di lantai 2. Karpetnya bagus, ruangnya bisa menampung 300-an jamaah. Kira-kira 15-an jamaah dewasa yang sholat magrib saat itu.
Perjalanan selanjutnya pulang, mampir di Jembatan Rantai Patung Singa untuk melihat gedung parlemen di malam hari. Sayang sekali hujan turun cukup teras, tidak seperti biasanya, sehingga pengambilan gambar dari seberang kawasan Buda ke arah kawasan Pest, Gedung Parlemen, tidak optimal. Tapi cukup anggun..dengan background gelap malam pendar lampu dari halaman ke atas arah gedung, membuat terdecak kagum. Selamat Malam Budapest.
Persiapan untuk ke Viena by train.
Ada yang menjuluki sebagai Paris-nya Eropa Timur.
Mungkin ada alasan tersendiri untuk menjuluki demikian, seperti halnya Bandung sebagai Paris van Java. Selain sebagai kota yang ditetapkan World Heritage oleh Unesco, layaklah kalau keindahan kota ini disejajarkan dengan kota Roma atau mungkin Athena. Hampir semua bangunan kuno masih berdiri kokok dan uniknya selalu ada penanda kapan bangunan kapan dibangun, siapa pemilik-nya siapa yang membangun.
Kami bertiga (penulis, Hendro & Arli) take off menggunakan Turkish Air (alasan keterbatasan waktu) dari Aturk IA (Istambul) menempuh waktu 2 jam, landing di Budapest Ferihegy jam 19:10 (satu jam lebih lambat dari Istambul). Pengecek-an pasport tidak terlalu lama, kebetulan penumpang tidak sebanyak di Istambul. Hongaria termasuk negara yang bebas visa untuk pengguna pasport biru.
Penulis-Hendro-Arli |
Tempat menginap sudah di booking dari tanah air via NusaTrip, supaya lebih hemat menggunakan apartement, tepatnya di Rumbach Holiday Apartement (karena ada Rumbach Hotel)di Rumbach Sebestyen no. 10.
Apatemen Rumbach |
Sempat ragu harus bertanya ke siapa, karena tidak siapapun yang bisa diminta informasi. Terlihat tombol-tombol bel nomor apartemen di salah satu dinding yang diterangi lampu kecil. Diantara deretan tombol, tertulis nama Rumbach Apartemen. Benar, tombol ditekan langsung terjawab. Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu. Apartemen kami berada di lantai 2, dengan naik tangga (karena tidak ada lift), berjalan sepanjang lorong melewati 2 pintu, sampailah. Petugas menjelaskan sebentar tentang ruang dan fasilitas yang tersedia. Walaupun dari luar terlihat kumuh, di dalam bersih dengan perlengkapan lengkap. Seperti layaknya sebuah apartemen, dua kamar tidur + TV, ruang tamu menyatu dengan dapur, tersedia kompor, mesin cuci, perlengkapan makan, masak komplet, bahkan kopi, gula, teh, garam dan mrica. Lumayan, untuk tarif 2 juta/ malam. Setelah istirahat sejenak, masih ada waktu untuk makan malam dan belanja untuk sarapan besok pagi. Suhu berkisar 20 derajat, menjelang summer masih cukup dingin. Setelah belanja di salah satu toko swalayan CBA elemiszer di ujung Jl.Kiraly, tak jauh mampir di Mir Kebab resto Kurdiztan. Menu-menu yang ditawarkan Czirkemaj (nasigurih + daging) 1200 HUF, Rantott CzirKemell (ayam + kentang goreng) 1200HUF, Gyros tal, gyros szenvics. Lumayan kenyang untuk mengantar tidur malam.
Suasana Pagi di Kawasan Belvaros Budapest |
Folyo Duna. Kota Budapest, ibukota Hongaria, salah satu negara ex blok timur yang berada di Eropa Timur, berasal dari dari dua wilayah Buda dan Pest yang dipisahkan oleh Sungai Donau (Jerman)/ Danube(Inggris)/ folyo Duna (Hongaria).Sungai Donau sendiri berhulu di wilayah Jerman ( Schwarzwald) membentang sepanjang 2850 km (terpanjang kedua di Eropa) dan bermuara di Laut Hitam. Melewati 10 negara Jerman, Austria, Slovakia, Hongaria, Kroasia, Serbia, Ukraina dan Bulgaria.
Sengaja menyegarakan sarapan pagi, untuk bisa sepagi mungkin untuk menikmati suasana pagi di kota. Terlihat pemandangan yang berbeda pada malam sebelumnya dengan pagi hari. Keluar dari aparteman, tampak kekusaman bangunan apartemen, dengan warna coklat agak krem mendekati gelap, mungkin sudah lima tahun tembok luar belum di cat lagi. Keluar sepanjang jalan Rumbach, dengan dipandu Google Map melalui gadges rekan Hendro & Arly, mengikuti jalan Karoly, Kossut Lajos (kawasan Belvaros). Sepanjang jalan di pagi yang cerah disuguhi pemandangan bangunan-bangunan tua usia ratusan tahun, sebagian sedang di renovasi, bagian yang lain dibiarkan seperti apa adanya. Mungkin sebagai konsekuensi ditetapkan sebagai World Heritage, rehab dan renovasi harus seijin otoritas tertentu.
Atribut Bangunan & historis-nya |
Kozponti Vasarscanock |
Rental Sepeda di Marcus ter |
Leiberty Brigdes & Bus Trem |
Tebing Bawah Patung Citadel |
Budapest Castle. Mengikuti jalan Dobrentei berujung pada jalan Ybi Miklos, salah satu ujung bangunan Budapest Castle. Untuk menuju ke Castel dari seberang sungai dibangun jembatan yang menjadi icon kota Budapest, Szechenyl Lanchid (Chain Bridges) atau Jembatan Rantai Szechenyl. Jembatan yang menghubungkan wilayah Buda dan Pest dibangun 1840, kontruksi jembatan gantung yang ditopang dua pilar beton di sungai. Ciri khas jembatan ini adalah patung dua singa penunggu seolah-olah mengawasi siapapun yang akan melewati jembatan dari sisi manapun.
Szechenyl Lanchid |
Patung Singa |
Kastil Buda berada di atas bukit dengan luas 470 ha-an, merupakan bangunan bekas istana Raja Hungaria, Bela IV, dengan design Barok yang dibangun pada abad 14. Sekarang digunakan sebagai museum dan kantor pemerintah daerah setempat, dengan adanya keberadaan berbagai bendara, penjagaan dan security. Di beberapa tempat, salah satunya di depan gedung Pemda, tampak puing-puing bangunan kuno, mungkin masih dalam tahap renovasi. Melewati gedung pemerintah, persis di atas tunnel, menuju istana yang sebagian sudah menjadi Museum Budapest/ Magyar Nemzeti Galeria/ Hungarian National Gallery.Istana dikelilingi pager kokok besi
yang pada ujungnya dipasang patung burung yang memegang pegang sambil mengepak sayapnya setinggi mungkin. Di tengah halaman yang sangat luas, berdiri sosok ksatria naik kuda dalam bentuk patung besi yang sudah berwarna hijau, dibawah patung tertulis nama Savoyai Eugen 1663-1736, komandan perang pada jaman kerajaan Romawi. Dari pinggir pagar depan istana, tampak sungai Donau dengan 3-4 jembatan dengan latar belakang bangunan kuno per blok2. Tembok pagar depan merupakan tebing yang berbatasan dengan taman istana, jalan buat pedestrian meliuk mengikuti kontur tanah. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan.
Buda Castel dan Terowongan menuju Castel |
Istana berupa bangunan berlantai 3 di tengah berdiri kubah yang berwarna hijau kusam.
Buda Castel ke arah sungai Donau |
Buda Castel dari belakang |
Buda Tower |
terakhir, di ujung jembatan Rantai, Szechenyl Lanchid. Dari sini di seberang sungai terlihat gedung megah berwarna krem. Rekan Hendro mencoba cari tahun dari Google Map dan
jalur trem atau metro yang menuju ke sana. Gedung Parlemen, Hungarian House Parliament. Kalau di toko-toko souvenir banyak dijumpai asesories miniatur gedung parlemen, inilah
gedung aslinya. Pada halaman belakang merupakan lapangan terbuka seluar +/- 1 ha di tengah berdiri tiang bendera setinggi +/- 50 m-an dan berdiri dua orang prajurit yang pada saat-saat tertentu melakukan manuver gerakan teratur di sekitar lingkaran yang mengelilingi bendera. Atraksi tambahan bagi para pelancong yang menyaksikan kejadian tersebut. Gedung yang mirip gereja, gedung parlemen tertua ke-3 di Eropa. Dibangun pada tahun 1896 dengan design terinspirasi dari Istana Wesminster London. Berada di sisi Pest sungai Donau mempunyai panjang 268 m dan tinggi kubah 96 meter, 691 kamar, 16 patung raja yang pernah berkuasa di sini dan dekorasi emas seberat 40 kg. Ck.ck..ck..
Gedung Parlemen |
Plaza Hosok Tere |
6 dari 14 Pahlawan Nasional |
Waktu sholat dhuhur sudah masuk.Karena waktu siang agak longgar, tentu saja karena iktibar seorang musafir, dhuhur akan dijamak dengan asar. Rekan Hendro, guider utama, bermaksud mencetak tiket kereta Budapest-Vienna. Arah perjalanan ke Banhoufht, stasiun kereta utama, atau Keleti Palyaudar. Bangunan statsiun
layaknya bangunan istana. Sebelum transportasi udara berkembang pesat, kereta api merupakan moda transportasi yang paling dominan. Biasanya penguasa membangun di pusat/metro
dan paling megah diantara bangunan2 sekitarnya. Dari jadwal perjalanan elektronik yang tergantung di atas, terdapat 12 platform jalur kereta api ke berbagai tujuan.
Walaupun terlihat kumuh dan kotor, suasana kemegahan dan ke-antik-annya masih terasa. Harus menanyakan beberapa kali sebelum ke pelayanan informasi.
Keleti Palyaudar- Stasiun Kereta Api |
di kawasan yang sama. Walaupun sebenarnya transportasi tidak menjadi masalah. Pilihannya adalah stadion Puskas dan Pasar untuk membeli souvenir.
Sisa-sisa kehebatan permainan sepakbola zaman old, bisa dilihat dengan kemegahan stadion yang dibangun untuk mengenang Rerenc Puskas. Rerenc Puskas, pemain sepakbola Hungaria yang paling produktif, mecetak 84 gol dalam 85 pertandingan di tim nasional dan 514 gol dari 529 pertandingan di liga Eropa.
Stadion Puscas Rerence |
Pertama kali perencanaan pada awal tahun 1900 dalam rangka menyambut Olimpade Modern. Gagal dibangun karena Hongaria terlibat PD I, sehingga olimpiade dipindah ke Atwerpen. Kapasitas awal 100ribu (seperti stadion Senayan), setelah di renovasi tahun 2016 kapasitas menjadi 33ribu-an. Pada saat kita kesana tidak ada pertandingan, sehingga tidak banyak yang bisa dilihat kecuali kemegahan bangunan.
Setelah pengambilan evidance via beberapa spot yang cukup , perjalanan selanjutnya mencari oleh-oleh ke Kozponti Vasarcsanok. waktu menjelang tutup toko, beberapa kios sudah tutup.
Pasar Kozponti |
Masjid Dar Er Salam |
Dari googel search terpilih beberapa daftar masjid yang paling dekat dengan lokasi saat ini, walaupun naik trem dengan dua kali pemberhentian.
Masjid Jami - Achmad(pengurus) |
JotekonySagi Beke Alapitvany MaSjid (latin dan arab), kira2 artinya Masjid Pendiri Yayasan Sosial. Mungkin kalau di tanah air layak kita sebut mushola yang banyak disediakan di bangunan-bangunan publik. Salah satu ciri yang jarang disediakan di masjid2 kita adalah di setiap kran ada
tempat duduk, seolah-olah memberi pesan kepada jamaah 'berkonsentrasilah dalam berwudu, karena ketidak-sah-an wudhu berdampak pada ketidak-sah-an sholat'. Sebelum sholat magrib, kira2 sejam lagi, yang paling layak yaitu mengisi perut yang sudah bernyanyi keroncong.
Sholat magrib diarahkan ke masjid yang lain, berjarak 5-6 blok dari masjid Dar Er Salam. Lebih efisien naik trem. Sinar matahari sudah mulai berubah warna coklat ke- merah2an mendekati gelap. Dari point yang ditemukan pada lokasi lokasi google map, ditemukan bangunan megah bertingkat
berwarna coklat terakota. Tidak ada tulisan apapun di luar, setelah masuh lobi pada salah satu tembok tertulis Magyaroscgl Musclimok Egyhaza, MME, Budapest Mecset, Masjid Jami Budapest Shubanalloh ...megah sekali, tidak mengira di bekas negara komunis tersedia masjid yang cukup bagus. Tak lama terkagum-kagum muncul seseorang dari kamar, seseorang ikhwan muncul dari salah satu ruangan, assalamualaikum warramatullah wabarakatu..walaikumsalam warrahmatullah wabarakatu, saling memperkenalkan diri...ee...nggak tahunya bisa berbahasa melayu, Achmad namanya, warga Pakistan, pernah bermukim di Samarinda dan Serawak...shubanalloh... Tempat sholat terletak di lantai 2 (ikhwan), untuk akhwat di lantai 2. Karpetnya bagus, ruangnya bisa menampung 300-an jamaah. Kira-kira 15-an jamaah dewasa yang sholat magrib saat itu.
Jembatan Rantai di Malam Hari |
Persiapan untuk ke Viena by train.
View Kawasan Pest dari Castel Buda |
Hauphbanhoft |
Jembatan Rantai dan Jembatan Kemerdekaan (jauh) |
Citadel |
Hongaria-Vienna-Slovakia (2)
Bratislava, Slovakia
Hari terakhir di Budapest, seperti pada hari sebelumnya, cuaca cerah, bayangan sinar matahari sudah tampak sejak jam 4.00 ba'da shubuh menjelang syuruq. Kami siap-siap untuk cek-out, sebagian
barang-barang, yang merupakan tambahan oleh-oleh sudah dikemas semalam. Walaupun nggak banyak, dua tas tenteng yang dibawa terasa penuh sesak. Itupun sebagian terpaksa nitip di rekan Arli yang membawa tas ukuran agak besar. Seperti biasa, sarapan dengan paket hemat (baca Super Mie masih tersisa beberapa bungkus), dimasak bersama dengan lauh telur dadar. Kelengkapan peralatan dapur dengan bumbu standar mempermudah proses masak memasak ala chef dadakan. Rekan Hendro memanfaatkan mesin cuci yang tersedia, cuci kering beberapa helai baju dalam. Sayang salah seting, setelah satu jam ditunggu mesin masih berputar-putar hanya mencuci saja. Untung tidak berapa lama, waiter datang dan melakukan set ulang untuk mencuci sekaligus mengeringkan.
Keleti Palyudar, Stasiun Kereta Budapest |
Perjalanan hari ini ke Austria/Vienna/Wina menggunakan kereta. Dengan menggunakan metro, dengan berjalan kaki tidak terlalu jauh dari apartemen, menuju ke Keleti Palyaudar (stasiun utama).
Jaringan transportasi kereta di Eropa merupakan satu sistem pelayanan teintegrasi antar negara (eurobytrain.com). Berdasarkan rute dan kecepatannya, ada dua: kereta ekspres dan kereta api cepat. Ada 2 jenis kereta ekspres yaitu domestik dan internasional, umumnya kereta tersebut berhenti lebih sedikit diibandingkan kereta api lokal dan sebagian dari jenis kereta tersebut menghubungkan
antar negara. Kereta ekspres sering disebut dengan InterCity (IC) ataupun EuroCity (EC). Kereta ekspres menawarkan 2 kelas yaitu kelas 1 dan kelas 2. Sedangkan kereta api cepat sangat identik dengan teknologi yang dimiliki, sangat nyaman dan tepat waktu, mampu melesat hingga 350 kilometer per jam. Kereta api cepat dibagi menjadi beberapa kelas, sebagian dari mereka memiliki lebih dari 2 kelas dan umumnya beroperasi secara domestik dan internasional.Kami memesan kereta EC kelas 2, untuk jarak pendek (=/- 215 km) membayar EUR 19.
Kereta dengan nomor EC140 berangkat dari stasiun Palyudar jam 08.40, dengan waktu tempuh 1jam 25 menit atau rata-rata kecepatan kereta 140 km/jam. Terlalu dini sampai di statsiun,
dari papan videotron yang terpampang di atas peron (ada 12 jalur kereta), belum ada jadwal kereta yang ke Vienna. Sehingga masih ada waktu untuk lihat-lihat sekitar.
Lobi Stasiun, di dinding dengan lukisan klasik |
Menjelang jam 7:30 muncul jadwal kereta EC140 di jalur 12, segera bergegas ke jalur dimaksud. Sudah banyak penumpang yang menunggu, walaupun keretanya belum ada. Penasaran dengan kondisi yang ada kami menanyakan keberadaan kereta, ternyata jalur untuk ke Vienna tidak disini, tetapi di jalur 4. Berarti harus jalan kaki ke arah seberang ruangan. Benar, kereta yang dimaksud sudah standby, bahkan para penumpang sebagian sudah duduk manis di dalam kereta. Untung banyak-banyak bertanya...
Kondisi kereta cukup bagus (untuk kwalitas kereta kelas dua), formasi duduk dua-dua berhadapan, tersedia wifi. Penumpang penuh...beberapa saat tidak jauh dari waktu yang tertera di tiket,
kereta berangkat. Melalui WA mengabarkan ke Pak Ridwan kalau kereta sudah berangkat menuju Vienna. Ya...pak Ridwan, tetangga kakak yang tinggal di Depok, bekerja di Kementerian Luar Negeri, menjelang pensiun beliau ditempatkan di Kedutaan Indonesia di Slovakia. Sesuai dengan komunikasi hari-hari sebelumnya, kami akan mengunjungi Slovakia, setelah Austria. Dua negara tersebut bebas visa (hanya untuk paspor biru). Dan beliau sangat antusias memberikan informasi, bahkan akan menjemput dan mengantar kami. Pada perjalanan kami ke Amman (Jordania) beberapa waktu yang lalu, keberadaan pak Salahudin, kolega pak Ridwan yang bekerja di staf Kedutaan RI di Amman, sangat..sangat membantu dalam merencanakan perjalanan kami selama di Jordania. Walaupun keinginan ke Yerusalem (Palestina), tidak dapat tercapai (karena permintaan visa yang terlalu mepet), bantuan p Salahudin dan ananda Ihab (anak pak Salahudin) sangat berarti. Sekali lagi terima kasih...nuhun..untuk pak Ridwan dan Keluarga.
Rekan Hendro, penulis, Pak Ridwan & bu Nunung Ridwan |
Satu dua penumpang masih berjalan-jalan, mungkin sedang mencari nomor tempat duduknya.
Di beberapa stasiun berhenti untuk menurunkan dan mengambil penumpang.
Di beberapa stasiun berhenti untuk menurunkan dan mengambil penumpang.
Sepanjang perjalanan dipenuhi pemandangan tanah pertanian khas pedesaan. Setelah separuh perjalan, masih suasana lahan gandum dan..berdiri tiang-tiang setinggi +/- 4o meter berwarna putih dengan baling-baling berputar secara pelan dan teratur. Walaupun tidak menyimak, kelihatannya sudah memasuki wilayah Austria. Ternyata benar, dari pantauan Google Map, kereta api sudah memasuki wilayah Austria. Dari pantauan di google pula, negara Swiss terkenal dengan pemanfaatan angin sebagai salah satu teknologi penghasil listrik. Di negara kita baru tahun ini (2018) dikembangkan yaitu di Sidrap (sulsel), daerah penghasil padi.
Jam 10.10 kereta memasuki area Wien Stadlau Bahnhoft yang terletak tidak jauh dari sungai Donau. Semua penumpang bergegas menurunkan barang2 bawaan yang berada deck rak atas, dan satu persatu keluar kereta. Suasana di luar tidak terlalu ramai, tidak banyak penjemput. Di kejauhan tampak pasangan suami istri yang sedang mencari seseorang untu dijemput. Yiahh..walaupun lupa-lupa ingat dengan wajah beliau, saya langsung memastikan ini pak Ridwan bersama istri (ibu Nunung). Benar..juga..."pak Ridwan ya ?" sapa saya ke beliau sambil mengulurkan tangan,"ya..ya..selamat datang di Vienna", jawab beliau. "Akhirnya...kita ketemu di sini ya pak Ridwan"sambil tetap menyalami beliau dan ibu, "nggak nyangka ya, kita bisa ketemu disini...... ...alahmadulillah", sambil memperknalkan rekan Hendro dan rekan Arli kepada beliau berdua. Kebetulan hari itu tanggalan merah, peringatan Isa Almasih, kantor Kedutaan juga libur, sehingga pak Ridwan mempunyai waktu untuk menjemput kita di stasiun Vienna (Wiena), padahal beliau tinggal di Bratislava, ibukota Slovakia, kira-kira satu jam perjalanan (55 km). Hari masih pagi, kebetulan tidak ada destinasi khusus di Austria yang dituju, pak Ridwan menawarkan dan mengantar kami ke rumah beliau di Bratislava. Tentu saja kami meng-iya-kan dan sangat bergembira. Sebelum ke TKP, kami singgah dulu untuk cek-in di apartemen yang sudah di book rekan Hendro beberapa hari yang lalu. Lokasinya tidak terlalu dengan Bahnhoft, beberapa blok, persisnya di Buchengasse 84-86. Tidak terlalu susah pak Ridwan mengarahkan mobilnya (Vw Passat CD EE17059) ke alamat tersebut, 10 menit sudah di depan apartemen. Untuk cek-in bisa langsung berdasarkan kode akses pintu otomatis yang sudah sudah dikirim pada booking online. Kamar terletak di lantai dua, terdiri dari dua kamar tidur, dapur sekaligus ruang makan dan ruang tamu serta kamar mandi. Seperti apartemen di Budapest, di lemari dapur sudah tersedia peralatan makan, masak, mencuci dan gula/kopi/ teh dan selai.
Setelah rehat sejenak, nggak sempat menjamu minum dan snack ringan, kita sepakat untuk lanjut ke rumah pak Ridwan di Bratislava. Bahkan Bu Ridwan menawari untuk tidur di rumahnya..terimakasih atas tawaran yang baik ini. Perjalanan ke Bratislava dengan mobil sendiri serasa lebih nyawan, apalagi ditemani 'guide' dari perwakilan negara di tanah Eropa. Kalau dilihat di peta, kalau dari Budapest ke Bratislava, tidak perlu ke Vienna dulu. Secara geografis, kalau di tarik garis lurus letak Bratislava berada di antara Budapest-Vienna (lihat peta di atas). Sehingga saat itu, sebenarnya sedang menuju balik ke arah Budapest. Melalui jalan raya no. 9, jalan raya trans Eropa yang membentang arah timur barat. Seperti halnya pada saat naik kereta api, ciri khas pemandangan
Apartemen jl. Buchengasse |
di area pertanian/pedesaan adalah berdiringan tower-tower PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu),pun selama perjalanan kami menjumpai banyak sekali kincir angin elektrik yang berjarak +/- 500 meter antar tower. Ada beberapa, 1 -2 yang kincir tidak berfungsi, nggak jelas, apa rusak atau memang sengaja di off-kan. Setelah menempuh +/- 45', bangunan kincir sudah tidak ada lagi, berarti kami sudah memasuki negara Slovakia. Sebenarnya kami sudah melewati bangunan pintu masuk antar negara (border pass), walaupun sudah tidak digunakan lagi. Memasuki kota Bratislava, suasana kota tidak berbeda dengan Budapest, ada kemiripan sebagai sesama negara yang pernah bersatu dalam blok Timur (sekutunya Uni Soviet pada masa Perang Dingin). Bangunan apartemen berupa blok-blok berlantai 4-5 dengan warna krem atau coklat terakota. Slovakia adalah negara pecahan negara Cekoslovakia, menjadi dua negara Ceko dan Slovakia, sebagai dampak glassnot yang dicetuskan Michael Gorbachev, presiden Uni Soviet saat itu. Negara seluas 4,9 juta ha dengan jumlah penduduk 5,4 juta, termasuk negara kaya dengan ranking 39 dari 189 negara dengan GDP $32.892. Mata uang yang digunakan Euro. Kalau dari sisi perdagangan, nilai hubungan luar negeri Indonesia-Slovakia tidak terlalu menguntungkan dari kedua negara, tenaga kerja (WNI) yang disini juga tidak banyak, demikian juga sebaliknya. "Hanya karena hubungan historis saja, alasan dibukanya kedutaan Indonesia di sini,"penjelasan pak Ridwan. Seperti kita ketahui, presiden Soekarno merupakan sekutu Blok Timur pada masa Perang Dingin.
Masjid Cordoba. Sampailah mobil ke apartemen pak Ridwan, setelah parkir di basement, kami bergegas ke lantai 2 tempal tinggal kel. pak Ridwan (bertiga dengan si bungsu yang kuliah di sini). Rumah cukup besar, kamar tamu lapang dengan seperangkat TV dengan jalur mancanegara, termasuk tv nasional Indonesia. Sehingga berita terkini di tanah air sangat update informasinya. Lokasi rumah berada di pusat kota, bahkan dekat dengan stadion yang sedang di rehab. Kalau mau tenis tenis, beliau tinggal jalan kaki saja. Tak berapa bincang-bincang dan rehat sejenak, bu Nunung Ridwan menyilahkan kami untuk makan siang bersama, menunya nusantara banget : bakso, rendang, lalap, tahu, tempe dan beberapa jenis kerupuk dan lain-lain. Alhamdulillah...yang namanya rejeki ada dimana-mana, ada aja...
Sejam di rumah pak Ridwan, beliau mengajak kami untuk melihat-lihat sekeliling kota, karena menurut beliau kotanya kecil sehingga tidak terlalu lama untuk menikmatinya. Sebelum berangkat, bu Nunung mempersilahkan sholat Dhuhur dulu, kami menolak. Seperti biasa, di setiap tempat baru, kami selalu ingin mencoba sholat masjid yang ada di kota tersebut. Syukur kalau bisa yang terbesar...Ok..kita berangkat.
Tampak depan lorong menuju Mesjid Crodoba |
Sejam di rumah pak Ridwan, beliau mengajak kami untuk melihat-lihat sekeliling kota, karena menurut beliau kotanya kecil sehingga tidak terlalu lama untuk menikmatinya. Sebelum berangkat, bu Nunung mempersilahkan sholat Dhuhur dulu, kami menolak. Seperti biasa, di setiap tempat baru, kami selalu ingin mencoba sholat masjid yang ada di kota tersebut. Syukur kalau bisa yang terbesar...Ok..kita berangkat.
Sebelum menuju destinasi utama, kita ke masjid raya yang terletak di Old Town. Mobil parkir agak jauh, sehingga harus jalan kaki untuk menuju ke masjid. Masjid yang dimaksud bernama masjid Granada, yang letaknya terselip diantara gang-gang bangunan pertokoan.
Pada lorong masukterpampang tulisan Culture Centre Cordoba pada pada papan mika warna putih ukuran 60x60 cm.
Sedangkan di sebelahnya terpampang mencolok tulisan Spirit of Wine Vinoteka warna merah maroon. Rupanya masjid kita bersebelahan dengan kafe di satu sisi dan tempat pembuatan tatoo di sisi yang lain. Masjid berukuran 6x7 meter berkarpet merah, terletak di jalan Obcodna, kawasan Old Town. Ketemu sebentar dengan pengurus masjid dan dipersilahkan untuk sholat. Di masjid ini beberapa bulan sebelumnya rombongan anggota DPR (Hidayat Nur Wakhid dkk) juga berkesempatan sholat.
Pintu masjid - Dalam masjid |
Belum jauh berjalan keluar masjid, ada sesuatu yang janggal di saku. Koq hp tidak ada ? Wahh..dimana ya? Pak Ridwan mencoba cari info dengan menelpon ibu, apakah ada hp ketinggalan ? ternyata tidak ada.. Aaah mungkin ketinggalan di mobil, ya sudah nanti saja kita lihat di mobil...
Kawasan kota tua merupakan salah satu destinasi wisata yang paling sering dikunjungi, karena lokasinya di kota, banyak bangunan tua bersejarah berumur ratusan tahun sayang untuk dilewatkan. Deretan toko, kafe yang memajang meja kursi sampai di jalan-jalan dengan tenda-tenda. Kendaraan bermotor dilarang lewat, jalan-jalan terbuat dari batu-batu persegi kecil yang disusun sejajar, melingkar, disesuaikan dengan desain arah dan kondisi jalan.
Di beberapa tempat di pasang patung-patung seukuran orang normal dengan berbagai aktifitas. Yang unik patung Men at Work yang berada di perempatan jalan Laurinska-Rybarska brana-Panska. Patung orang bertopi yang sedang berdiri di lobang galian sehingga tampak hanya separuh badan.
Pada ujung jalan Rybarska brana, berdiri bangunan tempat konser musik opera, Slovenska Narodne Divaldlo.
Men at Work |
Pada ujung jalan Rybarska brana, berdiri bangunan tempat konser musik opera, Slovenska Narodne Divaldlo.
Di depan bangunan terdapat air mancur dan patung-patung perunggu. Demikian di atap bangunan, beberapa patung setengah badan dengan menempel di dinding-dinding bangunan. Depan bangunan merupakan kawasan terbuka
yang biasa digunakan untuk pejalan kaki. Beberapa kiso-kios souvenir berdiri rapi.Di seberang kiri berdiri bangunan yang berpagar teralis tinggi mengelilingi bangunan utama, " Itu kantor Kedutaan Amerika." kata pak Ridwan. Seperti biasa hampir d semua negara, bangunan kedutaan AS selalu dalam keadaan siaga I... karena musuhnya banyak, kalee...
"Yuk kita beli es krim yang terkanl di sini," ajak pak Ridwan. Kami menuju salah satu deretan toko yang berdiri di sisi utara taman. Memang sudah berdiri antrean cukup panjang. Namanya es krim LucuLus yang berdiri sejak 1954.
ice crean tradisional dengan berbagai toping pilihan sesuai dengan selera, dibandrol dengan harga EUR 5. Terima kasih pak Ridwan ..Tidak jauh dari sini ke arah selatan, +/- 200 meter membentang sungai Donau, bagian hulu sungai Duna (Hungarian). Kita berdiri di ujung jalan Mostova, tampak jembatan MOST SNP (Most Slovenkeho narodneho povstania) atau disebut juga dengan UFO Bridge. Di tengah jembatan sepanjang 300-an meter berdiri menjulang setinggi 80 meter-an tower yang di atasnya berdiri bangunan (yang digunakan sebagai restoran),
sehingga bisa melihat panorama ke arah 360 derajat pemandangan kota Bratislava.
Jam menunjukan jam 14.30, cuaca agak mendung, pak Ridwan mengajak ke destinasi lain yang tidak kalah menarik. Melewati jalan yang hampir sama, menuju parkir mobil, lumayan 4-5 blok, +/- 1 km-an.
Es Krim tradisional Luculus |
Jam menunjukan jam 14.30, cuaca agak mendung, pak Ridwan mengajak ke destinasi lain yang tidak kalah menarik. Melewati jalan yang hampir sama, menuju parkir mobil, lumayan 4-5 blok, +/- 1 km-an.
Sampai di mobil ternyata hp tidak ada, lah..dimana ya ? Jangan-jangan ketinggalan di masjid. Wahh..konyol banget ya, kenapa nggak dari tadi kepikiran kalau hp sangat mungkin tertinggal di masjid. Pak Ridwan mengatakan untuk mampir dulu ke masjid, walaupun nggak ada tempat parkir di sekitar situ. Kalau hanya parkit sebentar dengan menyalakan lampu hazard, mungkin bisa dimaklumi. Di dalam masjid beberapa jamaah sedang sholat dhuhur, termasuk pengurus masjid. Selesai sholat, pengurus masjid kayaknya sudah menatisipasi kalau akan yang datang lagi..., beliau mengangkat tangannya seraya menunjuk jari telunjuknya ke atas, se-olah2 mengatakan 'barang yang ketinggalan ada di atas'. Alhamdulillah...benarr, hp yang beberapa saat tidak diketahui keberadaannya sudah ada di tangan lagi.. terima kasih..lagi, pak Ridwan dan pak marbot.
Sungai Donau & Jembatan UFO (lear belakang) |
Destinasi selanjutnya ke kastil..sayang, setelah parkir di basement, gerimis rintik-rintik menghalangi kami untuk keluar menuju teras kastil. Alhamdulillah ..setelah menungu +/- 15'gerimis reda juga, berangsur-
angsur awan menguak dan sinar matahari sedikit demi sedikit menampakkan cahayanya...Bratislavsky hrad(Bratislava Castle). Terletak tidak jauh dari kota tua, berada di atas bukit yang berhadapan dengan sungai Donau.
Kapal Tamasya Sungai Donau |
Sungai Donau di ambil dari kastil Bratislava, jauh..latar belakang negara Austria |
Pengamen Jalanan |
Patung penghias taman |
Prasasti Pembentukan Pusat Kota Bratislava |
Bratislavsky hrad. Mirip dengan Kastil Buda di Hungaria. Bangunan yang berdiri pada abad 15 ini terdiri dari beberapa bagian, Baroque Garden, adalah taman kastil seluas hampir 1 ha. Tanaman setinggi 40 cm membentuk ornamen-ornamen simetris mengikuti design lantai taman, di tengah ada tangga menuju ujung taman yang cukup lebar dan panjang. Plaza kastil yang berada di depan menghadap ke sungai Donau yang berada di bawah. Di tengah halaman berdiri patung seseorang menunggang kuda sedang mengangkat tangan membawa pedang, di bawah penyangga patung berupa tembok kubus terpampang tulisan Svatopluk,846-894. Mungkin patung salah seorang raja yang berkuasa pada saat itu. Pemandangan ke arah selatan membentang sungai Donau dengan bangunan-bangunan pemukiman. Di kejauan tampak tower-tower kincir angin berwarna putih dalam hamparan padang datar hijau,sudah masuk wilayah Austria. Bertetangga di sebelah barat berdiri bangunan kokoh berdinding marmer putih 3 tingkat, logo negara terpasang di dinding atas, di bawahnya tertulis Narodna Rada Slovenskej Republiky, artinya (kira2) Gedung Parlemen Republik Slovakia.
Menurut pak Ridwan, rombongan anggota Parlemen kita juga berkunjung dan mengadakan pertemuan dengan parlemen setempat. Perlahan-lahan matahari mulai surut, kami harus pulang, diputuskan malam ini pulang ke Vienna, menggunakan kereta api terakhir. Walaupun pak Ridwan menawarkan untuk menganter ke apartemen. Sekali lagi terima kasih. Sebelum balik ke apartemen pak Ridwan, beliau mengajak mampir sebentar ke kantor Kedutaan Besar yang terletak di jalan Brniaska 31.
Roof Top Menara Jembatan UFO |
Kedutaan Besar di Bratislava, Slovakia |
Baraque Garden, Baristlava hrad (tampak belakang samping) |
Gedung Parlemen Slovakia |
Kastil Barstlava (tampak depan) |
Kastil Bratislava dari halaman gedung Parlemen |
Slovensky Tenisovy Zvas. Dalam perjalanan pulang, saya request satu destinasi lagi. Karena rumah dekat dengan stadion dan lapangan tenis, salah satu hobi beliau, saya minta bisa kah mampir sebentar ke stadion tenis. "Bisa..," jawab beliau. Stadion berbentuk melingkar berwarna biru dengan tulisan besar Aegon Arena, dan dibawahnya tulisan Narodne Tenisove Centrum. Pada lobi depan terpampang pemain-pemain tenis kelas dunia, putra dan putri. Jadi ingat Novak Djokovic yang berasal dari Serbia, yang notabene adalah negara bertetangga yang terletak di kawasan semenanjung Balkan. Oo..pantes, baru ngeh kalau banyak petenis-petenis profesional lahir dari sini, diantara Milosnav Mecir (juara Olimpiade 1988 Seoul), Daniela Hutchova dan lain-lain. Memorabila nama-nama petenis top dunia dan kejuaraan yang dimenangi di pasang di lobby gedung. Selain tenis olehraga badminton mulai digemari di negeri ini.
Stadion Tenis dan Badminton |
Lobi Stadion |
Kami sempat menyaksikan 8 band lapangan badminton dipakai 'bermain' para hobiest yang sudah sepuh. Kenapa 'bermain', karena sebagian besar masih dalam taraf mainan saja, layaknya kalau kita melihat anak-anak main-main badminton di jalan tanpa net. Beda dengan lapangan tenis yang berada di sebelahnya, walapun hanya dua orang remaja, tapi kelas permainannya sudah advance.
Daftar Nama-nama Pemain & prestasinya |
Hari menjelang magrib sampai di rumah pak Ridwan, setelah sholat bersama, bu Nunung Ridwan mempersilahkan untuk makan malam dulu sebelum balik ke Vienna. Rekan Hendro, karena tidak sholat, sibuk memainkan gadget
untuk mencari informasi jadwal kereta api yang masih tersedia. Alhamdulillah masih ada jadwal terakhir, jam 22.00an. Masih ada waktu untuk bersiap-siap ke stasion, tentu saja setelah kenyang makan rendang ala bu Nunung.
Itupun masih belum cukup...bu Nunung masih membawakan nasi dan lauk-lauh untuk sarapan besok pagi....
Bratislava Hvlavna Stanica, stasiun kereta api, menjelang jam 21.00 sepi, tidak banyak penumpang. Dari papan jadwal keberangkatan tertulis jam 22:38 Kereta no.S20 pada jalur 255K jurusan Wien Hbf. Harga tiket !6 EUR.
Zbohom..selamat tinggal Slovakia, selamat tinggal Bratislava..pelan-pelan kereta berwarna hijau meninggalkan peron stasion. Karena jadwal terakhir dan bukan hari libur, penumpang dapat dihitung dengan jari. Sehingga kami leluasa memilih tempat duduk, pada tiket-pun nomor tempat duduk tidak tercantum. Sepanjang perjalanan banyak dihabiskan waktu untuk tidur, karena memang malam sudah larut, perut kenyang dan badan pegal seharian jalan. Menjelang tengah malam kereta memasuki Wien Bahnhoft. Sepi, Toko, kios suda tutup semua. Beberapa penumpang tidur-tiduran di ruang tunggu. Menunggu perjalanan esok hari. Untuk ke apartemen, ada dua alternatif, jalan kaki atau taxi. Karena ngantuk dan capek, kami memutuskan untuk naik taxi saja. Masih ada beberapa taxi yang mangkal di ujung parkir. Sopir taxi yang berperawakan orang Afrika, tidak mau menggunakan argometer, karena terlalu dekat, dia minta EUR 15, apa boleh buat...taxi sudah jalan kami sudah di dalam.
Vienna.
Trem kuno |
Gedung DPR dan Kastil Bratislava |
Magdelana Rybarikova |
Gedung Theatre, Slovenska Narodne Divaldlo |
Vienna.
Jumat pagi..sudara cerah, setalah minum kopi kami bergegas keluar mencari sarapan, tidak jauh dari apartemen. Karena masih pagi, diminta nunggu 15' untuk menggoreng ayam dan kentangnya. Di sebarang restoran sepanjang lorong jalan memanjang ada pasar pagi yang menjual sayur, buah dan keperluan makan sehari-hari.
Selanjutnya, dengan menggunakan metro melalui stasiun Reumannpltz, kami menuju Stephenpltz, banyak bangunan bersejarah yang menjadi destinasi wisata, diantaranya gereja kathedral St.Stephan yang berada di pusat kota Vienna. Dibangun pada abad 12 dengan genteng warna-warni merupakan salah satu simbol kota Vienna. Walaupun bangunan tua, di sekeliling gereja sudah di manfaatkan untuk komersiil, hotel, penjualan barang-barang branded, restorant dari mancanegara dan lain-lain. Beberapa orang berseragam ala bangsawan jaman Romawi berslieran menawarkan tiket konser musik. Gereja terbuka untuk wisata, pengunjung dipersilahkan
Gereja St.Stephan di Stepehnplatz |
untuk melihat suasana di dalam gereja. Berbagai ornamen-ornaman ukiran dan lukisan, memenuhi hampir seluruh dinding dalam gereja. Ukiran-ukiran yang sangat rumit mirip dengan aslinya, tentu saja dibuat dengan skill yang tinggi juga. Tidak jauh dari gerejea St.Stephan, dengan berjalan kaki, kami meninjau pusat sejarah Wina, dimana terdapat benteng, di kawasan Heldenplatz. Beberapa andong roda 4 yang ditarik dua kuda, dengan sais yang berpakaian ala Romawi, satu pilihan untuk berkeliling kawasan dengan suasana dulu. Tentu pengunjung harus membayar beberapa euro untuk bisa menikmati sarana tersebut.
Gereja St.Stepehn diantara bangunan-bangunan komersil |
Di dalam gereja St.Stephen |
Pada sisi timur jalan gedung theatre/konser yang berseberangan dengan gedung Balaikota Vienna. Selanjutnay Universitas of Wiena.
Lumayan pegel mengitari area seluas +/-20 ha.
Masjid Raya Vienna. Jam menjelang siang tengah hari, kami bergegas untuk sholat Jum'at. Rekan Arli dan Hendro, seperti biasa, mencari di mesin google untuk mencari masjid di sekitar Wina. Di peroleh Viena Islamic Centre yang terletak di kawasan timur sungai Donau atau tepatnya di jalan Bruckhaufen.
Pintu Gerbang Hofburg |
Masjid Raya Vienna. Jam menjelang siang tengah hari, kami bergegas untuk sholat Jum'at. Rekan Arli dan Hendro, seperti biasa, mencari di mesin google untuk mencari masjid di sekitar Wina. Di peroleh Viena Islamic Centre yang terletak di kawasan timur sungai Donau atau tepatnya di jalan Bruckhaufen.
Heldenplatz & Patung Raja Eugen |
Ausseress BurgTor |
tahun 1979 dan diresmikan oleh PM Austria, Rudolf Kirchschlager. Setelah sholat, seperti di masjid-masjid di tanah air, banyak orang berjualan di pinggir halaman, kebanyakan orang Turki.
Masjid Raya Vienna |
Teras Depan Masjid Raya Vienna |
Factory Outlet. Destinasi terakhir, dapat informasi dari bu Nunung Ridwan, destinasi favorit wisatawan mancanegara, yaitu belanja barang-barang branded di Designer Outlet Pandorf. Terletak di luar sehingga harus naik kereta arah Bratislava atau taxi (lebih mahal). Jika naik kereta, supaya dicermati pemberhentiannya. Karena ada dua stasion yang membuat bingung, Nord Pandorf dan Pandorf. Kami sempat kecele berhenti di Pandorf, stasiun sepi tidak ada penjaga yang bisa diminta informasi (karena nggak orang), yang benar berhentinya di Nord Pandorf. Jadi menunggu kereta lagi yang ke arah Vienna, untungnya setiap setengah ada kereta yang lewat. Demikian juga untuk kembalinya.
Karena ada persimpangan rel yang keduanya ada kereta yang ke Vienna. Sebaiknya bertanya dulu, atau lihat jadwal kedatangan/ keberangkatan kereta di peron. Dari stasiun ke lokasi oulet harus menggunakan taxi atau mini bus. Untuk minibus biasanya ada tulisan Taxi Outlet. Karena stasiun sedang direhab, harus berjalan kaki (memutar) untuk ke parkir/pangkalan mobil.
Sandorf Factory Outlet |
Di dalam Masjid Raya Vienna |
Masjid Raya Vienaa, jalan Bruckhaufen |
Aktifitas Perdagangan selepas sholat Jumat |
Untung tidak terlalu lama, datang bus yang dimaksud, drivernya nenek-nenek (hanya satu nenek). Dikenakan tarif 4 EUR. Kawasan seluas +/-20 ha yang terletak di areal per-ladang-an (tidak ada sawah). Puluhan, mungkin lebih dari 100,
tenant yang membuka outlet disini. Sepatu (Nike, Adidas, Camel dan lain-lain), perlengkapan bayi (Lego,Hush Puppies), jam tangan, baju (pria wanita), tas, kuliner internasional. Dan pengunjungnya pun dari manca negara. Harganya ? kalau dari label hampir semua label yang terpasang tertulis ada diskon (10-40%), tapi dari pengamatan secara ekonomi, harganya sama dengan di tanah air. Contoh, sepatu Sneaker tertulis EUR 41, dengan merk dan design yang nyaris sama di Jakarta harganya Rp.700.000,00. Hanya variasi model dan nomornya memang lengkap sekali. Tinggal kuat di dokunya saja.....
Sebagian tenan di Sandorf Factory Outlet |
Langganan:
Postingan (Atom)