Masjid Jogokaryan, 2020 |
Prolog. Di suatu kota kecil di ibukota kab.
Sumbawa Besar, NTB, penulis ber-kesempatan untuk bertugas disana selama dua
hari. Pada saat waktu sholat subuh, penulis keluar mencari masjid terdekat,
kebetulan letaknya tidak terlalu jauh. Tapi apa yang terjadi, pintu pagar masih
terkunci, padahal waktu adzan tinggal beberapa menit lagi. Pintu terkunci kalau tidak
sedang masa sholat-sholat. Kondisi
seperti ini sering penulis jumpai diM banyak masjid, tidak saja pada saat waktu shubuh, tapi juga waktu-waktu sholat
fardhu yang lain, apalagi sholat sunnah. Pun yang terjadi masjid setua dan sebesar
Masjid Raya Al-Husny Amman, dahulunya merupakan bangunan masjid pada masa
khalifah Umar bin Khattab. Sang marbot mengatakan dibuka nanti siang (saat sholat fardhu dhuhur).
Ustadz Jasir ASP |
Saat penulis kuliah di UGM Yogya tahun 1980an,
pada beberapa kesempatan dalam rangka talabul
ilmi, atas prakarsa rekan se-kampus, alm. Prakosa (mudah-mudahan alm husnul
khatimah) mengajak ustad Muhamad Jazir
ASP untuk mengisi pengajian di serambi masjid Mardiyah (dekat RSUD Sarjito
Yogayakarta, saat ini sedang dibangun Islamic Centre). Walaupun peserta pengajian jumlah tak lebih dari jumlah jari
tangan, beliau tetap semangat dalam memberi kan materi, baik fikih, taukhid
atau sirah. Dengan gaya bicara yang terstruktur dan penguasaan materi yang mumpuni,
penulis terkesan dengan materi yang diberikan saat itu. Waktu berlalu, apalagi
setelah rekan Prakosa meninggal (mendadak) sebelum menyelesaikan kuliahnya,
kami tidak pernah ketemu lagi dengan beliau. Puluhan tahun belakangan penulis
pernah selintas melihat ustadz Jazir mengisi taklim di salah satu stasion
televisi nasional. Gaya bicaranya masih istikhomah, terstruktur dan rapi.
Sekarang berbeda, penulis mengamati saat
taklim subuh atau kesempatan taklim yang lain, intonasi suaranya lantang seakan-akan
mengingatkan kepada semua jamaah, terutama apabila materi yang disampaikan
sangat berakitan dengan sejarah
kebangsaan Indonesia. Tidak kaget,
dengan komitmen dan kepedulian terhadap umat yang sangat kuat, beliau merupakan salah seorang penggagas pembaruan
pengelolaan masjid Jogokaryan yang
menjadi rujukan bagi para takmir masjid di seluruh penjuru tanah air. Masya
Alloh.Piagam Penghargaan |
Tentu saja fasilitas ibadah dan pendukungnya
jauh lebih banyak lagi, termasuk ruang yang jarang dijumpai di masjid-masjid
lain antara lain poliklinik, penginapan, perpustakaan. Salah satu yang unik
dari manajemen masjid adalah takmir yang mempunyia masa kerja 4(empat) tahun
dipilih ala pemilu dan rapat takmir
secara rutin (setiap Jum’at Kliwon) dilakukan secara terbuka, jamaah masjid
mempunyai hak untuk hadir sekaligus dapat menyalurkan aspirasi jamaah di forum
ini. Sehingga tak heran apabila Kementerian Agama memberikan penghargaan kepada
Masjid Jogokaryan sebagai Masjid Percontohan.
Menshalatkan Orang Hidup. “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid
Alloh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, serta
tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun)
selain kepada Alloh. Maka mereka itulah orang-orang yang diharapkan masuk
golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Surat At
Taubah :18). Hakekat masjid adalah
tempat sujud, sebagai sarana untuk mensujud-kan
masyarakat dan tunduk kepada Alloh SWT dalam arti masjid untuk membentuk sikap dan perilaku
jamaahnya sebagai muslim yang kaffah,
ber-peradaban masjid, dan bukan ber-peradaban pasar/materialisme.
Undangan Untuk Sholat Fardhu di Masjid |
Misi masjid yaitu menjadikan masyarakat beriman kepada Alloh SWT
dan hari akhir, menjadikan masyarakat senantiasa sholat, dan tunduk pada aturan Alloh SWT, mensejahterakan
masyarakat dan menjadikan masyarakat merdeka, hanya takut kepada Alloh SWT. Mencermati di sekeliling rumah kita, yang sebagian besar umat Islam
dan masjid bertebaran di sekitar kita.
Kalau kita instrospeksi diri, saat waktu sholat fardhu tiba dan kumandang adzan terdengar bersahut-sahut-an (apalagi kalau
waktu sholat subuh, semakin banyak suara adzan terdengar), apakah secara
otomatis warga masyarakat di sekitarnya berbondong-bondong segera menuju masjid
untuk sholat berjamaah? Atau kita cek saja dari keberadaan jumlah shaft yang ada
dibandingkan dengan jumlah masyarakat se-iman yang ada di sekitar kita. Rasanya
belum sampai 10% kehadiran-nya, atau 20%, apalagi 50%. Artinya apa ? Kumandang
adzan masjid hanya sekedar untuk meneriakkan saja dan menginformasikan waktu
sholat fardhu, tetapi tidak sampai untuk
menggerakkan warga untuk hadir di masjid. Kondisi ini yang memberi ide kepada
pengurus untuk membuat slogan GERAKAN MENSHALATKAN ORANG HIDUP.
Sholat Shubuh |
Manajemen Pengelolaan Masjid. Kunci
pengelolaan masjid harus memperhatikan 3(tiga) hal ini, yaitu :
1). AQIDAH KEMASJIDAN, sebagai dasar
keyakinan takmir dan jamaah selaku pemakmur masjid. Sebagaimana tercantum dalam surat Jinn:18, bahwa masjid
seluruhnya adalah milik Alloh , sehingga tak boleh ada makhluk yang
memposisikan diri sebagai penguasa masjid (semua masjid yang ada di muka bumi
ini). Takmir adalah pegawainya Alloh, yang bertugas mengurusi rumah Nya yang di
bumi. Mengurusi masjid itu bukan sambilan, atau sekedar aktivitas sosial
kemasyarakat belaka. Ini ibadah istimewa yang memerlukan totalitas. Kalau kita (takmir) bekerja pada Alloh, Alloh
akan menggaji dengan ganjaran yang maksimal. Berbeda bila kita bekerja pada
manusia, maka manusia hanya bisa menggaji minimal. Konsekuensinya Alloh yang
akan mencukupi anggaran yang dibutuhkan pegawai Nya dalam mengurus rumah Nya.
Manajemen Pengelolaan Masjid |
Sholat Gerhana Bulan |
2) FILOSOFI KEMASJIDAN, sebagai cara
pandang kita tentang masjid. Masjid adalah tempat sujud, sekaligus sarana ‘men
sujudkan’ masyarakat, menjadikan masyarakat sujud, tunduk, taat pada
aturan-aturan Alloh SWT (akhirnya menjadi insan yang bertaqwa). Selain itu masjid
adalah pusat peradaban masyarakat. Di dunia ini, ada dua peradaban, mana yang
lebih kuat, dia yang mendominasi kehidupan masyarakat. Yaitu peradaban masjid,
dan peradaban pasar [materialisme]. Maka masjid harus difungsikan untuk
membentuk masyarakat berperadaban masjid. Sehingga masjid difungsikan sebagai
tempat untuk mencetak calon-calon pemimpin bangsa, sudah dilakukan pada jaman
Rasulullah saw (tidak hanya sebagai tempat menyiapkan bekal sebelum masuk kubur).
Bantuan untuk Jamaah |
3)TEKNIS PENGELOLAAN MASJID, sebagai cara dalam mencapai kemakmuran
masjid. Takmir menyadari masjid tidak hanya tempat untuk rutinitas ritual,
tetapi secara rutin dgunakanan sebagai pusat informasi, aktifitas sosial (kesehatan, musyawarah
sosial, singgah musafir, akad nikah dll).
Secara sadar
atau tidak semua (takmir dan jamaah) beranggapan bahwa kemakmuran dilihat dari
kemegahan/besarnya bangunan atau jumlah kas masjid. Yang diumumkan setiap
sebelum sholat jum’at. Tidak salah, tetapi yang lebih penting adalah berapa
jumlah shaft jamaah dalam sholat fardhu (khusuzon sholat subuh), sejauh mana
warga menjadikan masjid sebagai sarana yang memberi manfaat dan yang yang
paling adalah bagaimana masjid dapat membentuk dan membimbing masyarakat menjadi
akhlah dan adab yang lebih baik dalam akitifitas kesehariannya.
Goals. Kondisi ritualisme yang terjadi di hampir sebagian besar masjid-masjid
di negara kita, setidaknya saat ini, menjadi perhatian pengurus takmir untuk
mempunyai harapan dan cita-cita untuk menarik jamaah shubuh (waktunya relatif
lebih berat dari sholat fardhu yang lain) sama banyaknya dengan sholat Juma’at.
Untuk itu harus ada monitoring kehadiran jamaah sholat-sholat fardhu setiap
hari. Selanjutnya dibuat program kerja takmir dengan target-target yang terukur
dan realistis per periode tertentu, sebagai berikut :
§ 2000 – 2005 Jogokariyan Islamy, dengan harapan mengubah masyarakat abangan menuju Islami dengan cara secara
konsisten mengajak warga sholat jamaah
di masjid serta target jamaah sholat shubuh sebanyak 25% jamaah sholat jumat.
Kader-kader penyuluh sholat berjamaah diberi intensif apabila berhasil mengajak
jamaah (dalam jumlah tertentu) untuk secara konsisten mau dan mampu sholat
jamaah di masjid.
§ 2005 – 2010 Jogokariyan Darussalam I dengan cara membiasakan masyarakat berkomunitas di masjid,
memperbanyak pelayanan sosial untuk jamaah masjid dan target jamaah sholat shubuh sebanyak 10 shaff (50% sholat jumat)
§ 2010 – 2015 Jogokariyan Darussalam II,
yaitu meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat dan secara
kuantitas target jamaah sholat
shubuh sebanyak 14 shoff (75% sholat jumat)
Salah satu Aktifitas Masjid |
Strategi. Untuk membuat program kegiatan harus dilakukan maping yang mencakup
kewilayah-an, yaitu gambaran situasi rumah warga di sekitar lokasi masjid
(sebanyak empat RW) dalam bentuk peta wilayah kampung (data grafis). Selain itu,
perlu data tabular untuk mendukung data grafis antara lain data pribadi warga
(untuk memastikan muslim/non, baliq/belum) dan data pendukung yaitu intensitas
melaksanakan sholat fardhu/ haji/ zakat/ qurban, kemampuan membaca al Qur’an,
status (dhuafa/ yatim). Metoda pengumpulan data dilakukan sensus kepada warga
dan observasi pengamatan sehari-hari.
Dari hasil sensus lokal
kampung (1999) diperoleh data 30%
(dari2783 orang warga) sudah baliq tatapi sholat tidak aktif. Dibuatlah program
kegiatan untuk ‘mensholatkan orang hidup’ dengan berbagai cara antara lain
pendekatan secara perorangan untuk mengajak sholat ke masjid, mengajari cara
dan bacaan sholat dengan kerjasama dengan guru-guru agama, membuat undangan
sholat berjamaah di masjid, bagi yang sholat di masjid disediakan doorprize.
Bahkan, jika sandal-nya hilang/tertukar, akan diganti dengan sandal baru. Untuk yang rutin dan rajin sholat diberikan
hadiah umroh. Masya Alloh...
Bebenah Rumah Jamaah |
Apresiasiasi Potensi Aktifitas Jamaah |
Sarapan Ba'da Shubuh |
Menjalankan Amanah Jamaah Mendistribusikan Qurban |
Strategi ketiga yaitu pembinaan jamaah meliputi pemahaman tentang Islam (akidah, ibadah, akhlaq) dalam berbagai majelis taklim, menigkatkan peran warga di masjid, mempererat dan memperkuat jaringan silaturahmi antar jamaah dan masjid, membentuk masyarakat berporos masjid. Penulis dalam banyak kesempatan hadir dalam sholat berjamaah, dan yang unik dan jarang dijumpai di masjid-masjid yaitu jumlah jamaah pada sholat shubuh penuh di lantai 1 dan 2 bahkan meluber ke halaman masjid. Selain kehadiran jamaah lokal tinggi, didukung jamaah luar kota yang sengaja ingin studi banding ke masjid ini sekaligus berwisata di kota Yogyakarta.
Kaderisasi."Jika suatu masa kelak kamu
tidak lagi mendengar bunyi berisik dan gelak ketawa anak anak riang diantara shaf shaf sholat di masjid-masjid, maka takut lah
kalian akan kejatuhan generasi muda kalian masa itu". Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja
yang mandiri dan berkelanjutan dalam suatu sistem pengelolaan organisasi,
termasuk pengurus masjid. Ibaratnya menanam bibit, untuk berharap berbuah bagus
tanaman harus disiram, dipupuk. Untuk mendapatkan pengurus yang amanah,
profesional dan akuntabel, dipersiapkan kaderisasi dalam berbagai level,
yaitu HAMAS (Himpunan
Anak-anak Masjid) beranggotakan adik-adik jamaah SD dengan
pengurusnya dari SMP/SMA. RMJ (Remaja Masjid Jogokariyan) beranggotakan adik-adik SMA, KURMA/UMIDA (Keluarga Alumni Remaja Masjid) beranggotakan
adik-adik jamaah SMA, mantan RMJ dan keluarga muda. Dan Takmir merupakan akumulasi dari berbagai potensi yang ada
di masjid dari semua
level.
Kunci Sukses Membangun Remaja Masjid |
Struktur Organisasi |
Pengelolaan Dana Masjid. Dan apa saja yang kamu infaq-kan di jalan Alloh, niscay akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dijawil-e (QS Al Anfal :60). Masjid sebagai rumah ibadah merupakan tempat berkumpulnya orang-orang (jamaah) dalam melakukan ritual keagamaan dan kegiatan
non ritual. Sebagai konsekuensi
pelibatan masyarakat dalam
kelangsungan proses ibadah tersebut, perlu adanya saling kepercayaan antar mereka. Akidah dalam anggaran masjid adalah keyakinan bahwa masjid
merupakan rumah-rumah milik Alloh SWT. Untuk menjamin keberlangsungan suatu masjid
diperlukan pengurus sebagai takmir masjid selaku ‘pegawai’ Alloh. Amanahnya yaitu mengurus seluruh kebutuhan operasional masjid dan memakmurkan
jamaah masjid dan umat. Bagaimana
kebutuhan finansial untuk mealksanakan amanah tersebut ? Sebagai pemilik, Alloh
akan menjamin semuanya.
Profesionalitas takmir dalam
mengelola masjid diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan masjid dapat berjalan sesuai dengan
fungsi sebagaimana tuntunan yang diberikan kepada Rasulullah SAW.
Keyakinan/Aqidah Anggaran Masjid |
Pemahaman dasar bagaimana mengelola aggarana masjid
adalah menjalankan sunnah bahwa ber-infaq adalah ladang amal soleh. Takmir
selaku pengurus diberikan amanah untuk menampung dan menfasilitasi infaq/
shodaqohsekaligus menggemberikan jama’ah yang berinfaq. Dana yang diinfaqkan
pada hakikatnya secara otomatis menjadi
milik Alloh, bukan milik takmir. Tentu
harapan bagi jama’ah yang berinfaq, selain karena ketaatan perintah Alloh,
ingin SEGERA merasakan keberkahannya. Artinya, takmir tidak boleh berlama-lama
menyimpan dalam kas masjid, harus segera dibelanjakan, baik untuk operasional
masjid maupun kemakmuran jama’ah/umat. Mindset yang dibangun adalah saldo kas
samadengan NOL atau MENUJU NOL. Logikanya adalah saldo kas NOL tidak akan tercapai karena
keinginan jama’ah untuk selalu berinfaq tinggi. Demikian
juga jumlah jama’ah yang berinfaq juga meningkat. Takmir dituntut mengelola
dana masjid dengan set mental kaya, tidak kikir mengeluarkan dana untuk jamaah,
fasilitas masjid, dan agenda masjid.
Pemahaman Dasar Pengelolaan Masjid |
Karakter Pengelolaan Dana
1. Membangun Pemahaman & Kesadaran Berinfak. Membangun pemahaman dan
kesadaran berinfak menjadi langkah yang penting dalam melibatkan partisipasi
jamaah. Ini menjadi kunci berkelanjutannya agenda-agenda masjid yang memerlukan
back up dana rutin dan dana besar. Kegiatan ini dilakukan melalui pengajian
atau media lain. Contoh sukses story ada di Gerakan Jamaah Mandiri,
salah satu cara mencari solusi untuk menutup kebutuhan rutin masjid
Gerakan Jamaah Mandiri, membangun kesadaran Jamaah untuk berkontribusi infaq yang
cukup, minimal setara dengan membiayai diri sendiri untuk aktivitas ibadahnya
di masjid. Secara teknis perhitungnnya adalah sebagai berikut : a) Hitung seluruh pengeluaran rutin
masjid selama setahun b) Dibagi per bulan dan per pekan
Contoh Perhitungan Kebutuhan Masjid Setahun |
Hitung kapasitas masjid (dapat
menampung berapa jamaah), c)Bagi pengeluaran per pekan dengan
kapasitas masjid. d) Muncul angka minimal infaq dalam
sepekan dari seorang jamaah.
Contoh perhitungan kebutuhan masjid
selama setahun :
Hasil
hitungan sederhana Infaq Jamaah Mandiri disosialisasikan kepada jamaah untuk
membangun kesadaran dalam berkontribusi untuk ber-infaq, bukan sebagai
kewajiban. Sedangkan bagi pengurus secara mudah akan mengetahui cashflow keuangan masjid.
Hasil hitungan sederhana Infaq Jamaah Mandiri disosialisasikan kepada
jamaah untuk membangun kesadaran dalam berkontribusi untuk ber-infaq, bukan
sebagai kewajiban. Sedangkan bagi pengurus secara mudah akan mengetahui cashflow keuangan masjid.
Dari gerakan Jamaah
Mandiri ini, ada kenaikan pemasukan infaq yang sangat signifikan, mencukupi untuk mengcover keperluan
biaya rutin masjid, dan semuanya dihabiskan untuk semakin memaksimalkan layanan masjid
untuk jamaah
Dari gerakan Jamaah
Mandiri ini, ada kenaikan pemasukan infaq yang sangat signifikan, mencukupi untuk mengcover keperluan
biaya rutin masjid, dan semuanya dihabiskan untuk semakin memaksimalkan layanan masjid
untuk jamaah
Penggalangan partisipasi infak takjil Ramadhan. Selain kegiatan rutin, membangun
kesadaran berinfaq dilakukan setiap bulan suci Ramadhan dalam bentuk infaq
takjil buka puasa. Panitia
memperhitungkan target dan kebutuhan yang diperlukan dan strategi apa yang diperlukan untuk merealisasikan
target tersebut. Kebutuhan dana untuk penyediaan 2000 porsi takjil setiap hari selama Ramadhan sebesar Rp. 522.000.000,- (+/- Rp.9.000,- porsi).
Perencanaan secara detil sekaligus sosialisasi kegiatan, diberi nama
Kampung Ramadhan Jogokaryan, dibuat dalam bentuk brosur dan diumumkan serta disebarkan
kepada jama’ah. Sepintas tidak ada yang istimewa dari kegiatan tersebut,
kecuali pemahaman yang tertuang pada brosur tersebut. Pertama, dikembalikan
pemahaman kepada jama’ah, bahwa memberi takjil itu amal dengan pahala istimewa.Kedua,
memberi takjil itu bukan shodaqoh, tapi pemuliaan bagi orang yang berpuasa.
Bila difahami sebagai shodaqoh, orang miskin tidak berpartisipasi, dan orang
kaya tidak mau ikut makan takjil di masjid. Di amal yang istimewa ini, orang
miskin pun bisa berpartisipasi dana, sesuai kemampuan mereka. Bahkan untuk
infaq sebesar satu porsi-pun bukan hal yang
‘malu’. Ketiga, semua dimotivasi dengan pahala memberi takjil dan
digembirakan dengan suasana kebersamaan dalam takjil, makan bersama di masjid.
Hasilnya ? luar biasa... melebihi target yang
direncanakan, hampr 200%. Karena daya tampung terbatas, sebagian dana
disalurkan di 121 masjid lain untuk keperluan takjil. Karena dana tersebut
harus habis dibelanjakan sesuai peruntukkannya. Disimpan untuk tahun depan pun
tidak dilakukan.
Persiapan Takjil Puasa Ramadhan |
Sego Jum’at. Awalnya , setelah sholat
Jum’at pengurus hanya menyediakan minuman sari buah dan snack. Suatu ketika ada jama’ah yang bercerita, di
masjid lain menghidangkan nasi bungkus. Atas dasar cerita
tersebut, dibuat ide untuk menambah
hidangan yang sudah ada dengan nasi bungkus. Respon jama’ah baik sekali, ada
yang menyumbang 5, 10, 50 bungkus. Sampai akhirnya tersedia 500 porsi nasi bungkus lengkap
dengan minuman, snack dan sari buah. Untuk memudahkan
partisipasi dan agar terjaga keberlangsungannya ( karena perlu
dana rutin dan relatif besar), dibuatkan kotak infak
khusus sego Jumat.
Nasi Bungkus Juma'at-an |
Antisipasi Tanggap Situasi.
Merubahnya wabah covig-19 tidak mengenal batas
teritorial, bisa mengenai siapa saja karena mobilitas carier virus (baca
manusia). Seruan untuk menjaga
kebersihan, stay at home, work for home dan social distance dalam sholat berjamaah dalam
beraktifitas, di antisipasi dengan melakukan desinfektan sebanyak 5(lima) kali sebelum dilakukan
sholat fardhu. Selain itu di setiap pojok bangunan masjid disediakan bak cuci
tangan dan cairan pembersih. Bahkan pengurus memberikan gratis sebotol
sanitizer kepada jamaah. Dalam khotbah Jum’at mya (20-3-2020), pak ustadz Jasir
menyampaikan apabila sampai Jum’at depan kondisi belum membaik dan terpaksa
sholat ditiadakan, masjid akan memberikan subsidi kepada masyarakat berdampak yang
berada di sekitar.
Sanitizer Antisipasi Virus Cofig-19 & Penyemprotan Disenfektan Setiap Menjelang Sholat Fardhu |
2. Mempermudah Partisipasi. Aksesilibitas jama’ah untuk
menyalurkan infaqnya dibuat semudah mungkin dengan peruntukkannya, misalnya
infaq untuk operasional masjid, parkir, anak yatim & fakir miskin dan
lain-lain. Masing-masing peruntukkan dibuat kotak yang bernama. Apabila
peng-infaq menginginkan bukti, disiapkan tanda terima lengkap. Bagi jama’ah
yang tidak membawa uang cash, dapat dilakukan melalui electronic money,
nomor rekening dan nomor HP pengurus tercatat untuk memudahkan adminsitrasi
pencatatannya.
Kotal Amal dengan Berbagai Peruntukan |
Mempermudah shohibul Qurban. Agar keikutsertaan warga sebagai
shohibul qurban maksimal, dibuat kemudahan dalam cara pembayaran. Bekerja sama
dengan lembaga keuangan syariah, melayani tabungan qurban. Setiap selesai
sholat jum’at, petugas BMT stand by untuk menerima setoran tabungan qurban. Apabila jelang
qurban, dana calon shohibul qurban masih kurang, masjid menyediakan fasilitas
dana talangan qurban,
pelunasan bisa dicicil tanpa ada tambahan uang apapun.
3. Tidak membebani dan tidak dibebani. Kodrat manusia biasa berperasaan terpaksa berinfak adalah beban. Masjid tidak
boleh menjadi beban masyarakat dalam masalah dana, misalnya dengan mewajibkan infak rutin, selalu menyodorkan proposal permohonan dana door
to door tiap kali akan ada kegiatan. Demikian juga sebaliknya, masjid tidak boleh terbebani secara operasional karena sumbangan tertentu
yang diterima. Misal ada jama’ah yang
punya gagasan akan menyumbang AC untuk masjid, maka penyumbang perlu
diajak turut memikirkan biaya rutin
karena beban tambahan
listrik yang muncul.
Salah Satu Contoh Aktifitas |
4. Memperhatikan Kearifan Lokal.
Menyampaikan sesuatu tidak secara
jelas tetapi dengan permisalan atau ungkapan dan pihak yang di tuju tahu apa yang dimaksudkan. Misalkan, masyarakat
di lingkungan Jawa, misalnya di Jogjayakarta, untuk menyampaikan maksud
tertentu tidak perlu diungkapkan secara terang-terangan/ eksplisit. Cukup dengan mengetuk perhatian orang, maka
diharapkan orang sudah faham maksudnya dan
turut berpartisipasi. Misalnya : saat renovasi masjid dipasang spanduk Mohon maaf, ibadah anda terganggu karena masjid sedang direnovasi
untuk perluasan, di bawahnya ditulis : rekening renovasi : bank.....
No..... Atas nama............. atau Mohon
doanya, masjid akan membeli tanah dan bangunan
senilai...
5. Membuka Ruang Kreativitas
dan Partisipasi. Jamaah
bisa berinisiatif mengadakan suatu aktivitas tanpa harus menunggu rapat umum
takmir. Pendanaannya pun bisa bersifat inisiatif upaya fundrising dilakukan
dengan kreativitas dan kejelian melihat peluang, serta bisa menggunakan
cara-cara sebagaimana dalam teori-teori marketing selama tidak melanggar syar’i.
Ruang Kreatifitas & Partisipasi |
6. Distribusi tugas
dan Wewenang. Tidak
semua dana masjid dikelola oleh bendahara umum. Dibuat penanggung jawab pada
setiap jenis dana yang dikelola masjid. Masing-masing kotak infak ada
penanggung jawab dan pengelolanya sendiri. Hanya laporannya yang disampaikan ke
bendahara umum.
7. Menggembirakan, Menjaga Perasaan Jamaah. Takmir membuat suasana gembira dan
bersemangat bagi jamaah untuk berpartisipasi dana .Jangan sampai mekanisme
kegiatan yang dibuat masjid berpotensi menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi
jamaah yang berinfak. Untuk penyelenggaraan takjil
ramadhan, tidak dijadwalkan perorangan untuk meng cover penyediaan menu dalam
satu hari, namun semua dana dihimpun menjadi satu, dan masjid yang mengelola
penyediaan menu takjilnya. Ini untuk menghindari kesenjangan jenis menu yang
dihidangkan, yang berpotensi memunculkan perasaan tidak nyaman bagi yang
menyediakan.
8. Transparansi.Transparansi keuangan
sangat penting untuk menjaga kepercayaan jamaah. Karenanya laporan keuangan
yang berasal dari masyarakat harus dapat diakses oleh siapa saja yang ingin
mengetahui. Untuk kegiatan yang dibiayai dari donatur khusus, detil laporan
harus disampaikan kepada donatur terkait
Sumber
Pendanaan. Sebagian besar operasional
masjid berasal dari donatur jamaah (biasanya untuk pembangunan sarana masjid),
infaq jamaah (sesuai dengan peruntukannya) dan zakat & shodaqoh (dikelola
oleh Baitul Mal). Bedanya di masjid Jogokaryan pengelolaanya dilakukan oleh
penanggunjawab masing-masing kegiatan (sudah dijelaskan di atas). Uniknya, selain ketiga bentuk tersebut, masjid
Jogokaryan mempunyai sumber pendanaan dari yang lain, yaitu Sponsorship, Amal
Usaha Masjid an Bendahara Ketiga.
Fundrising : Merchandise, Spanduk |
Sponsorship, berupa iklan di bulletin
masjid, kaos seragam panitia berbagai kegiatan, umbul-umbul dan spanduk di luar masjid.
Amal usaha masjid , yaitu usaha 11 kamar
penginapan dan satu aula yang disewakan untuk umum.
Sebelumnya hanya mengelola sawah saja. Dikelola secara otonom dan profesional,
bukan oleh para pimpinan takmir. Takmir
tetap fokus mengurus jamaah, tidak sibuk mengurus usaha masjid.
Tidak ada alokasi keuntungan untuk insentif pengurus takmir. Takmir
tidak digaji. Hanya karyawan masjid yang digaji (tenaga kebersihan, security,
dsb). Usaha milik masjid tidak boleh menyaingi usaha ekonomi yang dimiliki
anggota jamaah. Menghindari bentuk usaha yang bisa beresiko membuat jamaah menjauh dari masjid.
Penginapan, Salah Satu Fundrising |
‘Bendahara ketiga’, yaitu dana segar untuk keperluan tak
terduga.Untuk beberapa hal, terkadang dana keluar dari kantong pribadi takmir,
bukan dari kas bendahara. (karena di masjid ada 2 bendahara utama, maka disebut
bendahara ke 3 ), Saat masjid perlu dana mendadak, dan belum mungkin dicover
dengan kas masjid, maka ketua takmir harus punya skenario pendanaan mendadak.
Penutup. Menyaksikan langsung kegiatan di masjid Jogokaryan,
baik dalam rangka ibadah ritual maupun ibadah muamallah, rasanya kita perlu
berpikir ulang tentang fungsi masjid. Merujuk ke kisah hijrah Rasulullah ke Madinah,
lokasi yang ditunjuk dan direncanakan untuk dibangun adalah tempat
ibadah/masjid, bukan pasar, rumah atau apapun, seperti sabda beliau “Tempat yang paling dicintai oleh Alloh
dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Alloh adalah
pasar-pasarnya”(HR Muslim). Dalam keseharian di masjid inilah semua
kegiatan dilaksanakan, beribadah, majelis taklim, menerima pengaduan, tempat
tinggal Rasulullah, rapat merencanakan strategi perang melawan para kafirin
dan yang jelas malaikat Jibril turun
menyampaikan wahyu. Dalam kondisi kekinian, dengan bertambahnya umat, beragam
persoalan duniawi yang menimbulkan penyakit sosial yang luar biasa dan persoalan lain yang tidak
kalah peliknya, kiranya kita perlu merenung dan merenung lagi. Jangan-jangan
kita selama ini telah melupakan fungsi masjid yang sesungguhnya ? Fokus hanya
untuk kepentingan diri sendiri, tidak peduli dengan kondisi masyarakat di
sekitar kita, penyakit egoisme mengidap di hati relung kita dan penyakit isme-isme yang lain.
Keberhasilan masjid Jogokaryan sebagai pusat peribadatan dan kegiatan muamallah
tidak lepas peran pengurus sebagai operator yang amanah , kreatif dan lillahita’ala. Dan,
partisipasi masyarakat yang sadar dan mau untuk berbagi rejeki dan waktu dalam mendukung kegiatan masjid. Dampaknya
luar biasa, tidak hanya sekedar
penguatan ekonomi, kebersamaan sesama umat,Isya Alloh keimanan sebagai inti
ajaran Rasulullah akan mewujudkan sebagai insan yang la’alakum tattaqun.
*) bahan dari materi presentasi pengurus kepada jamaah ba'da sholah shubuh, dengan perubahan redaksional dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar