Kamis, 14 Juni 2018

Hongaria-Viena-Slovakia (1)

Budapest 

Ada yang menjuluki sebagai Paris-nya Eropa Timur.
Mungkin ada alasan tersendiri untuk menjuluki demikian, seperti halnya Bandung sebagai Paris van Java. Selain sebagai kota yang ditetapkan World Heritage oleh Unesco, layaklah kalau keindahan kota ini disejajarkan dengan kota Roma atau mungkin Athena. Hampir semua bangunan kuno masih berdiri kokok dan uniknya selalu ada penanda kapan bangunan kapan dibangun, siapa pemilik-nya siapa yang membangun.
Kami bertiga (penulis, Hendro & Arli) take off menggunakan Turkish Air (alasan keterbatasan waktu) dari Aturk IA (Istambul) menempuh  waktu 2 jam, landing di Budapest Ferihegy jam 19:10 (satu jam lebih lambat dari Istambul). Pengecek-an pasport tidak terlalu lama, kebetulan penumpang tidak sebanyak di Istambul. Hongaria termasuk negara yang bebas visa untuk pengguna pasport biru.
Penulis-Hendro-Arli
Walau sempat tegang sebentar dengan petugas imigrasi setempat, mungkin karena ketidaktahuan, harus bertanya dulu dengan teman sebelahnya, yang sudah meloloskan Hendro, teman se kantor se perjalanan, yang sudah berdiri di ruang sebelah, lolos dari pemeriksaan imigrasi. Tidak ada yang perlu di tunggu, karena yang dibawa hanya back bag yang bisa dibawa ke kabin. Yang pertama dilakukan adalah menukar uang setempat, Hongarian Forin (HUF). 1$ US = 250 HUF.
Tempat menginap sudah di booking dari tanah air via NusaTrip, supaya lebih hemat menggunakan apartement, tepatnya di Rumbach Holiday Apartement (karena ada Rumbach Hotel)di Rumbach Sebestyen no. 10.
Apatemen Rumbach 
Yang paling mudah memanfaatkan taxi, dengan jarak 20 km dengan tarip  HUF 7000 (+/- 360ribu rupiah). Menjelang musim panas, jam 7 malam masih terasa sore, jalan-jalan relatif sepi tidak terlalu crowded, sehingga pak sopir bisa melaju dengan cepat. Suasana keramaian kota tampak setelah taxi memasuki kota. Sopir masih mengira kita menginap di Rumbach Hotel, karena terpampang jelas namanya, padahal yang benar bersebelahan dengan hotel. Melihat tampilan apartementnya tampah kusam, pintu masuk gelap, tidak ada lampu penerangan. Untungnya pintu gerbang yang terbuat dari jeruji besai masih dibuka, sehingga masih bisa masuk. Di dalam gedung pun tidak ada yang bisa ditanya. Apartemen berupa blok berlantai 4, di tengah ruang terbuka untuk parkir beberapa mobil.
Sempat ragu harus bertanya ke siapa, karena tidak siapapun yang bisa diminta informasi. Terlihat tombol-tombol bel nomor apartemen di salah satu dinding yang diterangi lampu kecil. Diantara deretan tombol, tertulis nama Rumbach Apartemen. Benar, tombol ditekan langsung terjawab. Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu. Apartemen kami berada di lantai 2, dengan naik tangga (karena tidak ada lift), berjalan sepanjang lorong melewati 2 pintu, sampailah. Petugas menjelaskan sebentar tentang ruang dan fasilitas yang tersedia. Walaupun dari luar terlihat kumuh, di dalam bersih dengan perlengkapan lengkap. Seperti layaknya sebuah apartemen, dua kamar tidur + TV, ruang tamu menyatu dengan dapur, tersedia kompor, mesin cuci, perlengkapan makan, masak komplet,  bahkan kopi, gula, teh, garam dan mrica. Lumayan, untuk tarif 2 juta/ malam. Setelah istirahat sejenak, masih ada waktu untuk makan malam dan belanja untuk sarapan besok pagi. Suhu berkisar 20 derajat, menjelang summer masih cukup dingin. Setelah belanja di salah satu toko swalayan CBA elemiszer di ujung Jl.Kiraly, tak jauh mampir di Mir Kebab resto Kurdiztan. Menu-menu yang ditawarkan Czirkemaj (nasigurih + daging) 1200 HUF, Rantott CzirKemell (ayam + kentang goreng) 1200HUF, Gyros tal, gyros szenvics. Lumayan kenyang untuk mengantar tidur malam.
Suasana Pagi di Kawasan Belvaros Budapest

Folyo Duna. Kota Budapest, ibukota Hongaria, salah satu negara ex blok timur yang berada di Eropa Timur, berasal dari dari dua wilayah Buda dan Pest yang dipisahkan oleh Sungai Donau (Jerman)/ Danube(Inggris)/ folyo Duna (Hongaria).Sungai Donau sendiri berhulu di wilayah Jerman ( Schwarzwald) membentang sepanjang 2850 km (terpanjang kedua di Eropa) dan bermuara di Laut Hitam. Melewati 10 negara Jerman, Austria, Slovakia, Hongaria, Kroasia, Serbia, Ukraina dan Bulgaria.
Sengaja menyegarakan sarapan pagi, untuk bisa sepagi mungkin untuk menikmati suasana pagi di kota. Terlihat pemandangan yang berbeda pada malam sebelumnya dengan pagi hari. Keluar dari aparteman, tampak kekusaman bangunan apartemen, dengan warna coklat agak krem mendekati gelap, mungkin sudah lima tahun tembok luar belum di cat lagi. Keluar sepanjang jalan Rumbach, dengan dipandu Google Map melalui gadges rekan Hendro & Arly, mengikuti jalan Karoly, Kossut Lajos (kawasan Belvaros). Sepanjang jalan di pagi yang cerah disuguhi pemandangan bangunan-bangunan tua usia ratusan tahun, sebagian sedang di renovasi, bagian yang lain dibiarkan seperti apa adanya. Mungkin sebagai konsekuensi ditetapkan sebagai World Heritage, rehab dan renovasi harus seijin otoritas tertentu.

Atribut Bangunan & historis-nya
Indonez Napok. Berjalan +/- 30' secara tidak sengaja ketemu Kozponti Vasarcsanok (Pusat Pasar Tradisional tempat penjualan souvenir, makan-makan tradisional kering). Kejutan lagi di depan pasar terpampang spanduk Indonez Napok. Ada apa gerangan ? Indonesian Days. Rupanya sedang berlangsung pekan penjualan barang2 khas produk Indonesia. Sesuai dengan tulisan yang terpampang di salah satu stand di lorong pasar, yang disponsosri Indonesia Trade Promotion Centre/ Kementerian Perdagangan. Karena masih terlalu pagi peserta pameran belum ada yang datang, lapak2 sudah terpasang. Beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Budapest bahkan sudah datang untuk membantu acara.
Kozponti Vasarscanock
Tidak lama di pasar, nanti akan kesini lagi untuk memberi souvenir dan oleh2. Perjalanan berlanjut ke selatan-barat, ke arah sungai Donau. Bagi pencinta sepeda, di beberapa tempat tersedia sepeda rental yang digunakan dengan memasukan koin (HUF 400/hari).
Rental Sepeda di Marcus ter
Sungai Donau sudah di depan mata dengan jembatan Szabadsag (Liberty Brigdes), terbuat dari kerangka besi warna hijau daun, sepanjang +/- 350 meter-an. Sisi kiri-kanan sungai berupa jalan raya, tentu saja disediakan trotoar untuk pejalan kaki. Tidak jauh dari jembatan berdiri dermaga untuk kapal-kapal wisata sungai Donau. Beberapa kapal terlihat sedang putar haluan untuk docking di dermaga yang tersedia. Jembatan selebar =/-20 m, terbagi dalam 3 jalur, 2 jalur di 2 sisi jembatan untuk pejalan kaki dan jalur tengah untuk lalulintas trem  dan mobil dua arah. Dibangun pada tahun 1890-an di pugar tahun 1945, sampai saat ini konstruksi-nya masih bagus.
Leiberty Brigdes & Bus Trem
Selain pemeliharaan, pemerintah setempat mambangun banyak jembatan di sepanjang sungai, untuk memecah jalur lalu lintas untuk tidak menumpuk di satu jembatan tertentu. Sisi barat sungai topografinya relatif berbukit dibanding sisi timur, dari jauh tampak patung perempuan berdiri di taman Citadel, nama yang sama untuk sisa-sisa reruntuhan bangunan istana Romawi di kota Amman, Jordania. Sayang tidak ada waktu sampai ke puncak Citadel, bisa menyaksikan keindahan sungai Donau dengan latar kota Budapest secara bird eye view, apalagi kalau malam hari. Bukit citadel berbatasan dengan sungai Donau dipisahkan jalan raya.

Tebing Bawah Patung Citadel
Jembatan kedua dinamakan Erzbebet hid (Elizabeth Brigdes),berjarak satu 1 km dari jembatan Libertie, dibangun tahun 1961 tentu saja designnya tampak lebih modern dengan struktur jembatan gantung ditopang 2 tiang di sisi jembatan.  Lalulintas untuk mobil. Pada ujung jembatan yang menuju bukit terjal berdiri monemen Gerard of Csanad, salah satu pimpinan gereja yang meninggal di tempat tersebut. Berjalan kaki mengikuti Szent Gekkert st. sepanjang 1 km belum terasa penat, selain menikmati keindahan gedung-gedung kuno, taman-taman kota yang tersedai di setiap sudut kota mengurangi panasnya sinar matahari yang mulai meninggi.

Budapest Castle. Mengikuti jalan Dobrentei berujung pada jalan Ybi Miklos, salah satu ujung bangunan Budapest Castle. Untuk menuju ke Castel dari seberang sungai dibangun jembatan yang menjadi icon kota Budapest, Szechenyl Lanchid (Chain Bridges) atau Jembatan Rantai Szechenyl. Jembatan yang menghubungkan wilayah Buda dan Pest dibangun 1840, kontruksi jembatan gantung yang ditopang  dua pilar beton di sungai. Ciri khas jembatan ini adalah patung dua singa penunggu seolah-olah mengawasi siapapun yang akan melewati jembatan dari sisi manapun.

Szechenyl Lanchid
Di ujung jembatan tersedia jasa buggy car (Budapest Castle Bus) untuk mengelilingi kastil. Driver akan berkeliling di lima titik-titik yang menjadi pusat wisata, penumpang bisa turun (atau lanjut), menikmati view yang ada (waktu sesuai masing-masing) dan bisa naik lagi dengan mobil yang lain (yang secara rutin berkeliling) dengan menunjukan tiket yang ada.
Patung Singa
Karena lokasi kastil di atas bukit, tersedia 2 transport untuk mencapai TKP, dengan buggy dan cabbel car (tidak berfungsi, sedang perbaikan), tentu saja selain jalan kaki.  Perjalanan buggy car dimulai dg melewati Buda Castel Tunnel sepanjang +/-250m, melewati jalan Alagut, Palota sampai berhenti di kantor Pos / restorant Pirrot, jl. Dizt.
Kastil Buda berada di atas bukit dengan luas 470 ha-an, merupakan bangunan bekas istana Raja Hungaria, Bela IV, dengan design Barok yang dibangun pada abad 14. Sekarang digunakan sebagai museum dan kantor pemerintah daerah setempat, dengan adanya keberadaan berbagai bendara, penjagaan dan security.  Di beberapa tempat, salah satunya di depan gedung Pemda, tampak puing-puing bangunan kuno, mungkin masih dalam tahap renovasi. Melewati gedung pemerintah, persis di atas tunnel, menuju istana yang sebagian sudah menjadi Museum Budapest/ Magyar Nemzeti Galeria/ Hungarian National Gallery.Istana dikelilingi pager kokok besi
yang pada ujungnya dipasang patung burung yang memegang pegang sambil mengepak sayapnya setinggi mungkin. Di tengah halaman yang sangat luas, berdiri sosok ksatria naik kuda dalam bentuk patung besi yang sudah berwarna hijau, dibawah patung tertulis nama Savoyai Eugen 1663-1736, komandan perang pada jaman kerajaan Romawi. Dari pinggir pagar depan istana, tampak sungai Donau dengan 3-4 jembatan dengan latar belakang bangunan kuno per blok2. Tembok pagar depan merupakan tebing yang berbatasan dengan taman istana, jalan buat pedestrian meliuk mengikuti kontur tanah. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan.
Buda Castel dan Terowongan menuju Castel
Secara simetris di sepertinya panjang tembok, design tembok menjorok ke luar, untuk memberi tempat kepada pengunjung menikmati keindahan pandangan dengan cakupan 360 derajat...amazing.
Istana berupa bangunan berlantai 3 di tengah berdiri kubah yang berwarna hijau kusam.

Pilar-pilar sebagai ciri khas istana petinggi setempat berdiri kokoh dengan warna putih kusam. ya..hampir sebagian dinding bangunan warna krem tua mendekati coklat mendominasi, bahkan pada tembok-tembok bawah tidak luput dari coretan-coretan dari kapur atau cat, tentu saja merusak keindahan artsitektur bangunan.
Buda Castel ke arah sungai Donau
Museum dengan kemegahan bangunan dan beberapa contoh lukisan kelas wahid, mendorong keinginan untuk manikmati lebih dalam. Sayang waktu yang terbatas, dengan pertimbangan jika sudah masuk ke dalam bakalan berlama-lama karena terlalu asik, diputuskan untuk masuk ke dalam. Sejam menikmati titik pertama, selanjutnya menuju destinasi kedua masih di sekitar Buda Palace, buggy car mengarah ke Matyas Templom/ Gereja Mathias. Gereja yang dibanguan pada tahun 1015 pada masa Kekaisaran Romawi. Pada masa penguasaan Khalifah Ottoman, gereja ini pernah dipakai sebagai masjid. Tinggi menara 80 meter-an, di depan berdiri patung  pada area yang ber-lingkaran. Beberapa pelukis jalanan memamerkan karyanya, dan tentunya menawarkan jasanya ke pelancong.
Buda Castel dari belakang
Perjalanan berlanjut ke point ke-3, Buda Tower yang terletak di Kazpian ter. Merupakan sebagian dari bangunan gereja Maria Maddalena yang tinggal berdiri towernya. Pada halaman depan terdapat monumen jubah kejayaan raja Hungaria, yang dibuat dari perunggu.
Buda Tower
Destinasi selanjutnya monumen Perang di Pusat Kebudayaan, ternyata jalan yang sudah kita lewati, Ybi Miklos. Sehingga kita memutuskan untuk skip menuju ke pemberhentian
terakhir, di ujung jembatan Rantai, Szechenyl Lanchid. Dari sini di seberang sungai terlihat gedung megah berwarna krem. Rekan Hendro mencoba cari tahun dari Google Map dan
jalur trem  atau metro yang menuju ke sana. Gedung Parlemen, Hungarian House Parliament. Kalau di toko-toko souvenir banyak dijumpai asesories miniatur gedung parlemen, inilah
gedung aslinya. Pada halaman belakang merupakan lapangan terbuka seluar +/- 1 ha di tengah berdiri tiang bendera setinggi +/- 50 m-an dan berdiri dua orang prajurit yang pada saat-saat tertentu melakukan manuver gerakan teratur di sekitar lingkaran yang mengelilingi bendera. Atraksi tambahan bagi para pelancong yang menyaksikan kejadian tersebut. Gedung yang mirip gereja, gedung parlemen tertua ke-3 di Eropa. Dibangun pada tahun 1896 dengan design terinspirasi dari Istana Wesminster London. Berada di sisi Pest sungai Donau mempunyai panjang 268 m dan tinggi kubah 96 meter, 691 kamar, 16 patung raja yang pernah berkuasa di sini dan dekorasi emas seberat 40 kg. Ck.ck..ck..

Gedung Parlemen
Hosok tere. Perjalanan selanjutnya menuju Hosok tere (Taman Pahlawan) terletak di Zuglo, Central, bagian dari Museum of Fine Arts ; Mucsarnok. Di tengah berdiri menara setinggi 35 m-an dengan sosok berjubah dan bersayap ditangan di atas, malaikat Gabriel, tangan kiri memegang tongkat ujung nya salip ber-plang dua, tangan kanan memegang mahkota bersalib. di bawahnya berdiri patung-patung sebanyak tujuh orang dalam ukuran sebenarnya, menggambarkan kepala suku setempat.
Plaza Hosok Tere
Di sisi sebelah utara berdiri dua bangunan seperempat lingkaran terpisah yang masing2 diatasnya berdiri 7 kolom dengan dengan 7 orang raja2 Hongaria. Bangunan dibangun pada tahun 1896 memperingati kemenangan pendudukan Magyar.
6 dari 14 Pahlawan Nasional
Selain itu, disisi yang lain terdapat bangunan kotak sebagai peringatan bagi prajurit yang tidak dikenal. Sepintar bangunan dan plaza-nya mirip dengan Bradenburg Tor Berlin.
Waktu sholat dhuhur sudah masuk.Karena waktu siang agak longgar, tentu saja karena iktibar seorang musafir, dhuhur akan dijamak dengan asar. Rekan Hendro, guider utama, bermaksud mencetak tiket kereta Budapest-Vienna. Arah perjalanan ke Banhoufht, stasiun kereta utama, atau Keleti Palyaudar. Bangunan statsiun
layaknya bangunan istana. Sebelum transportasi udara berkembang pesat, kereta api merupakan moda transportasi yang paling dominan. Biasanya penguasa membangun di pusat/metro
dan paling megah diantara bangunan2 sekitarnya. Dari jadwal perjalanan elektronik yang tergantung di atas, terdapat 12 platform jalur kereta api ke berbagai tujuan.
Walaupun terlihat kumuh dan kotor, suasana kemegahan dan ke-antik-annya masih terasa. Harus menanyakan beberapa kali sebelum ke pelayanan informasi.
Keleti Palyaudar- Stasiun Kereta Api
Sore sudah mulai datang, asar siap menerima kehadiran muslimin yang mau sholat. Masuk asar jam 18.00 an, sengaja sholat akan si jamak ta'qir karena kesulitan mencari masjid di daerah yang mayoritas penduduknya non muslim. Kembali google map dimainkan rekan Arly, kayaknya ada masjid di sekitar kawasan Buda. Berarti masih ada 1-2 destinasi
di kawasan yang sama. Walaupun sebenarnya transportasi tidak menjadi masalah. Pilihannya adalah stadion Puskas dan Pasar untuk membeli souvenir.
Sisa-sisa kehebatan permainan sepakbola zaman old, bisa dilihat dengan kemegahan stadion yang dibangun untuk mengenang Rerenc Puskas. Rerenc Puskas, pemain sepakbola Hungaria yang paling produktif, mecetak 84 gol dalam 85 pertandingan di tim nasional dan 514 gol dari 529 pertandingan di liga Eropa.
Stadion Puscas Rerence
Sehingga IFFHS menganugerahkan sebagai pecetak gol terbanyak abad 20. Stadion terletak di Zuglo, untuk menuju ke lokasi menggunakan metro dengan stasion yang masih kuno, pun keretanya.
Pertama kali perencanaan pada awal tahun 1900 dalam rangka menyambut Olimpade Modern. Gagal dibangun karena Hongaria terlibat PD I, sehingga olimpiade dipindah ke Atwerpen. Kapasitas awal 100ribu (seperti stadion Senayan), setelah di renovasi tahun 2016 kapasitas menjadi 33ribu-an. Pada saat kita kesana tidak ada pertandingan, sehingga tidak banyak yang bisa dilihat kecuali kemegahan bangunan.
Setelah pengambilan evidance via beberapa spot yang cukup , perjalanan selanjutnya mencari oleh-oleh ke Kozponti Vasarcsanok. waktu menjelang tutup toko, beberapa kios sudah tutup.
Pasar Kozponti
Di lantai dua, salah satu kios yang terlihat ramah pemiliknya membuat kami harus mampir sekaligus memilih-milih barang souvenir yang sesuai dengan kantong dan koper. Beberapa kata melayu si pemilik bisa ucapkan, terima kasih-murah-satu-dua diantaranya yang bisa diucapkan pedagang souvenir. Pameran Indonesia di lantai satu sudah mengenas barang-2 dagangannya, dan bergegas kembali ke penginapan. Beberapa menit masih sempat ngobrol sebentar sebelum berpisah.
Masjid Dar Er Salam
Budapest Mecset. Perjalanan selanjutnya mencari masjid terdekat, sholat asar sekaligus magrib. Sengaja pulang ke apartemen menunggu waktu gelap, sekalian menyaksikan kemegahan gedung parlemen dengan pencahayaannya pada malam hari.
Dari googel search terpilih beberapa daftar masjid yang paling dekat dengan lokasi saat ini, walaupun naik trem dengan dua kali pemberhentian.

Masjid Jami - Achmad(pengurus)
Masjid Dar Es Salam, namanya, belakangan penjaganya seorang pria tanggung dari Nigeria. Terletak di Bartok Bela utca, di salah bagian belakang gedung , yang hanya bisa diidentifikasi via google map. Thank you Google. Masuk lorong sejauh 30 meter, jalan setapak naik dan di atas tergantung tulisan
JotekonySagi Beke Alapitvany MaSjid (latin dan arab), kira2 artinya Masjid Pendiri Yayasan Sosial. Mungkin kalau di tanah air layak kita sebut mushola yang banyak disediakan di bangunan-bangunan publik. Salah satu ciri yang jarang disediakan di masjid2 kita adalah di setiap kran ada
tempat duduk, seolah-olah memberi pesan kepada jamaah 'berkonsentrasilah dalam berwudu, karena ketidak-sah-an wudhu berdampak pada ketidak-sah-an sholat'. Sebelum sholat magrib, kira2 sejam lagi, yang paling layak yaitu mengisi perut yang sudah bernyanyi keroncong.
Sholat magrib diarahkan ke masjid yang lain, berjarak 5-6 blok dari masjid Dar Er Salam. Lebih efisien naik trem. Sinar matahari sudah mulai berubah warna coklat ke- merah2an mendekati gelap. Dari point yang ditemukan pada lokasi lokasi google map, ditemukan bangunan megah bertingkat
berwarna coklat terakota. Tidak ada tulisan apapun di luar, setelah masuh lobi pada salah satu tembok tertulis Magyaroscgl Musclimok Egyhaza, MME, Budapest Mecset, Masjid Jami Budapest Shubanalloh ...megah sekali, tidak mengira di bekas negara komunis tersedia masjid yang cukup bagus. Tak lama terkagum-kagum muncul seseorang dari kamar, seseorang ikhwan muncul dari salah satu ruangan,  assalamualaikum warramatullah wabarakatu..walaikumsalam warrahmatullah wabarakatu, saling memperkenalkan diri...ee...nggak tahunya bisa berbahasa melayu, Achmad namanya, warga Pakistan, pernah bermukim di Samarinda dan Serawak...shubanalloh... Tempat sholat terletak di lantai 2 (ikhwan), untuk akhwat di lantai 2. Karpetnya bagus, ruangnya bisa menampung 300-an jamaah. Kira-kira 15-an jamaah dewasa yang sholat magrib saat itu.
Jembatan Rantai di Malam Hari
Perjalanan selanjutnya pulang, mampir di  Jembatan Rantai Patung Singa untuk melihat gedung parlemen di malam hari. Sayang sekali hujan turun cukup teras, tidak seperti biasanya, sehingga pengambilan gambar dari seberang kawasan Buda ke arah kawasan Pest, Gedung Parlemen, tidak optimal. Tapi cukup anggun..dengan background gelap malam pendar lampu dari halaman ke atas arah gedung, membuat terdecak kagum. Selamat Malam Budapest.
Persiapan untuk ke Viena by train.

View Kawasan Pest dari Castel Buda

Hauphbanhoft

Jembatan Rantai dan Jembatan Kemerdekaan (jauh)

Citadel

Tidak ada komentar: