Sabtu, 04 April 2020

Masjid Jogokaryan, Rujukan Pengelolaan Manajemen Masjid.

Masjid Jogokaryan, 2020
Prolog. Di suatu kota kecil di ibukota kab. Sumbawa Besar, NTB, penulis ber-kesempatan untuk bertugas disana selama dua hari. Pada saat waktu sholat subuh, penulis keluar mencari masjid terdekat, kebetulan letaknya tidak terlalu jauh. Tapi apa yang terjadi, pintu pagar masih terkunci, padahal waktu adzan tinggal beberapa menit lagi. Pintu terkunci kalau tidak sedang masa sholat-sholat.  Kondisi seperti ini sering  penulis jumpai diM banyak masjid, tidak saja pada saat waktu shubuh, tapi juga waktu-waktu sholat fardhu yang lain, apalagi sholat sunnah. Pun yang terjadi masjid setua dan sebesar Masjid Raya Al-Husny Amman, dahulunya merupakan bangunan masjid pada masa khalifah Umar bin Khattab. Sang marbot mengatakan dibuka nanti siang (saat sholat fardhu dhuhur).

Ustadz Jasir ASP
Saat penulis kuliah di UGM Yogya tahun 1980an, pada beberapa kesempatan dalam rangka talabul ilmi, atas prakarsa rekan se-kampus, alm. Prakosa (mudah-mudahan alm husnul khatimah) mengajak ustad  Muhamad Jazir ASP untuk mengisi pengajian di serambi masjid Mardiyah (dekat RSUD Sarjito Yogayakarta, saat ini sedang dibangun Islamic Centre). Walaupun peserta pengajian jumlah tak lebih dari jumlah jari tangan, beliau tetap semangat dalam memberi kan materi, baik fikih, taukhid atau sirah. Dengan gaya bicara yang terstruktur dan penguasaan materi yang mumpuni, penulis terkesan dengan materi yang diberikan saat itu. Waktu berlalu, apalagi setelah rekan Prakosa meninggal (mendadak) sebelum menyelesaikan kuliahnya, kami tidak pernah ketemu lagi dengan beliau. Puluhan tahun belakangan penulis pernah selintas melihat ustadz Jazir mengisi taklim di salah satu stasion televisi nasional. Gaya bicaranya masih istikhomah, terstruktur dan rapi.
Sekarang  berbeda, penulis mengamati saat taklim subuh atau kesempatan taklim yang lain,  intonasi suaranya lantang seakan-akan mengingatkan kepada semua jamaah, terutama apabila materi yang disampaikan sangat  berakitan dengan sejarah kebangsaan Indonesia.  Tidak kaget, dengan komitmen dan kepedulian terhadap umat yang sangat kuat,  beliau merupakan salah seorang penggagas pembaruan pengelolaan masjid  Jogokaryan yang menjadi rujukan bagi para takmir masjid di seluruh penjuru tanah air. Masya Alloh.


Profil. Jangan dibayangkan bangunan masjid Jogokaryan semegah masjid  Narima di Lamongan, Jawa Timur atau masjid agung  Darunajjah di Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Karena memang bukan masjid jamik, bukan masjid agung tapi hanya masjid kampung yang terletak di kampung Jogokaryan, kel. Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Bahkan awalnya hanya berupa langgar dari tanah wakaf seluas  770 m2 terletak di pojok kampung yang didirikan tahun 1966 (diresmikan 1967). Kini menjadi masjid dengan luas  1,5 kali dari luas asal dengan bangunan 4,3 kali dari luas bangunan awal (dengan konstruksi 3 bangunan bertingkat) dan mampu menampung sampai 1200 jamaah.  
Piagam Penghargaan
 Tentu saja fasilitas ibadah dan pendukungnya jauh lebih banyak lagi, termasuk ruang yang jarang dijumpai di masjid-masjid lain antara lain poliklinik, penginapan, perpustakaan. Salah satu yang unik dari manajemen masjid adalah takmir yang mempunyia masa kerja 4(empat) tahun dipilih ala  pemilu dan rapat takmir secara rutin (setiap Jum’at Kliwon) dilakukan secara terbuka, jamaah masjid mempunyai hak untuk hadir sekaligus dapat menyalurkan aspirasi jamaah di forum ini. Sehingga tak heran apabila Kementerian Agama memberikan penghargaan kepada Masjid Jogokaryan sebagai Masjid Percontohan.


Menshalatkan Orang Hidup.  “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Alloh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Alloh. Maka mereka itulah orang-orang yang diharapkan masuk golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk (Surat At Taubah :18). Hakekat masjid adalah tempat sujud, sebagai sarana untuk mensujud-kan masyarakat dan tunduk kepada Alloh SWT dalam arti masjid untuk membentuk sikap dan perilaku jamaahnya sebagai muslim yang kaffah, ber-peradaban masjid, dan bukan ber-peradaban pasar/materialisme.
Undangan Untuk Sholat Fardhu di Masjid
Misi masjid yaitu menjadikan masyarakat beriman kepada Alloh SWT dan hari akhir, menjadikan masyarakat senantiasa sholat, dan tunduk pada aturan Alloh SWT, mensejahterakan masyarakat dan menjadikan masyarakat merdeka, hanya takut kepada Alloh SWT. Mencermati di sekeliling rumah kita, yang sebagian besar umat Islam dan masjid bertebaran di sekitar kita. 
Sholat Shubuh
Kalau kita instrospeksi diri, saat waktu sholat fardhu tiba dan kumandang adzan terdengar bersahut-sahut-an (apalagi kalau waktu sholat subuh, semakin banyak suara adzan terdengar), apakah secara otomatis warga masyarakat di sekitarnya berbondong-bondong segera menuju masjid untuk sholat berjamaah? Atau kita cek saja dari keberadaan jumlah shaft yang ada dibandingkan dengan jumlah masyarakat se-iman yang ada di sekitar kita. Rasanya belum sampai 10% kehadiran-nya, atau 20%, apalagi 50%. Artinya apa ? Kumandang adzan masjid hanya sekedar untuk meneriakkan saja dan menginformasikan waktu sholat  fardhu, tetapi tidak sampai untuk menggerakkan warga untuk hadir di masjid. Kondisi ini yang memberi ide kepada pengurus untuk membuat slogan GERAKAN MENSHALATKAN ORANG HIDUP.

Manajemen Pengelolaan Masjid. Kunci pengelolaan masjid harus memperhatikan 3(tiga) hal ini, yaitu : 
Manajemen Pengelolaan Masjid
1). AQIDAH KEMASJIDAN, sebagai dasar keyakinan takmir dan jamaah selaku pemakmur masjid.  Sebagaimana tercantum dalam surat Jinn:18, bahwa masjid seluruhnya adalah milik Alloh , sehingga tak boleh ada makhluk yang memposisikan diri sebagai penguasa masjid (semua masjid yang ada di muka bumi ini). Takmir adalah pegawainya Alloh, yang bertugas mengurusi rumah Nya yang di bumi. Mengurusi masjid itu bukan sambilan, atau sekedar aktivitas sosial kemasyarakat belaka. Ini ibadah istimewa yang memerlukan totalitas.  Kalau kita (takmir) bekerja pada Alloh, Alloh akan menggaji dengan ganjaran yang maksimal. Berbeda bila kita bekerja pada manusia, maka manusia hanya bisa menggaji minimal. Konsekuensinya Alloh yang akan mencukupi anggaran yang dibutuhkan pegawai Nya dalam mengurus rumah Nya. 
Sholat Gerhana Bulan
2) FILOSOFI KEMASJIDAN, sebagai cara pandang kita tentang masjid. Masjid adalah tempat sujud, sekaligus sarana ‘men sujudkan’ masyarakat, menjadikan masyarakat sujud, tunduk, taat pada aturan-aturan Alloh SWT (akhirnya menjadi insan yang bertaqwa). Selain itu masjid adalah pusat peradaban masyarakat. Di dunia ini, ada dua peradaban, mana yang lebih kuat, dia yang mendominasi kehidupan masyarakat. Yaitu peradaban masjid, dan peradaban pasar [materialisme]. Maka masjid harus difungsikan untuk membentuk masyarakat berperadaban masjid. Sehingga masjid difungsikan sebagai tempat untuk mencetak calon-calon pemimpin bangsa, sudah dilakukan pada jaman Rasulullah saw (tidak hanya sebagai tempat menyiapkan bekal sebelum masuk kubur). 
Bantuan untuk Jamaah
3)TEKNIS PENGELOLAAN MASJID, sebagai cara dalam mencapai kemakmuran masjid. Takmir menyadari masjid tidak hanya tempat untuk rutinitas ritual, tetapi secara rutin dgunakanan sebagai pusat informasi,  aktifitas sosial (kesehatan, musyawarah sosial, singgah musafir, akad nikah dll).
  
Secara  sadar atau tidak semua (takmir dan jamaah) beranggapan bahwa kemakmuran dilihat dari kemegahan/besarnya bangunan atau jumlah kas masjid. Yang diumumkan setiap sebelum sholat jum’at. Tidak salah, tetapi yang lebih penting adalah berapa jumlah shaft jamaah dalam sholat fardhu (khusuzon sholat subuh), sejauh mana warga menjadikan masjid sebagai sarana yang memberi manfaat dan yang yang paling adalah bagaimana masjid dapat membentuk dan membimbing masyarakat menjadi akhlah dan adab yang lebih baik dalam akitifitas kesehariannya.

Goals. Kondisi ritualisme yang terjadi di hampir sebagian besar masjid-masjid di negara kita, setidaknya saat ini, menjadi perhatian pengurus takmir untuk mempunyai harapan dan cita-cita untuk menarik jamaah shubuh (waktunya relatif lebih berat dari sholat fardhu yang lain) sama banyaknya dengan sholat Juma’at. Untuk itu harus ada monitoring kehadiran jamaah sholat-sholat fardhu setiap hari. Selanjutnya dibuat program kerja takmir dengan target-target yang terukur dan realistis per periode tertentu, sebagai berikut :
§  2000 – 2005 Jogokariyan Islamy, dengan harapan mengubah masyarakat abangan menuju Islami dengan cara secara konsisten  mengajak warga sholat jamaah di masjid serta target jamaah sholat shubuh sebanyak 25% jamaah sholat jumat. Kader-kader penyuluh sholat berjamaah diberi intensif apabila berhasil mengajak jamaah (dalam jumlah tertentu) untuk secara konsisten mau dan mampu sholat jamaah di masjid.
§  2005 – 2010 Jogokariyan Darussalam I dengan cara  membiasakan masyarakat berkomunitas di masjid, memperbanyak pelayanan sosial untuk jamaah masjid dan  target jamaah sholat shubuh sebanyak 10 shaff  (50% sholat jumat)
§  2010 – 2015 Jogokariyan Darussalam II, yaitu meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat  dan secara  kuantitas target  jamaah sholat shubuh sebanyak  14 shoff  (75% sholat jumat)




Salah satu Aktifitas Masjid
Strategi.  Untuk membuat program kegiatan harus dilakukan maping yang mencakup kewilayah-an, yaitu gambaran situasi rumah warga di sekitar lokasi masjid (sebanyak empat RW) dalam bentuk peta wilayah kampung (data grafis). Selain itu, perlu data tabular untuk mendukung data grafis antara lain data pribadi warga (untuk memastikan muslim/non, baliq/belum) dan data pendukung yaitu intensitas melaksanakan sholat fardhu/ haji/ zakat/ qurban, kemampuan membaca al Qur’an, status (dhuafa/ yatim). Metoda pengumpulan data dilakukan sensus kepada warga dan observasi pengamatan sehari-hari. 
Dari hasil sensus lokal kampung  (1999) diperoleh data 30% (dari2783 orang warga) sudah baliq tatapi sholat tidak aktif. Dibuatlah program kegiatan untuk ‘mensholatkan orang hidup’ dengan berbagai cara antara lain pendekatan secara perorangan untuk mengajak sholat ke masjid, mengajari cara dan bacaan sholat dengan kerjasama dengan guru-guru agama, membuat undangan sholat berjamaah di masjid, bagi yang sholat di masjid disediakan doorprize. Bahkan, jika sandal-nya hilang/tertukar, akan diganti dengan sandal baru.  Untuk yang rutin dan rajin sholat diberikan hadiah umroh. Masya Alloh...
Bebenah Rumah Jamaah
Apresiasiasi Potensi Aktifitas Jamaah
Sarapan Ba'da Shubuh
Strategi kedua adalah merubah paradigma pelayanan. Takmir adalah pelayan jamaah, bukan  penguasa masjid. Masjid adalah rumah Alloh dimana masyarakat ber-hak untuk hadir beribadah, bertafakur kepada Alloh. Kehadiran jamaah harus diimbangi kepedulian dan pelayanan prima sekaligus menghargai eksistensi setiap individu jamaah. Masalahnya adalah bagaimana cara menstimulasi warga supaya punya keinginan untuk selalu hadir di masjid.   Pada umumnya sikap orang kepada masjid dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu  kepentingan /kebutuhan dan  apresiasi eksistensi, potensi, fungsi dan peran. Kedua hal tersebut dikelola pengurus untuk merencanakan strategi pelayanan sekaligus memberdayakan warga sebagai jamaah yang setia. Prinsip pelayanan prima adalah membuat masyarakat senang berada/ berinteraksi/ dan beraktivitas di masjid , dengan melayani kebutuhan dan kepentingan mereka. Artinya pengurus harus jeli melihat kebutuhan kebutuhan/ potensi masyarakat dan sekaligus menjadi peluang dalam siar Islam. Hasil maping kebutuhan masyarakat yang demikian majemuk baik dalam strata sosial maupun level keimanan, diimplemantasikan dalam bentuk program-program nyata. Misalnya mengelola kehadiran jamaah anak-anak untuk kondusif dalam kondisi beribadah atau tidak, akses khusus untuk jamaah difabel atau uzur, santuan sembako(beras) bagi fukara, benah-benah rumah , pelayanan kesehatan,  masjid terbuka 24 jam dengan fasilitas (kamar mandi/wc/tempat wudhu) yang  layak bersih,  air minum dalam dispenser untuk umum, angkringan/warung tenda di halaman masjid, free wifi 24 jam,  fasilitas olah raga [ tenis meja, sand sack, panahan] dan komunitas jamaah (sepeda, wisata),  snack dan minuman usai sholat shubuh,  nasi bungkus dan sari buah usai sholat Jumat, membagikan sayur mayur segar selepas sholat jamaah. Pelayanan khusus selama bulan Ramadhan antara lain 2000 porsi makanan untuk takjilan setiap hari, bantuan uang saku lebaran untuk anak-anak yang  hadir pada acara halah bi halal dan lain-lain.
Menjalankan Amanah Jamaah Mendistribusikan Qurban


Strategi ketiga yaitu pembinaan jamaah meliputi pemahaman tentang Islam (akidah, ibadah, akhlaq) dalam berbagai majelis taklim, menigkatkan peran warga di masjid, mempererat dan memperkuat jaringan silaturahmi antar jamaah dan masjid, membentuk masyarakat berporos masjid. Penulis dalam banyak kesempatan hadir dalam sholat berjamaah, dan yang unik dan jarang dijumpai di masjid-masjid yaitu jumlah jamaah pada sholat shubuh penuh di lantai 1 dan 2 bahkan meluber ke halaman masjid. Selain kehadiran jamaah lokal tinggi, didukung jamaah luar kota yang sengaja ingin studi banding ke masjid ini sekaligus berwisata di kota Yogyakarta.

Kaderisasi."Jika suatu masa kelak kamu tidak lagi mendengar bunyi berisik dan gelak ketawa anak anak riang diantara shaf shaf sholat di masjid-masjid, maka takut lah kalian akan kejatuhan generasi muda kalian masa itu".  Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan dalam suatu sistem pengelolaan organisasi, termasuk pengurus masjid. Ibaratnya  menanam bibit, untuk berharap berbuah bagus tanaman harus disiram, dipupuk. Untuk mendapatkan pengurus yang amanah, profesional dan akuntabel, dipersiapkan kaderisasi dalam berbagai level, yaitu  HAMAS (Himpunan Anak-anak Masjid) beranggotakan adik-adik jamaah SD dengan pengurusnya dari SMP/SMA. RMJ (Remaja Masjid Jogokariyan) beranggotakan adik-adik SMA,  KURMA/UMIDA (Keluarga Alumni Remaja Masjid) beranggotakan adik-adik jamaah SMA, mantan RMJ dan keluarga muda. Dan Takmir merupakan akumulasi dari berbagai potensi yang ada di masjid dari semua level.

Kunci Sukses Membangun Remaja Masjid
Tiap tingkatan kaderisasi diberikan otonomi untuk berkegiatan, dan memiliki bentuk pembinaannya sendiri yang sesuai dengan usianya. Untuk memastikan dapat membangun remaja masjid yang sukses dibuatkan kunci sukses sebagai penyemangat yaitu 1)  Sukses Studi,  masjid mendorong, mengapresiasi dan memfasilitasi remaja untuk sukses dalam studi maupun dalam karya ilmiah.  2)  Sukses Ekonomi, yang ingin punya usaha difasilitasi, diupayakan pelatihan ketrampilan, diberikan modal, dan bantuan promosi.  3) Sukses Organisasi,   membangun pengalaman organisasi melalui aktivitas masjid . 4)  Sukses Sosial, membangun kepekaan sosial, dengan dilibatkan dalam relawan masjid, diterjunkan ke lapangan. 5)  Sukses Ukhrowi,   remaja diarahkan menjadi ahli ibadah, dan selalu menjaga sholat jamaah di masjid. Susunan organisasi kepengurusan remaja masjid, unik dan lengkap (lihat struktur).
Struktur Organisasi
Kiat-kita remaja masjid sehingga konsep keberadaan remaja di masjid bisa opti yaitu 1)Penuhi kebutuhan remaja, 2) Pahami kebutuhan remaja, 3)Buat program yang reguler/rutin, 4) Tingkatkan kualitas dan pemahaman. 5)Pemberian amanah yang tepat, 6) Pendekatan interpersonal/da’wah fardiyah.


Pengelolaan Dana Masjid.  Dan apa saja  yang kamu infaq-kan di jalan Alloh, niscay akan dibalas  dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dijawil-e (QS Al Anfal :60). Masjid sebagai rumah ibadah merupakan tempat berkumpulnya orang-orang (jamaah) dalam melakukan ritual keagamaan dan kegiatan non  ritual. Sebagai konsekuensi pelibatan masyarakat  dalam kelangsungan proses ibadah tersebut, perlu adanya saling kepercayaan antar mereka. Akidah  dalam  anggaran masjid  adalah keyakinan bahwa  masjid  merupakan  rumah-rumah milik Alloh SWT.  Untuk menjamin keberlangsungan suatu masjid diperlukan pengurus sebagai takmir masjid selaku ‘pegawai’ Alloh. Amanahnya yaitu mengurus seluruh  kebutuhan operasional masjid dan memakmurkan jamaah masjid dan umat.  Bagaimana kebutuhan finansial untuk mealksanakan amanah tersebut ? Sebagai pemilik, Alloh akan menjamin semuanya.  Profesionalitas  takmir dalam mengelola masjid diperlukan untuk memastikan bahwa  kegiatan masjid dapat berjalan sesuai dengan fungsi sebagaimana tuntunan yang diberikan kepada Rasulullah SAW.
Keyakinan/Aqidah Anggaran Masjid
Pemahaman dasar bagaimana mengelola aggarana masjid adalah menjalankan sunnah bahwa ber-infaq adalah ladang amal soleh. Takmir selaku pengurus diberikan amanah untuk menampung dan menfasilitasi infaq/ shodaqohsekaligus menggemberikan jama’ah yang berinfaq. Dana yang diinfaqkan pada hakikatnya  secara otomatis menjadi milik Alloh, bukan milik takmir. Tentu harapan bagi jama’ah yang berinfaq, selain karena ketaatan perintah Alloh, ingin SEGERA merasakan keberkahannya.  Artinya, takmir tidak boleh berlama-lama menyimpan dalam kas masjid, harus segera dibelanjakan, baik untuk operasional masjid maupun kemakmuran jama’ah/umat. Mindset yang dibangun adalah saldo kas samadengan NOL atau MENUJU NOL. Logikanya  adalah saldo kas NOL tidak akan tercapai karena keinginan jama’ah untuk selalu berinfaq tinggi.   Demikian juga jumlah jama’ah yang berinfaq juga meningkat. Takmir dituntut mengelola dana masjid dengan set mental kaya, tidak kikir mengeluarkan dana untuk jamaah, fasilitas masjid, dan agenda masjid.


Pemahaman Dasar Pengelolaan Masjid
Karakter Pengelolaan Dana

1. Membangun Pemahaman & Kesadaran Berinfak. Membangun pemahaman dan kesadaran berinfak menjadi langkah yang penting dalam melibatkan partisipasi jamaah. Ini menjadi kunci berkelanjutannya agenda-agenda masjid yang memerlukan back up dana rutin dan dana besar. Kegiatan ini dilakukan melalui pengajian atau media lain. Contoh sukses story ada di Gerakan Jamaah Mandiri, salah satu cara mencari solusi untuk menutup kebutuhan rutin masjid

Gerakan Jamaah Mandiri,  membangun kesadaran Jamaah untuk berkontribusi infaq yang cukup, minimal setara dengan membiayai diri sendiri untuk aktivitas ibadahnya di masjid. Secara teknis perhitungnnya adalah sebagai berikut : a) Hitung seluruh pengeluaran rutin masjid selama setahun b) Dibagi per bulan dan per pekan
Contoh Perhitungan Kebutuhan Masjid Setahun

Hitung kapasitas masjid (dapat menampung berapa jamaah), c)Bagi pengeluaran per pekan dengan kapasitas masjid. d) Muncul angka minimal infaq dalam sepekan dari seorang jamaah.

Contoh perhitungan kebutuhan masjid  selama setahun :
Hasil hitungan sederhana Infaq Jamaah Mandiri disosialisasikan kepada jamaah untuk membangun kesadaran dalam berkontribusi untuk ber-infaq, bukan sebagai kewajiban. Sedangkan bagi pengurus secara mudah akan mengetahui cashflow keuangan masjid.

Hasil hitungan sederhana Infaq Jamaah Mandiri disosialisasikan kepada jamaah untuk membangun kesadaran dalam berkontribusi untuk ber-infaq, bukan sebagai kewajiban. Sedangkan bagi pengurus secara mudah akan mengetahui cashflow keuangan masjid. 
Dari gerakan Jamaah Mandiri ini, ada kenaikan pemasukan infaq yang sangat signifikan, mencukupi untuk mengcover keperluan biaya rutin masjid, dan semuanya dihabiskan untuk semakin memaksimalkan layanan masjid untuk jamaah

Dari gerakan Jamaah Mandiri ini, ada kenaikan pemasukan infaq yang sangat signifikan, mencukupi untuk mengcover keperluan biaya rutin masjid, dan semuanya dihabiskan untuk semakin memaksimalkan layanan masjid untuk jamaah

Penggalangan partisipasi infak takjil Ramadhan. Selain kegiatan rutin, membangun kesadaran berinfaq dilakukan setiap bulan suci Ramadhan dalam bentuk infaq takjil buka puasa.  Panitia memperhitungkan target dan kebutuhan yang diperlukan dan  strategi apa yang diperlukan untuk merealisasikan target tersebut. Kebutuhan dana untuk penyediaan 2000 porsi takjil setiap hari selama Ramadhan sebesar Rp. 522.000.000,- (+/- Rp.9.000,-  porsi).  Perencanaan secara detil sekaligus sosialisasi kegiatan, diberi nama Kampung Ramadhan Jogokaryan, dibuat dalam bentuk brosur dan diumumkan serta disebarkan kepada jama’ah. Sepintas tidak ada yang istimewa dari kegiatan tersebut, kecuali pemahaman yang tertuang pada brosur tersebut. Pertama, dikembalikan pemahaman kepada jama’ah, bahwa memberi takjil itu amal dengan pahala istimewa.Kedua, memberi takjil itu bukan shodaqoh, tapi pemuliaan bagi orang yang berpuasa. Bila difahami sebagai shodaqoh, orang miskin tidak berpartisipasi, dan orang kaya tidak mau ikut makan takjil di masjid. Di amal yang istimewa ini, orang miskin pun bisa berpartisipasi dana, sesuai kemampuan mereka. Bahkan untuk infaq sebesar satu porsi-pun bukan hal yang  ‘malu’. Ketiga, semua dimotivasi dengan pahala memberi takjil dan digembirakan dengan suasana kebersamaan dalam takjil, makan bersama di masjid. 
Persiapan Takjil Puasa Ramadhan
Hasilnya ? luar biasa... melebihi target yang direncanakan, hampr 200%. Karena daya tampung terbatas, sebagian dana disalurkan di 121 masjid lain untuk keperluan takjil. Karena dana tersebut harus habis dibelanjakan sesuai peruntukkannya. Disimpan untuk tahun depan pun tidak dilakukan.


Sego Jum’at. Awalnya , setelah sholat Jum’at pengurus  hanya  menyediakan minuman sari buah dan snackSuatu ketika ada jamaah yang bercerita, di masjid lain menghidangkan nasi bungkus. Atas dasar cerita tersebut, dibuat ide untuk  menambah hidangan yang sudah ada dengan nasi bungkus. Respon jama’ah baik sekali, ada yang menyumbang 5, 10, 50 bungkus. Sampai akhirnya  tersedia 500 porsi nasi bungkus lengkap dengan minuman,  snack dan sari buah. Untuk memudahkan partisipasi dan agar terjaga keberlangsungannya ( karena perlu dana rutin dan relatif besar),  dibuatkan kotak infak khusus sego Jumat.
Nasi Bungkus Juma'at-an

Antisipasi Tanggap Situasi. Merubahnya wabah covig-19 tidak mengenal batas teritorial, bisa mengenai siapa saja karena mobilitas carier virus (baca manusia). Seruan  untuk menjaga kebersihan, stay at home, work for home dan social distance dalam sholat berjamaah dalam beraktifitas, di antisipasi dengan melakukan desinfektan  sebanyak 5(lima) kali sebelum dilakukan sholat fardhu. Selain itu di setiap pojok bangunan masjid disediakan bak cuci tangan dan cairan pembersih. Bahkan pengurus memberikan gratis sebotol sanitizer kepada jamaah. Dalam khotbah Jum’at mya (20-3-2020), pak ustadz Jasir menyampaikan apabila sampai Jum’at depan kondisi belum membaik dan terpaksa sholat ditiadakan, masjid akan memberikan subsidi kepada masyarakat berdampak yang berada di sekitar.
Sanitizer Antisipasi Virus Cofig-19 & Penyemprotan Disenfektan Setiap Menjelang Sholat Fardhu
2. Mempermudah Partisipasi. Aksesilibitas jama’ah untuk menyalurkan infaqnya dibuat semudah mungkin dengan peruntukkannya, misalnya infaq untuk operasional masjid, parkir, anak yatim & fakir miskin dan lain-lain. Masing-masing peruntukkan dibuat kotak yang bernama. Apabila peng-infaq menginginkan bukti, disiapkan tanda terima lengkap. Bagi jama’ah yang tidak membawa uang cash, dapat dilakukan melalui electronic money, nomor rekening dan nomor HP pengurus tercatat untuk memudahkan adminsitrasi pencatatannya.
Kotal Amal dengan Berbagai Peruntukan


Mempermudah shohibul Qurban. Agar keikutsertaan warga sebagai shohibul qurban maksimal, dibuat kemudahan dalam cara pembayaran. Bekerja sama dengan lembaga keuangan syariah, melayani tabungan qurban. Setiap selesai sholat jum’at, petugas BMT stand by untuk menerima setoran tabungan qurban. Apabila jelang qurban, dana calon shohibul qurban masih kurang, masjid menyediakan fasilitas dana talangan qurban, pelunasan bisa dicicil tanpa ada tambahan uang apapun.

3. Tidak membebani dan tidak dibebani. Kodrat manusia biasa  berperasaan terpaksa berinfak adalah beban. Masjid tidak boleh menjadi  beban masyarakat dalam masalah dana, misalnya dengan mewajibkan infak rutin,  selalu menyodorkan proposal  permohonan dana door to door tiap kali akan ada kegiatan. Demikian juga sebaliknya, masjid tidak boleh terbebani  secara operasional karena sumbangan tertentu yang diterima. Misal ada jama’ah yang  punya gagasan akan menyumbang AC untuk masjid, maka penyumbang perlu diajak turut memikirkan biaya  rutin karena beban tambahan listrik yang muncul.

Salah Satu Contoh Aktifitas
Masjid tidak boleh terbebani oleh jama’ah yang merasa paling berjasa karena sumbangannya. Karenanya, masjid pernah membatasi maksimal dana partisipasi pembebasan tanah dari seseorang, menghindari ada yang merasa paling berjasa kepada masjid, untuk menjaga perasaan pengurus ke depan. Masjid juga pernah menolak sumbangan bernilai besar yang dinilai berpotensi tendensi politis tokoh tertentu.

4. Memperhatikan Kearifan Lokal.  Menyampaikan sesuatu  tidak secara jelas tetapi dengan permisalan atau ungkapan dan pihak yang  di tuju tahu apa yang dimaksudkan. Misalkan, masyarakat di lingkungan Jawa, misalnya di Jogjayakarta, untuk menyampaikan maksud tertentu tidak perlu diungkapkan secara terang-terangan/ eksplisit.  Cukup dengan mengetuk perhatian orang, maka diharapkan orang sudah faham maksudnya  dan turut berpartisipasiMisalnya : saat renovasi masjid dipasang spanduk  Mohon maaf, ibadah anda terganggu karena masjid sedang direnovasi untuk perluasan, di bawahnya ditulis : rekening renovasi : bank..... No..... Atas nama............. atau Mohon doanya, masjid akan membeli tanah dan bangunan senilai...
 
Aksi Sosial sesuai Situasi Lokal
5. Membuka Ruang Kreativitas dan Partisipasi. Jamaah bisa berinisiatif mengadakan suatu aktivitas tanpa harus menunggu rapat umum takmir. Pendanaannya pun bisa bersifat inisiatif upaya fundrising dilakukan dengan kreativitas dan kejelian melihat peluang, serta bisa menggunakan cara-cara sebagaimana dalam teori-teori marketing selama tidak melanggar syar’i.


Ruang Kreatifitas & Partisipasi
6. Distribusi tugas dan Wewenang. Tidak semua dana masjid dikelola oleh bendahara umum. Dibuat penanggung jawab pada setiap jenis dana yang dikelola masjid. Masing-masing kotak infak ada penanggung jawab dan pengelolanya sendiri. Hanya laporannya yang disampaikan ke bendahara umum.

7.  Menggembirakan, Menjaga Perasaan Jamaah. Takmir membuat suasana gembira dan bersemangat bagi jamaah untuk berpartisipasi dana .Jangan sampai mekanisme kegiatan yang dibuat masjid berpotensi menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi jamaah yang berinfak. Untuk penyelenggaraan takjil ramadhan, tidak dijadwalkan perorangan untuk meng cover penyediaan menu dalam satu hari, namun semua dana dihimpun menjadi satu, dan masjid yang mengelola penyediaan menu takjilnya. Ini untuk menghindari kesenjangan jenis menu yang dihidangkan, yang berpotensi memunculkan perasaan tidak nyaman bagi yang menyediakan.

8. Transparansi.Transparansi keuangan sangat penting untuk menjaga kepercayaan jamaah. Karenanya laporan keuangan yang berasal dari masyarakat harus dapat diakses oleh siapa saja yang ingin mengetahui. Untuk kegiatan yang dibiayai dari donatur khusus, detil laporan harus disampaikan kepada donatur terkait

Sumber Pendanaan. Sebagian besar operasional masjid berasal dari donatur jamaah (biasanya untuk pembangunan sarana masjid), infaq jamaah (sesuai dengan peruntukannya) dan zakat & shodaqoh (dikelola oleh Baitul Mal). Bedanya di masjid Jogokaryan pengelolaanya dilakukan oleh penanggunjawab masing-masing kegiatan (sudah dijelaskan di atas). Uniknya,  selain ketiga bentuk tersebut, masjid Jogokaryan mempunyai sumber pendanaan dari yang lain, yaitu Sponsorship, Amal Usaha Masjid an Bendahara Ketiga.

Fundrising : Merchandise, Spanduk
Sponsorship, berupa iklan di bulletin masjid, kaos seragam panitia berbagai kegiatan, umbul-umbul dan spanduk di luar masjid.

Amal usaha masjid , yaitu usaha  11 kamar penginapan dan satu aula yang disewakan untuk umum. Sebelumnya hanya mengelola sawah saja. Dikelola secara otonom dan profesional, bukan oleh para pimpinan takmir.  Takmir tetap fokus mengurus jamaah, tidak sibuk mengurus usaha masjid.
Tidak ada alokasi keuntungan untuk insentif pengurus takmir. Takmir tidak digaji. Hanya karyawan masjid yang digaji (tenaga kebersihan, security, dsb). Usaha milik masjid tidak boleh menyaingi usaha ekonomi yang dimiliki anggota jamaah. Menghindari bentuk usaha yang bisa beresiko  membuat jamaah menjauh dari masjid.
Penginapan, Salah Satu Fundrising

‘Bendahara ketiga’, yaitu dana segar untuk keperluan tak terduga.Untuk beberapa hal, terkadang  dana keluar dari kantong pribadi takmir, bukan dari kas bendahara. (karena di masjid ada 2 bendahara utama, maka disebut bendahara ke 3 ), Saat masjid perlu dana mendadak, dan belum mungkin dicover dengan kas masjid, maka ketua takmir harus punya skenario pendanaan mendadak.

Penutup. Menyaksikan langsung kegiatan di masjid Jogokaryan, baik dalam rangka ibadah ritual maupun ibadah muamallah, rasanya kita perlu berpikir ulang tentang fungsi masjid. Merujuk ke kisah hijrah Rasulullah ke Madinah, lokasi yang ditunjuk dan direncanakan untuk dibangun adalah tempat ibadah/masjid, bukan pasar, rumah atau apapun, seperti sabda beliau “Tempat yang paling dicintai oleh Alloh dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Alloh adalah pasar-pasarnya”(HR Muslim). Dalam keseharian di masjid inilah semua kegiatan dilaksanakan, beribadah, majelis taklim, menerima pengaduan, tempat tinggal Rasulullah, rapat merencanakan strategi perang melawan para kafirin dan yang  jelas malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu. Dalam kondisi kekinian, dengan bertambahnya umat, beragam persoalan duniawi yang menimbulkan penyakit sosial yang  luar biasa dan persoalan lain yang tidak kalah peliknya, kiranya kita perlu merenung dan merenung lagi. Jangan-jangan kita selama ini telah melupakan fungsi masjid yang sesungguhnya ? Fokus hanya untuk kepentingan diri sendiri, tidak peduli dengan kondisi masyarakat di sekitar kita, penyakit egoisme mengidap di hati relung kita  dan penyakit isme-isme yang lain. Keberhasilan masjid Jogokaryan sebagai pusat peribadatan dan kegiatan muamallah tidak lepas peran pengurus sebagai operator yang  amanah , kreatif dan lillahita’ala. Dan, partisipasi masyarakat yang sadar dan mau untuk berbagi rejeki dan waktu  dalam mendukung kegiatan masjid. Dampaknya luar biasa,  tidak hanya sekedar penguatan ekonomi, kebersamaan sesama umat,Isya Alloh keimanan sebagai inti ajaran Rasulullah akan mewujudkan sebagai insan yang la’alakum tattaqun.

*) bahan dari materi presentasi pengurus kepada jamaah ba'da sholah shubuh, dengan perubahan redaksional dari penulis

Tidak ada komentar: