Jumat, 04 Oktober 2019

Jelajah Jejak Para Nabi - Jordania-Palestina-Mesir #1

“Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”.  (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)


Dalam suatu pertemuan keluarga, seperti biasa banyak berbincang-bincang dengan berbagai topik dan tema, silaturahmi keluarga, kuliner, kesehatan, politik, traveling dan lain-lain. Pembicaraan materi yang terakhir ini yang menimbulkan keinginan yang sempat tertunda beberapa tahun sebelumnya. Istri saudara misan yang kebetulan bekerja di travel muslim, mbak Linda Andi Kusuma, berbicara berbagai hal tentang lingkup area travelnya (HPT, Hikmah Perjalanan Taukhid), antara lain menyelenggarakan umroh, haji, muslim traveling.  Diantaranya cerita tentang perjalan mas Andi ke Jerusalem mengunjungi masjidil Aqso. Timbul keinginan untuk melakukan hal serupa.
Beberapa bulan sesudahnya, mbak Linda mengabarkan kalau akan dibuka paket Isroq Mi'raj pada bulan April 2019. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, diantaranya memasuki purna tugas (sementara istri masih aktif), momen nya pas hari besar Islam, dan harganya masih normal. kami memutuskan untuk ikut dalam paket program tersebut. Komunikasipun dilanjutkan melalui WA yang dikoordinir oleh pimpinan HPT,  bu Dewi Baaman, dalam rangka persiapan keberangkatan. Ittenary pun di share, sehingga bisa membayangkan bagaimana rute perjalanan-nya, tentunya untuk persiapan fisik dan rohani. Dari ittenary  tersebut rute perjalanan yaitu Jakarta-Cairo-Jerusalem-Amman-Jakarta. Dari rincian perjalanan tersebut, penulis melihat ada celah untuk melakukan personal traveling yaitu di hari-hari akhir di kota Amman, Jordania. Mengapa ? Dua tahun sebelumnya, 2017, penulis berdua dengan istri berkesempatan untuk mengunjungi Jordania, tentu saja mengunjungi beberapa lokasi wisata yang jumlahnya sangat banyak, diantaranya Petra, Dead Sea, Makam Nabi Syu'aib, Citadel, Jerash dan lain-lain (https://inendri.blogspot.com/2016/01/jordanpart-of-holly-land.html). Bermula dari latarbelakang ini, penulis tidak 'berminat' untuk mengunjungi wisata2 di Amman dan sekitarnya, yang pernah kami kunjungi dua tahun yang lalu. Sehingga penulis memutuskan untuk off dari rombongan untuk wisata ke lokasi lain, yaitu negara tetangga sebelah utaranya, Lebanon, konon juga merupakan destinasi wisata jejak para nabi, diantaranya makam nabi Ilyas. Ternyata dan ternyata.... ada perubahan ittenary dari yang penulis terima sebelumnya. Informasi yang penulis terima, untuk mengejar malam Isro Mi'raj di Jerusalem, rute perjalanan berubah, yang semula masuk Jerusalem melalui Mesir dan keluar melalui Jordania, berubag menjadi sebaliknya. Rencana perjalanan ke Lebanon-pun batal. Rencana hanya rencana #alkasasyangmerubahnya.

Hari ke-1, 29.3.2019
Sesuai kesepakatan, sebelumnya peserta berkumpul di point meeting di depan restoran Hoka-hoka Bento Terminal II jam 06.00. Sampai di  lokasi bu Dewi dan staf sudah siap membagikan jaket seragam, tiket, paspor dan yang lain. Pesawat Qatar Air dengan nomor QR 959 dengan rute penerbangan Jakarta- Amman, transit di Doha.

Rombongan berpose di Bandara Soeta
Satu persatu peserta rombongan berdatangan dan saling berkenalan. Ada yang rombongan satu keluarga berlima (kel. Mas Ridho), pasangan suami istri paling mesra (mbak Okta  dan bang Zulpan,  Susanto sekalian, pak Idrus sekalian, dan yang lain), jomblowan/ tidak bawa suami atau istri (penulis, bu Fera, mas Herjuno, bu Isma, bu Dewi-kalau ini sih tuntutan pekerjaan). Satu rombongan jumlah peserta 47 orang, berasal beberapa travel agent, HPT (yang terbanyak)- Azhra dan El Kasas. El Kasas sebagai Tour Leader (TL), international agent travel yang berpusat di Mesir yang lebih fokus pada muslim traveling. Sebagian rombongan ada yang lanjut perjalanan ke Istambul, ada juga yang ber-ibadah umroh. Setelah sarapan dan brifing dari TL, rombongan bergiliran masuk konter check-in dan cek paspor. Pemeriksaan lancar tidak ada kendala, pesawat Qatar Air siap membawa penumpang ke Amman. Pesawat jenis Boeing 737-400, take-off  jam 08.45 ke arah barat....Duduk di kelas ekonomi dengan komposisi 343, 3 seat di pinggir dekat jendela, dan 4 seat di tengah.
Bandara QAIA
Kebagian seat tengah dengan nomor 30B.  Bukan pilihan yang diinginkan, serba nanggung, lihat window atau lihat lorong cuma separuhnya (?). Sesuai yang tertera di ticket, Jakarta-Doha (transit) ditempuh dalam waktu 4 jam kurang 28 menit. Sarapan diberikan dua jam, walau masih kenyang, 3 jam kemudian gilrian makan siang disajikan. Untuk mengisi kekosongan waktu, sengaja penulis membawa buku lama berjudul Jerusalem karangn Trias Kuncahyo, wartawan senior harian Kompas. Walaupun ini bacaan yang kedua, ada gambaran sedikit tentang kondisi dan keadaan bagaimana negeri para Rasul yang akan kami kunjungi. Waktu terus bergerak, tiga setengah jam berlalu, pramugari mengumumkan pesawat segera mendarat di Doha International Airport. Jam 14.10 pesawat landing dengan mulus, sebelum turun, TL membagikan ticket Doha - Amman. Stanby selama 2:30 jam, bisa digunakan untuk meluruskan badan dan sholat jamak Dhuhur dan Asar. 

Tepat jam 16.20 pesawat  Doha Air take off menuju Amman, Jordan, dengan pesawat yang berbeda.  Sekali lagi, makan 'sore' disajikan dengan menu ayam, roti dan buah. Menjelang jam 18.00 hampir magrib, pesawat landing di bandara Queen Alia International Airport (QAIA), Amman. Jordania  memberikan fasilitas mendapatkan visa dengan cara VOA(visa on arrival), artinya WNA tidak perlu ngurus visa dulu sebelum masuk ke negara tersebut. Visa diperoleh di bandara negara tujuan.  Loket VOA berada di depan loket cek pasport. Biaya dibandrol sebesar 40 JOD (Jordan Dinar), setara Rp.800.000,00 (1JOD=Rp.20.000,00). Kurs nilai mata uang yang cukup tinggi, setara dengan  pound sterling Inggris. Tentu saja urusan visa sudah diurus travel. Petugas penghubungan agent travel Al-Kahsas sudah menunggu dengan visa siap untuk dibagikan kepada masing-masing peserta. Silahkan ditempel di masing-masing pasport sebelum ke konter imigrasi. Tersedia +/- 10 loket imigrasi, tapi hanya beberapa saja yang dibuka. Alhamdulillah tidak ada masalah untuk pengurusan imigrasi, sehingga memperlancar pengambilan bagasi. Beberapa anggota rombongan saling membantu menunjukan kopor teman-temannya, bahkan dengan ikhlas mengambilkannya. Pak  'Ala (?) selaku TL dari Al Kasaas menyambut rombongan di ruang kedatangan bandara. Orangnya masih muda, WNM (Warga Negara Mesir) lancar berbahasa Indonesia. Beliau suami bu Aya Rokhaya (mojang Priangan) sebagai wakil TL. Bus rombongan standby di parkir depan bandara. Dua bus dobel deck disediakan untuk transportasi selama 3 hari dua malam di Amman dan sekitarnya, sebelum meluncur ke Palestina. Tepat jam 20.00 rombongan tiba di hotel Holyday Inn, terdengar sayup-sayup suara adzan Isya'. Makan malam ala buffet tersedia di ruang restorant di ujung lobby hotel. Berhubung perut masih kenyang, hanya ambil buah dan minuman saja, makanan cuma dilihat-lihat saja.  Ada nggak yang bisa menguggah selera ? ternyata ... tidak ada. Petugas travel membagi kunci kamar sesuai dengan statusnya, karena penulis tidak membawa istri, 'panitia' mengumpulkan satu kamar dengan sesama jomblo, pak Herjuno (alumni TK UPN Yogya yang bekerja di pabrik Semen Cilacap) dan rekan Ridho (pengusaha sukses yang tinggal di TangSel). Sebelum istirahat, kontak dulu (melalui WA) ke pak Salahudin, staf lokal KJRI di Amman, dua tahun yang lalu banyak membantu kami berdua istri mengantar selama di Jordan. Ada amanah dari istri yang perlu disampaikan kepada pak dan ibu Salahudin. Karena ada acara diKJRI, beliau baru bisa ketemu besok malam. Siap.....zzzzzzzz. Bismikallaahumma ahyaa wa amuutu.

Hari ke-2, 30.3.2019
Sholat shubuh  (04.55), agak siang dibanding waktu di tanah air, walaupun suasana masih gelap. Kebiasaan penulis dalam setiap perjalanan di suatu tempat yang baru, selalu mencoba sholat di masjid yang belum di-datang-i. Pagi ini penulis ingin sholat di masjid terdekat dengan hotel. Sayup-sayup terdengar adzan masjid dari lobby masjid, dari google map, masjid terdekat yang ditemukan berjarak tidak lebih dari satu kilometer.  Basa-basi tanya kepada petugas security, ditunjukkan arah masjid di samping hotel. Berjalanlah penulis ke arah tersebut, sesuai dengan arah pada peta di google. Cuaca cukup dingin, dari screen shoot kondisi cuaca yang selalu dikirim via grup WA oleh bu Dewi, diperkirakan suhu pagi ini berkisar 15-18 derajat celsius. Melewati jalan Pr. Mohammad, masih sepi. Tak berapa lama, sepuluh menit berjalan, seseorang pria paruh baya berseru memanggil dari jendela sebuah sedan warna hitam. Kurang jelas ngomong apa, sekilas dia sempat ngomong mosque sambil jarinya menunjuk ke arah depan. Saya mengangguk, kemudian di melambai mengajak masuk ke mobil. Dalam hati, ooo... mungkin dia mau nganter penulis ke masjid. Setelah memastikan bahwa dia mau ke jalan ke arah masjid, penulispun masuk duduk di depan. Ternyata dia tidah mengarah ke masjid yang penulis tuju, arah nya menyimpang dan agak jauh. "Wahh..payah nih, kalau pulang nggak tahu jalan, bakalan repot pulangnya", dalam hati. Tak berapa lama mobil berhenti di suatu bangunan diantara deretan bangunan yang dalamnya terlihat terang dari pintunya yang terbuka, dari dalam terdengar suara adzan. Sampai di masjid.   "Ok...thank's", sambil mengulurkan tangan. "Ok,....bla..bla", sambil menunjuk jarinya ke arah saya dan dia dan arahnya ke arah sebaliknya jalan yang kami lalui. Ooo...rupanya dia juga mau sholat shubuh, dan pesannya nanti pulangnya bareng dengan dia lagi akan dianter sampai hotel. "Alhamdulillah...", ucapan terucap secara spontan, nggak mikir lagi bagaimana cara pulangnya. Masjid cukup besar, yahhh.... kira2 bisa menampung untuk 50-100 jamaah. Pagi ini hanya berisi satu-dua setengah shaf, jamaahnya sebagian besar sampun sepuh-sepuh. Sehabis sholat, seperti biasa imam masjid memberikan kultum.
Penulis mencari tahu dengan menengok kiri-kanan, teman tadi ada dimana posisinya, ikut kultum atau mau pulang. Rupanya ikut kultum dulu, penulis mengurungkan untuk pulang dulu, ikut mendengarkan kultum juga walaupun disampaikan dalam bahasa Arab.  Tentu saja tidak ngerti sama sekali apa yang disampaikan. Lebih kurang 20' kultum selesai, jamaah pun satu persatu meninggalkan mesjid, terlebih bersalam-salaman dengan pak imam. Suasana di luar pagi agak terang, baru ngeh kalau mobil yang kami tumpangi adalah mobil sport dengan lambang binatang kuda putih yang mau lari, bukan..bukan Ferari (kuda jingkrak), tapi Mustang. Kerennn...seumur-umur baru pertama kali naik mobil sport ber-merk aneh (dan  mestinya harganya mahal). Nggak lama, mobil sudah sampai di depan hotel, saking takjubnya, sampai lupa tanya namanya...thank's brother, you're really brother.
Setelah sarapan pagi, omlet kacang merah jamur dan kentang goreng, kami menuju lobby. Operator membagi tim menjaddi 2 bus, rombongan HTP di bus B dan sisa-nya di bus A, untuk selanjutnya  pembagian bus akan seperti ini. Hari ini, sesuai itenary yang sudah dibagikan, destinasi ke Petra dan Goa Kahfi.

Pintu Gerbang Petra
Petra. Merupakan wilayah sebelah selatan kota Amman, dapat ditempuh dengan waktu tiga jam, berjarak +/- 300 km.   Pemandu, namanya pak Adnan, yang fasih berbahasa Indonesia, mengajak doa bersama sebelum bus berangkat. "Ahlan wah sahlan...", ucapnya menyapa semua rombongan. Ucapan ahlan wa shalan tidak hanya berarti ucapan selamat datang, tetapi juga berarti menjadi keluarga bersama. Maknanya, selama dalam perjalan bersama ini kami semua adalah satu keluarga. Selain itu,  perjalanan wisata, apalagi dalam rangka ibadah, tidak hanya sekedar menimba pengamalan dan mengenal lokasi-lokasi ziarah/ wisata baru, tetapi juga bermakna ibadah sunnah untuk lebih mengenal bumi Alloh, seperti yang tercantum pada surat Arum ayat 9.  Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah. Perjalanan melalui jalan higway nomor 15, membelah gurun pasir, sepanjang mata memandang terhampar pegunungan batu gersang. Menjelang di Km 120, sopir membelokan bus-nya ke suatu tempat untuk istirahat, buang air atau ngopi. 
Rest Area Midway Castle, Km 120 Amman-Petra
Midway Castle, toko souvenir yang berfungsi sebagai rest area. Beberapa ibu-ibu mulai menyerbu souvenir-souvenir khas Jordan, diantaranya sabun atau kosmetik yang bahannya berasal dari ramuan lumpur dari Laut Mati (Dead Sea). Apaladi salah satu penjaga tokonya oarang Indonesia yang berasal dari Ciamis (mang Asep...tarik mang !!). Ayo..ayo...sayang anak, sayang istri, sayang suami..


Jalan menuju Al Khazneh

Flashback sejenak, keberadaan teknologi pemahatan bukit batu di Petra tidak lepas dari keberadaan suku Nabatin yang bermukim di Yaman Utara kira2 350 SM. Bendungan Marab yang merupakan sumber mata air bagi teknologi pertanian suku tersebut. Hingga pada suatu masa tertentu, bendungan rusak dan tidak berfungsi, berdampak pada kehidupan yang susah dan menyengsarakan. Mereka memutuskan untuk melakukan imigrasi ke arah utara, di suatu daerah di jazirah Hijaz (Arab) yang bernama Al Hajr. Kehidupan yang baru tidak luput dengan bencana, banjir besar melanda daerah ini, merekapun migrasi lai ke arah utara lagi ke daerah yang bernama Al Wadi, lembah Iram, Jordania. Daerah yang subur dan menjadi supai air minum bagi penduduk kota Amman, sekaligus daerah yang merupakan wilayah penduduk kaum Ad. Kota ini merupakan salah satu jalur sutera (silk road), yaitu jalur perdagangan komoditi kain sutra negara China.
Peta Situasi Situs Petra
Salah satu komoditi andalan penduduk disini adalah dupa, yang digunakan sebagai sesembahan bagi dewa-dewa bangsa China. Konon harganya bisa sampai dua kali harga emas. Migrasi kaum Nabatin berlanjut ke utara, sampailah  dan menetap di  Wadi Musa yaitu wilayah yang saat ini bernama Petra. 

Kemampuan mereka dalam membuat ukiran batu dikembangkan di daerah ini, mulai tempat tinggal, istana kerajaan, kuburan yang semua dibuat dengan memanfaatkan batu-batu di perbukitan.  Era kejayaan kerajaan Romawi, awal-awal permulaan tahun masehi, dibawah kepemimpinan Alexander yang Agung, berhasil menaklukan Yunani. Petra (di wilayah Syam) yang dibawah kekuasaan Yunani, otomatis menjadi penguasaan kerajaan Romawi.
Al Khazneh, Petra
Kebetulan sang Kaisar akan membangun 10 kota di wilayah kekuasaannya, Petra merupakan salah satu yang menjadi target dari sepuluh kota tersebut. Mereka membangun gereja di lokasi situs Petra, amphi theater dan lain-lain. Pada tahun ke 7 Hijrah, Syam ditaklukan tentara  muslim pada perang  Mu'tah. Seiring berjalannya waktu dan hiruk pikuknya persoalan duniawi, keberadaan Petra sempat 'hilang tenggelam' sampai sembilan abad. Sampai akhirnya seorang pelukis (dan pengembara dan orientalis) orang Swiss bernama Johan Ludwig Buchardt pada awal abad 19 meneumkan situs Petra. Pada tahun 1939, seorang pelukis Inggris datang ke Petra, terkesima dengan keindahannya dan melukis situs sebanyak 4 buah obyek. Seiring berjalannya waktu, sebagai bagian dari kesepakatan Liga Bangsa-bangsa,
Al Khazneh
Kerajaan Jordania merdeka pada tahun 1946. Sebagai bagian negara yang berdaulat, Raja Abdullah I memperkenalkan negara baru merdeka dengan icon kota Petra.  Hasil lukisan ini lah yang digunakan sebagai media untuk memperkenakan negara kerajaan Jordania
Pada tahun 1985 UNESCO menetapkan Petra sebagai warisan dunia yang harus dilestarikan. Sebagai konsekuensinya pemukiman penduduk harus dipindah. Namun demikian masih ada 25 keluarga yang diperkenankan untuk tinggal di lokasi. Keturunan suku asli  sampai saat ini masih bisa dijumpai di lokasi , kebanyakan mereka bekerja penjual souvenir atau sebagai guide. Ciri-ciri meraka adalah mata-nya hitam dengan garis hitam seperti eyeliner warna hitam melengkung di bawah kedua bola mata dan berambut panjang. 
Anak keturunan suku Ad
Situs Petra meliputi area seluas +/- 300 ha, bagi traveler pemerhati sejarah, waktu sehari terasa kurang untuk mengamati satu persatu bagian situs. Sehingga salah satu kunci bagaimana nikmatnya mengamati indahnya peradaban manusia pada masa lampau adalah dengan persiapan fisik, seperti hal-nya perjalanan ibadah haji. Tidak heran kalau di sekitar nya banyak berdiri hotel bintang lima sampai hostel untuk backpakers. Tentu saja dengan segala fasilitas yang layaknya seperti kota kecil diantara hamparan gurun pasir dan bukit batu. Dari area parkir bus untuk menuju pintu gerbang situs (+/-250 meter) perlu waktu santai untuk berjalan +/-15’. Dibalik gate utama pengunjung dipersilahkan untuk istirahat sejenak untuk buang air atau ngopi atau sekedar lihat-lihat toko souvenir yang berjejer di sepanjang koridor plaza. Kalau 'mental'nya nggak kuta bakalan tergiur untuk berbelanja, apalagi  yang menawarkan jualannya dengan bahasa Indonesia. Tidak beda jauh dengan penjaga toko sajadah di kota Mekkah atau Medinah.  Rupanya traveller Indonesia banyak dikenal di manca negara. Baru tahu yaa...? Atau, kalau ingin informasi bisa datang Visitor Centre yang berada di selatan plaza/lobby.
Tahap awal, jalan agak menurun mengawali perjalanan, cuaca panas kering, jam menunjukkan 10.00-an.  hunthuurun) dipatok harga 30JD. Diantara rombongan sebagian besar memilih jalan kaki, walaupun ibu-ibu sekalipun, ruarr biasa.
Andong melewati ziq
 Bagi pengunjung yang sudah sepuh atau bermasalah pada kesehatan,bisa memanfaatkan jasa kendaraan dengan membayar extra. Kuda tunggangan, perlu merogoh kantong 20 JD, sedangkan andong (bahasa Arab-nya
Setelah melewati jalanan meningkung +/- 1,2 km situs pertama yang dijumpai adalah Obelisk Tomb, makam batu berupa obelisk dua lantai.  Setengah kilometer jalan lagi, kita akan melewati ziq, jalan sempit (4-10 meter)di antara lereng-lereng terjal kemiringan 90 derajat. Tempat ini satu-satunya peneduh bagi pejalan kali. Dari kejauhan di antara sisi-sisi tebing batu, jika memandang ke depan, tampak bagian demi bagian bangunan yang merupakan icon kota Petra, yaitu Al KhaznehBangunan ini yang paling megah diantara situs2 yang ada di Petra, dipercaya sebagai makam2 pada masa pemerintahan  Raja Aretas IV (raja suku Nabatin mas apemerintahan Yunani) pada tahun  1 Masehi. Struktur bangunan dua lantai. Pada lantai bawah berupa enam pilar berdiameter 1-2 meter,lantai atas enam pilar juga dan tinggi serta desain yang berbeda. Sebagian rombongan segera berpencar mencari posisi yang paling bagus untuk ber-selfie ria, dari segala posisi tentunya. Yang mau berpose dengan unta, dengan merogoh beberapa JD jadilah berpose naik onta dengan background Petra. Seperti kita tahu bersama,Al Khazneh ini yang digunakan sebagai logo kerajaan Jordania. 
Ziq
Jika haus, tersedia warung ngopi atau WC untuk buang air. Penjaja souvenir baik yang mangkal maupun keliling di dominasi Nabatin yunior dengan bahasa Inggris. Dengan merogoh kantong 3-5 JD dapat sederet gambar foto ukuran postcard tentang Petra dan sekitarnya. Waktu jualah yang membatasi keberadaan rombongan,TL dan guide berpesan tengah hari kita harus balik, karena masih ada dua destinasi yang diagendakan pada hari ini. Padahal, area situs masih banyak lagi, amphitheatre,gereja, temple dengan berbagai nama dan lain-lain.   

Menjelang asar bus rombongan meluncur ke arah kota Amman untuk mengunjungi Goa Al-Kahfi


Goa Al-Khafi. Dikenal juga dengan Ashabul Kahfi- Cave of Seven Sleepers. Seperti yang tercantum pada surat Kahfi (18), menceritakan bagaimana tujuh pemuda saleh yang ditidurkan Alloh di suatu goa yang tertutup batu besar sampai tiga abad.
Masjid & Goa Al Kahfi
Anehnya pemuda-pemuda tersebut merasa belum lama tidurnya. Keinginan untuk keluar dari goa dikabulkan Alloh secara bertahap, setelah mereka meminta dengan lebih dulu menyampaikan amalan-amalan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Terletak di sebelah tenggara kota Amman, bisa ditempuh dalam waktu satu-dua jam. Sampai di lokasi menjelang magrib.Mas Herjuno mau sholat magrib, diingatkan untuk sholat di hotal saja, karena waktunya sudah terlalu malam. Perjalanan ke kota Amman masih 1-2 jam lagi.


Makam Nabi Syu'aib
Maqam Nabi Syuaib. Sebagian besar makam para nabi ada di bumi Syam (Palestina, Jordania, Suriah dan Lebanon). Jika dikatakan maqam bukan makam,  belum tentu itu jasadnya dikuburkan di tempat itu. Bisa jadi itu hanya penanda bahwa nabi pernah singgah disitu dalam rangka syiar agama Alloh.  Nabi Syu'aib lebih dikenal sebagai Khatibul Anbiya’, ahli pidato di kalangan para Nabi, karena kecakapan beliau dalam menangkis setiap penolakan-penolakan ajaran kepada kaumnya,  kaum Madyan. Dalam sirah kaum Madyan terkenal sebagai kaum yang membajak dan merampas harta manusia yang melintasi mereka, penyembah pohon lebat yang disebut Aikah, menipu dalam melakukan jual beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Terletak di kota Mahis, sebelah barat kota Amman, berada di suatu lembah yang tumbuh subur tanaman sayur dan buah2an. Areal makam seluas +/- 1 ha, terdiri dari beberapa bangunan, diantaranya makam, masjid, serambi tengah dengan tempat wudhu-nya, tempat parkir.
Masjid Nabi Syu'aib
Di ruangan maqam, pengunjung akan melihat bangunan nisan dengan ukuran yang tidak umum seperti yang biasa kita lihat di daerah kita. Dengan panjang 5 meter dan  lebar 2 meter, setidaknya kita akan membayangkan ukuran jasad yang dikuburkan akan setinggi panjang maqam dan juga besarnya. Ternyata tidak. Kenapa ? Semata-mata karena ketidaktahu-an dimana letak sebenarnya jasad yang pasti. Artinya, areal seluas 10m2 tersebut merupakan area cakupan lokasi jasad berada.
Sebagian rombongan ada yang langsung masuk ke bangunan makam (tentu saja ber-selfi ria) dan sebagian melaksanakan sholat sunnah di masjid di sebelahnya.
Makam Nabi Syu'aib
Pak 'Ala kondisinya agak sakit, mungkin terlalu capek. Beliau cerita tidak banyak istirahat selama di Indonesia, sebelum keberangkatan ini.

Uyun Nabi Musa.  Keberadaan mata air nabi Musa tidak lepas perjalanan panjang Nabi Musa beserta bani Israel yang terusir dari Mesir. Kondisi fisik dan psikis kaum-nya yang biasa menjadi budak bangsa Mesir tidak siap menghadapai perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Timbul ketidaksabaran kaumnya yang memaksa nabi Musa untuk minta kepada Tuhannya untuk diberikan air. Atas kuasa Alloh swt Nabi memukulkan tongkatnya ke sebuah batu dan mukzizat-pun terjadi dengan keluarnya 12 mata air sesuai dengan jumlah jumlah suku yang dibawa Nabi. Belum ditemukan lokasi yang pasti dimana letak sumur tersebut. Ada yang mengklaim di gurun Sinai, dan..ada yang memastikan ada di Jordania, lokasinya di sekitar wilayah Petra. Berbeda dengan yang berada di Sinai, Mesir, disini bentuknya tidak menyerupai sumur, berupa lobang berbentuk persegi sedalam 40 cm. Bahkan pengunjung bisa langsung mengambil air sumur dan bisa diminum. 

Uyun Nabi Musa, Jordania

   
Hari ke-3, 31.3.2019

King Hussein Border. Hari ini terakhir di kota Amman, bu Dewi mengingatkan rombongan untuk cek-out pagi jam 6.30, sarapan dan jam 7.30 berangkat ke kota perbatasan Jordan-Palestina di South Shuna, propinsi Halaqa, melewati King Hussein St atau jalan negara nomor 437. Jauh sebelumnya bu Ayya selaku TL memperingatkan untuk berhati-hati kalau di perbatasan, terutama dalam berbicara, tidak mengatakan kata-kata yang berbau bom atau terorist, menjelekkan petugas imigrasi (padahal petugasnya cakep, muda).
Suasana di luar Kantor Imigrasi King Hussein Border
Karena petugas akan menginterogasi, konon banyak petugas imigrasi yang pandai bahasa Indonesia. Tujuan ke Jarusalem dalam rangka apa ? Ziarah. Menginap dimana, siapa nama ibu kandung, berapa lama di Jerusalem dan seterusnya. Itulah beberapa pertanyaan yang harus kita jawab, apabila pengunjung secara acak dilakukan wawancara. SOP yang biasa terjadi dimana-pun di kantor imigrasi. 
Boarding Pass King Hussen Border
Pada saat itu, suasana di Israel, terutama di Gaza (berbeatasan dengan Mesir) tidak dalam keadaan yang menguntungkan. Sedang terjadi perang intifada, pemuda Palestina bersenjatakan ketepil dengan batu dan tentara Israel dengan senapan otomatis super canggih. Kami serombongan merasa agak tegang juga.
Kantor imigrasi King Hussein Border biasa saja, jauh lebih bagus dari kantor Imigrasi kita yang ada di Baddau (perbatasan Indonesia/Kalbar/Sungaipenuh dan Malaysia/Serawak). Petugas penghubung travel standby di tempat, rombongan tidak perlu turun cukup menunggu di bus.
'Tiket' Visa masuk Palestina, dikeluarkan negara zionis Israel
Dari 47 visa rombongan yang diajukan, hanya terbit 46 visa, satu visa ditolak karena suatu hal. Karena ybs masih rombongan satu keluarga dan masih remaja (SMA), salah satu saudaranya harus ada yang menemani untuk perjalanan bypas Jordan – Mesir lewat darat-laut (Merah), tentu saja dengan pak Ala. Konon ceritanya pak Ala tidak boleh masuk Palestina (otoritas pengeluaran visa ada di negara Israel). Sehingga sebagai TL pengganti untuk perjalanan ke Palestina diambil alih istrinya, bu Aya.
Visa masuk negara Palestina paling unik di dunia, tidak di stempel di pasport, tapi berupa dua lembar tiket (kayak karcis nonton bola) yang digunakan untuk masuk dan keluar negara Palestina. Mengapa tidak melekat permanen di pasport ? Konon itu atas permintaan sebagian besar negara-negara internasional. Jika pasport di stempel visa Israel (sekali lagi, walaupun masuk negara Palestina bukan negara Israel), negara-negara Arab menolak pasport tersebut. Anehnya, Israel nurut aja ya... Seandainya...Insya Allah..suatu saat Palestina menjadi negara yang berdaulat penuh, visa Palestina terstempel di pasport.
Beres urusan tiket, rombongan menggunakan bus untuk menuju kantor Imigrasi Palestina. Walaupun masih di wilayah Jordan, ketegangan tidak bisa diungkiri. Satu sama saling saling mengingatkan untuk tidak mengambil gambar apapun. Akhir jalan nomor 473 (King Hussein Road) berada di sungai Jordan, yang merupakan batas negara Jordan –Palestina. Jembatan penghubung Jordan-Palestina dinamakan jembatan Allenbey, nama yang diberikan oleh pihak Israel atas jasa seorang tentara Inggris yang bernama Jendral Edmun Allenbey, salah satu inisiator berdirinya negara Israel. Kalau otoritas Palestina menamakan wilayah ini yaitu  Al Karameh. Jadi ada tiga nama untuk barang yang sama. Aya-aya wae.....  Sejatinya jembatan ini adalah bangunan warisan yang dibangun pada masa khalifah Ustmaniyah, mengalami kerusakan beberapa kali dan pada puncaknya hancur pada perang Enam Hari tahun 1967 antara Arab-Israel.  
Tidak berapa lama bus sampai kantor imigrasi Palestina, kondisi bangunan masih lebih baik dari kantor imigrasi Jordania. Satu dua petugas imigrasi berseragam biru celana hitam masih muda lengkap bersenjata senapan laras pendek, semi automatis merk Uzi, lalu lalang mengawasi pengunjung. Menambah suasana tegang. Sampai sini akhir penggunaan bus Jordan, semua penumpang dipersilahkan menurunkan barang-barangnya, dan pesan jangan sampai ada yang ketinggalan. Ee..e...walaupun sudah diingatkan, ketinggalan juga tas tangan berisi baju kotor dan baju bersih. Yah...sampun sepuh, sering lupa.
Istirahat Makan Siang di Jericho
Satu  persatu anggota rombongan diperiksa di konter imigrasi, tersedia dua atau tiga konter, seorang ibu setengah baya berwajah khas Yahudi dan satu lagi seorang bapak berkulit hitam keriting. Rupanya orang Yahudi ada juga yang warnanya gelap. Tidak terlalu lama urusan imigrasi selesai, alhamdulillah tidak ada kesulitan yang berarti. Tidak setegang seperti yang dibayangkan sebelumnya. Di luar kantor imigrasi petugas travel stanby dengan dua bus besar dobel deck. Jam sudah lewat makan siang, bus segera meluncur ke arah kota Jericho, wilayah Tepi Barat, menuju restoran untuk makan siang. Restoran Tunas milik Palestina muslim, sekaligus sholat.

Maqam Nabi Musa, Jericho, Palestina

Berpose di depan Maqam Nabi Musa

Pintu Masuk Maqam Nabi Musa
Makam Nabi Musa. Perjalanan selanjutnya menuju kota Jerusalem, masih di Jericho, kota tertua di dunia, mampir dulu ke makam Nabi Musa. Dari jalan raya nomor 1,11 km dari Jericho tempatnya agak masuk ke selatan. Cukup mudah untuk menemukan, karena marka tujuan warna biru cukup banyak dan informatif. Seperti maqam-maqam yang lain bangunan nisan memanjang (8 x 1,5 meter) ditutup kain hijau bertuliskan lafaz taukhid, Lailla ha illallahu. Beberapa bangunan pendukung sedang direhab. Untungnya bangunan utama tidak sedang direbah. Setelah mengambil foto-foto, guide mempersilahkan masuk ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke Jerusalem

Jerusalem.
Menjelang asar bus rombongan masuk kota Yerusalem, ditandai dengan marka jalan yang menunjukkan jumlah kilometernya semakin kecil. Pemukiman semakin padat, kendaraan lalu lalang, jalan raya mulus. Memasuki jalan raya nomor 60, bus melaju kencang tanpa hambatan. Jalan menembus bukit batu, masuk terowongan,+/- 500 meter, setelah keluar terowongan, guide memberi aba-aba untuk melihat di sisi-sisi jendela sebelah kiri, dari jauh tampah kubah berwarna kuning keemasan ditempa sinar matahari yang hendak tenggelam. Kubah masjid dome, The Dome of the Rock, sebagian jamaah berucap ‘subhanalloh’...Di tengah-tengah atap bangunan yang demikian padat, kubah the dome tampak megah dan anggun. Allahu Akbar.
Sebelum cek-in hotel, guide mengajak rombongan untuk mengunjungi Old City, dimana di dalam nya terdapat komplek masjidil Aqsa. Bus berhenti di Sultan Sulaeman St. untuk masuk ke komplek melalui Herod’s Gate.

Peta Masjidil Aqsa, Old City, Jerusalem
Old city atau Kota Tua  merupakan destinasi utama kota Jerusalem. Kawasan seluas +/- 1 km2. Di kelilingi tembok kokok terbuat dari batu setinggi 4 meter dengan ketebalan dinding +/- 1 meter. Dinding ini dibangun pada masa pemerintahan Ottoman. Untuk masuk ke komplek melewati beberapa pintu gerbang selebar 5m-an. Pada awal dibangun terdapat 11 pintu gerbang, saat ini tinggal 8 gate, 7 dibuka, 1 ditutup/ditembok. Tembok yang terakhir, dipercaya oleh orang-orang Yahudi akan dibuka sebagai pintu masuknya dajjal di hari kiamat.  Masing2 pintu mempunyai nama, Jaffa gate, Zion gate, Damascus gate, Herods gate, New Gale, Dung gate, Golden gate.

Herods Gate
Secara geografis Old city dibagi menjadi 4 sektor/quarter yaitu  muslim, nasrani, yahudi dan  armaina. Pembagian tersebut tidak berarti mencerminkan keberadaan penduduknya, nyatanya di kawasan yuhudi ada juga penduduk muslim dan juga di sektor yang lainnya. Di dalam kawasan kota tua, di sisi pojok utara timur (kawasan muslim yahudi) terdapat komplek masjidil Aqsa, yang dikelilingi tembok dan dijaga oleh tentara Israel.
The Dome of the Rock
Sungguh aneh, rumah peribadatan muslim dijaga oleh tentara yahudi, lengkap dengan persenjataan senapan laras pendek otomatis. Bentuk arogansi dan penjajahan di era modern saat ini. Anehnya dunia tidak bisa mencegah apalagi mengusir. Atau suatu ketakutan yang berlebihan sebagai cerminan bahwa
mereka (zionis Yahudi) sadar bahwa kelakuan mereka adalah salah. Untuk itu diperlukan kesiapsiagaan untuk antisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari strategi politik internasional yang yang mereka bikin sendiri. Oh ya, kenapa koq tidak dijaga polisi Palestina ? menurut informasi guide, ini merupakan kekalahan lobi politik pimpinan Palestina saat itu, Machmud Abbas.
Masjid Kubah the Dome & pintu masuk ke Goa Batu
Sebagian warga Palestina menganggap pimpinannya lemah, kesalahan dalam lobby politik sesuai kesepakatan kedua negara atau mungkin tekanan, tentara Palestina harus dibubarkan. Sedangkan polisi perannya dikebiri. Kalau kita berada di Jerusalem yang ditemui hanya polisi Israel, jarang menemui polisi Palestina. Betul-betul tidak berdaya karena dikondisikan.
Sangat dimengeri sekali jika perlawanan sipil yang menamakan diri sebagai pejuang intifada sangat militan.
Akses masuk ke kawasan Masjidil Aqsa dibatasi, layaknya jam kerja kantor. Dibuka jam buka 4.20 dan ditutup jam 21.00an,  sesuai dengan waktu-waktu sholat fardhu. Di kawasan Masjidil Aqso ada beberapa bangunan masjid, yaitu Dome of the Rock, Masjidil Aqsa, Masjid Marwani dan ada lagi masjid yang jarang dikunjungi umat yang letaknya di bawah tanah, Masjid Bouraq.
Masjid Kubah Emas, Dome of the Rock
Dome of the Rock disebut juga Kubah Shakhrah atau Kubah Batu. Sebagian pengunjung mengira masjid kubah emas adalah  masjid Aqsa. Kubah emas karena nya kuning keemasan yang terbuat dari metal yang berlapis bahan berwarna emas. Pada awal pembuatannya, tahun 691 M pada masa pemerintah khalifah Abbasia, kubah memang dibuat dari emas. Di dalam masjid terdapat batu yang dipercaya sebagai tempat Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril naik ke Sidratul Muntaha. Di bawah batu (samping) terdapat gua sedalam +/- dua meter,seluas +/- 9 meter persegi yang dipercaya sebagai tempat sholat Rasul bersama nabi-nabi yang lain sebelum bertemu Alloh di sidratul muntaha. Waallahualam.
Gua di dalam masjid Kubah
Masjid Aqsa disebut juga dengan masjid Qibil, letaknya  sebelah selatan the Dome. Dibangun pada masa khalifah Umar bin Khatab, dan direhab pada masa khalifah Muawiyah. Luasnya 35 ribu meter persegi dan dapat menampung 5000 jamaah.
Masjid Marwani letaknya di bawah sebelah timur masjid Aqsa. Masjid yang terbesar luasnya, bisa menampung sampai 10.000 jamaah. Di dalam bangunan terapat ruangan yang menyerupai kandang kuda. Lho...ya betul, pada masa masjidil aqsa dikuasai tentara salib digunakan sebagai kandang kuda. Selain itu ada dua bangunan masjid yang tidak banyak diekspose sebagai destinasi wisata. Selain bangunan peribadatan umat muslin terdapat bangunan gereja dan sinagog dan museum Islam, diantaranya the Temple of the Mount (tempat yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat kedatangan sang Mesias), gereja St. Ane.
Masjid Aqsa

Pak sopir kesulitan menemukan parkir yang enak, awalnya berhenti di Damascuss gate, akhirnya rombongan diminta turun dulu untuk berjalan kaki menuju Herrod's gate, sementara bus mencari parkir. Salah satu jalan masuk untuk mengunjungi kawasan Masjidil Aqsa dari pintu ini. Gerbang pintu Kota Tua selalu terbuka 24 jam, tidak ada penjagaan dari polisi. Tapi, di sebarang jalan berdiri kantor polisi Israel. Yaahhh...sama aja ya. Masuk kawasan Kota Tua ibaratnya berada pada suasana abad-abad pertengahan, seperti digambarkan pada film Passion of Christ besutan sutradara Mel Gibson yang menuai banyak kritikan
Sh'ar ha Parkim Str & Pintu Gerbang MAsjidil Aqsa
Masuk melalui Sha'ar ha Prakhim str. belok ke kiri, jalan selebar tiga meter beralaskan batu-batu, dengan deretan bangunan di kiri kanan. Kerapatan pintu rumah menunjukkan kepadatan penduduk di kawasan ini cukup tinggi. Kekokohan gate yang dibangun dari susunan batu ter-ekspose dengan jelas dengan warna krem. Toko, cafe, warung makan membuka lapaknya diantara bangunan-bangunan rumah tersebut. Baik jualan roti sebagai makanan pokok penduduk setempat,  manqousheh, atau makanan berlabel franchise. Sekolah Qadisiyah yang berdiri di sisi barat, tampak ruang terbuka. Berjalan +/- 400 meter bertemu dengan Lion st, belok kiri. Jalannya agak lebar, mobil bisa lewat. Sampai bertemu dengan jalan kecil, King Faisal gate, belok ke selatan. Ujung jalan ini merupakan pintu gerbang masuk kawasan masjidil Aqsa. Pintu gerbang berwarna hijau terdiri dari dari dua pintu setinggi 3 meter dan lebar lima meter. Di depan pintu ini dua tiga tentara Israel berjaga siang dan malam.  Pada sisi tembok kawasan sebelah barat, dibalik tembok ratapan, depan museum Islam, terdapat tembok Bouraq. Tembok seluas 48 m2 dengan ketinggian 17 meter dipercaya sebaya tempat sandaran bouraq sebelum membawa Rasulullah ke sidratul muntaha.
Plaza Dome of the Rock
Dari gate masjid yang kelihatan adalah masjid Kubah yang kubahnya berwarna kuning keemasan. Pastikan apakah wudhu kita masih ada atau tidak. Jika harus wudhu, sebaiknya wudhu dulu di dekat pentu gerbang. Karena jaraknya cukup jauh (+/- 500 meter). Terainnya agak tinggi, dua gapuran berdiri megah, mengingatkan pilar-pilar yang ada di Al Khazneh, Petra. Dari gapura masjid Kubah tampak megah dan anggun, sangat wajar kita menganggap ini masjid Aqsa. Walaupun ada beberapa pintu masuk, tapi yang terbuka pintu sisi sebelah barat.
Interior Masjid Kubah
Hamparan karpet merah memenuhi seluruh lantai dasar, puluhan pilar-pilar besar dengan atas melengkung berdiri kokok menopang atas bangunan masjid. Atap bertaburan marmer  ber-hias-kan ornamen-ornamen khas timur tengah. Di tengah menghadap ke selatan migrab untuk imam masjid selebar 2 meter-an, disamping nya berdiri mimbar khutbah setinggi 3 meter. Ini mimbar yang kesekian kalinya dipasang setelah rusak. Konon mimbar ini dibuat dari kayu jati ukiran Kudus. Allahu Akbar. Deretan rak buku dengan Al Qur'an siap untuk di-tahsin. Beberapa jamaah sedang khusuk sholat, duduk di kusri sambil bertahsin atau sedang duduk berdzikir. 
Rombongan segera membaur dengan jamaah yang lain, ada yang lain sholat, ada yang mengagumi keindahan interior masjid,  ber-selfi ria atau bergerombol mengerumni guide yang sedang menjelaskan sejarah masjid Kubah.
Mihrab  Imam & Mimbar Jumat
Di dalam gua terlihat penuh pengunjung, penulis tertarik untuk turun, kebetulan guide dari rombongan jamaah lain sedang menerangkan gua ini. Tak lupa menyempatkan sholat sunah dua rakaat di dalam ruangan gua. Waktu merayap menjeleng malam, guide memanggil-manggil rombongan untuk pulang ke hotel, karena harus cek-in hotel.
Rombongan dibagi dalam tiga hotel yang letaknya tidak terlalu jauh. Peserta dari agent HPT menginap di hotel Ritz Hotel, di Ibnu Khaldun St. Hotelnya kecil, bersih, kamarnya juga kecil, pemiliknya orang palestina muslim. Makan malam sudah menunggu, tunggu dulu..lamat-lamat terdengar adzan. Segera meletakkan bagasi ke kamar dan bergegas sholat Isya ke Aqsa, letaknya tidak terlalu jauh. Jangan lupa minta kartu nama hotel dulu, takutnya nggak bisa balik ke hotel, tersesat. Dengan berjalan cepat, takut ketinggalan sholat, sehingga tidak terlalu memperhatikan jalan atau toko yang dilewati, untuk penanda memudahkan kalau pulang ke hotel. Sampai di masjid kebagian masbuk, sholat sudah mulai, ketinggalan dua rakaat. Menjelang jam 21.00 petugas masjid mulai menyisir dan mengingatkan jamaah untuk segera menyelesaikan sunnah atau fardhu nya, pintu akan ditutup.
Jamaah yang berjaket merah (seragam Al-Kasas) nggak ada satupun. Wahh bakalan nggak ada teman untuk pulang. Benar juga, setelah menanyakan beberapa kali dan tersesat berkali-kali, sampai juga ke hotel. Untungnya masih tersedia makan malam. Rasa kenyang terobati.
Masjid Kubah dilihat dari Plaza Masjid Aqsa

Hari ke-4, 1.4.2019
Jam 3.30 alarm handphone berbunyi, mengingatkan pemilik HP untuk bangun. Ibu-ibu, bu Dewi-bu Is-pak Herjuno-pak Zulpan & mbak Okta siap stand by di lobby hotel, bersama-sama sholat shubuh di masjid Aqsa. Satu persatu kami mulai berangkat ke masjid.
Masjid Aqsa dilihat dari Masjid Kubah
Cuaca pagi cukup dingin, sehingga penulis memasang topi ponco jaket seragam, berjalan sepanjang trotoar ke arah selatan. Melewati Hotel National, beberapa teman rombongan menginap di sini. Tampak di keajauhan mobil polisi putih hijau mendekat, walaupun merasa nggak bersalah, dalam hati was-was juga, "ini polisi mudah-mudahan nggak macam-macam, tanya-tanya segala macam", dalam hati. Ee..e..bener, tak jauh dari kami berjalan di trotoar sisi barat, mobil polisi berhenti tak jauh dari kami berjalan, meneriakkan sesuatu, "halo...halo", jawaban saya sambil membuka topi jaket. Dia diam saja, sambil masuk ke mobil dan melanjutkan patrolinya.  Yaaah.... mungkin hanya sekedar cros cek saja, sebagai bentuk antisipasi atau kewaspadaan. Memasuki pintu gerbang Herods sepi, Lampu yang terpasang di tembok menghiasi tembok pintu gerbang.
Pintu Herods, Jalan Sha'ar ha Parkhim menjelang subuh
Di lorong-lorong jalan di dalam kawasan Kota Tua pun demikian, beberapa ruas jalan gelap, tidak berlampu, ngeri-ngeri sedap juga. Sampai di gerbang mawasan masjidil aqsa, pintu masih tertutup. Jam belum menunjukkan pukul 4.20. Beberapa jamaah sudah berdiri bergerombol, ada yang berdzikir, ngobrol ada juga yang selfi. Tak berapa lama polisi membuka gerbang, jamaah berbondong masuk bergegas menuju masjid. Shubuh ini kami menuju masjid Aqsa yang sebenarnya, yang letaknya  selatan masjid Kubah. Pintu sudah dibuka, hamparan karpet merah membentang di seluruh lantai.
Masjid Aqsa menjelang subuh
Cahaya terang berasal lampu gantung di tengah, mihrab imam dan mimbar khutbah hampir mirip dengan yang ada di masjid Kubah. Alhamdulillah, suatu kenikmatan yang luar biasa akhirnya dapat mengunjungi rumah Alloh yang menurut Rasulullah di sunnahkan untuk mengunjunginya. Dari beberapa hadis banyak keistimewaan yang diberikan kepada Baitul Maqdis ini, antara lain kiblat pertama kaum muslim, masjid kedua yang diletakkan dimuka bumi, pahala yang berlipat-lipat bagi yang sholat disini, masjid para nabi dan lain-lain (https://minanews.net/15-hadits-keutamaan-masjid-al-aqsha/).
Jamaah duduk khusyuk menempati shaft depan. Waktu sholat shubuh jatuh pada jam 5.25. Waktu iqamah 20 menit-an. Petugas dan takmir masjid bersiap untuk iqamah, tepat jam 5.24. Imam masjid Aqsa, syekh Yusuf, berpakaian gamis putih dan jubah hitam, kafiyeh menutup kepalanya, menempati mihrab imam untuk memimpin sholat jamaah. Seperti di masjidil Haram dan Nabawi, bacaan surat panjang-panjang, tidak ada qunut. Sehabis sholat beliau memberikan kultum. Tidak mengerti materi kultum karena dalam bahasa Arab.
Pintu Masuk Masjidil Aqsa
Setelah kultum, berebutan jamaah bersalam-salaman dan sebagian ada yang berfoto. Mudah-mudah tangan beliau nyambung dengan guru, guru-guru, guru-guru-guru sampai ke Rasulullah. Aamiin..aamiin.   
Penulis menunggu waktu suruq, sejam kemudian.
Masjidil Aqsa (kiri) dan Masjid Kubah (kanan)

Sarapan, mandi pagi, rombongan berkumpul di lobby. Acara pagi sampai sore, berkeliling di sekitar Jericho.  Sampai saat ini Palestina secara de facto dijajah oleh Zionis Israel. Betapa tidak, posisi-posisi strategis yang mencakup masalah keamanan, tentara, polisi, imigrasi di bawah kendali mereka. Berdasarkan kesepatakan internasional/ resolusi PBB pasca perang 1947 (pada saat voting delegasi Arab melakukan walk out),  wilayah Palestina dibagi menjadi tiga zone, A, B dan C. Wilayah A sebagian besar mayoritas berpenduduk warga Palestina dan otoritas pengendalian dibawah Palestina, antara lain kota Jericho, Ramallah, Nablus. Wilayah B wilayah internasional termasuk Al Quds dan wilayah C yaitu pendudukan dan otoritas oleh zionis Israel. Dalam prakteknya banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan Israel, secara perlahan dan pasti Israel mulai mencaplok sedikit demi sedikit wilayah C dan B. Bahkan kondisi yang terakhir Israel mencanangkan Jerusalem (wilayah B) sebagai ibukota Israel, yang didukung oleh Trump. Sungguh nestapa bangsa Palestina.
Di lingkungan internal bangsa Israel ada dua kelompok yahudi, yahudi pendatang dan yahudi orthodok. Yahudi pendatang adalah bangsa yahudi yang didatangkan dari negara-negara Eropa/Amerika. Setelah resolusi PBB mereka berbondong-bondong datang ke tanah Palestina. Migrasi besar-besaran ini yang diinginkan oleh bangsa Eropa, keberadaan mereka di negara-negara asal tidak dikehendaki karena banyak membuat masalah (ingat keberadaan orang-orang yahudi pada masa pemerintahan Fuhrer Hitler di Jerman).
Yahudi Orthodox & Yahudi Yunior
Mereka ini yang disebut zionisme yahudi Israel, yang sebagian besar menempati posisi-posisi strategis, politikus, birokrat, ekonom dan lain-lain. Strategi yang diterapkan, baik urusan politik atau non politik, terkenal dengan jargon segala cara ditempuh untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Yang kedua yahudi orthodok, yaitu orang yahudi yang asli Palestina. Seperti muslim lain, tidak minum alkohol/ babi, tidak wajib militer dan percaya pada Alloh yang ahad (yang membedakan hanya tidak mengakui keberadaan nabi Muhammad saw). Pada dasarnya mereka menginginkan perdamaian, hidup berdampingan dengan bangsa Palestina beragama non yahudi.
Jericho meliputi kawasan salah satu kota tertua di dunia, sudah ada sejak 7000 tahun yang lalu. Catatan nabi Musa AS hidup 5000 SM. Suku asli yang hidup adalah suku Kana'an, banyak disebut dalam Perjanjian Baru. Pada mulanya mereka adalah suku penyembah dewa-dewa (pengaruh kebudayaan Yunani). Nabi Ibrahim diutus untuk merubah akidah mereka. Selain kota tua disebut juga dengan kota terendah di dunia, karena letak geografisnya mendekati ketinggian laut mati,
Salah satu sudut kota Jericho
244 meter di bawah permukaan laut. Jericho termasuk wilayah A dibawah pengendalian pemerintah Palestina. Walaupun wilayahnya dikelilingi bukit-bukit gersang, di bagian timur terdapat lembah yang subur, salah satu pusat produsen sayur-sayuran. Makanya tidak heran wilayah ini menjadi target juga penguasaan Zionisem Yahudi. Di beberapa tempat strategi terapat bangunan dan mural sebagai bentuk perlawanan rakyat Palestina kepada zionis. Tulisan “We’ll we return’ tertulis pada patung kunci besar, ungkapan bahwa perlawanan rakyat Palestina tidak akan pernah berhenti, seperti layaknya ucapan Arnold Swarcheneger I’ll be back” pada film nya, The Terminator.  Hari ini kami akan mengunjungi dua lokasi wisata, Bukit Temptation dan Danau Tiberias.

Bukit Tempatation
Berpose dengan back ground Bukit Percobaan

Tembok Pembatas Wilayah C Yahudi
Mount of Tempation. Bus melaju kencang ke arah utara, tidak jauh dari pusat kota Jericho. Di beberapa tempat terlihat bangunan tembok beton setinggi 4 meter dengan penjagaan tentara, merupakan wilayah C, dimana tidak semua orang bisa masuk kecuali orang Yahudi. Tanaman ghorqot juga tumbuh di mana-mana, bahkan di lahan tertentu sengaja ditanam secara teratur. Orang Yahudi yakin bahwa tanaman ghorqot akan melindungi orang yahusi di akhir zaman, sebagai ditulis dalam hadist Bukhori : “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata: Hai Muslim! Hai hamba Allah! Ini Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon Ghorqod, maka itu adalah dari pohon-pohonnya orang Yahudi.”
Bukit Percobaan dipercaya tempat nabi Isa berpuasa selama 40 hari, letaknya di perbukitan gersang. Untuk menuju ke sana tersedia kereta gantung. Rombongan kami hanya sampai di lembah nya, tempat bus-bus mangkal sebelum naik kereta gantung. Dari kejauhan ke arah timur, tampak samar gunung Nebo di wilayah Jordania, dipercaya sebagai tempat berdiri Musa seraya menunjukkan pada umatnya mengenai tanah yang dijanjikan (promised land).
Pohon Ghorqot
Sebelum meninggalkan lokasi, TL mempersilahkan rombongan untuk membeli souvenir di tempat yang direkomandasi, katanya sebagain keuntungan didonasikan untuk perjuangan rakyat Palestina.

Danau Tiberias. Dinamakan juga danau Galilea atau danau Kana'an. Rombongan sudah bersiap di bus menuju danau Tiberias. Jarak +/- 100 km. Menyusuri jalan raya nomor 90 ke arah utara, searah dengan sungai Jordan, yang merupakan batas negara. Sungai Jordan hulunya dari danau Tiberias mengalir ke hilir dan bermuara di Laut Mati. Merupakan sumber air minum bagi sebagian warga Jordan. Pada posisi-posisi tertentu batas negara tampak jelas, di seberang sungai berdiri menara pengintai dengan tiang berkibar bendera Jordan, garis datar tiga warna dihubungkan dengan segitiga merah dan bintang berujung tujuh warna putih. Konon ada perjanjian tentang penggunaan air di sungai Jordan antara kedua negara, apa yang terjadi. Israel membangun bendungan di hulu sungai, sehingga debit air bisa diatur. Tentu saja berdampak pada kerugian di salah satu pihak. Dampak yang lain, debit air di laut mati tiap tahun menyusut. Salah satu ciri-ciri akhir zaman adalah menyusutnya Laut Mati, Apakah kondisi saat ini menunjukkan ke arah itu. Wallahualam.

Bus berjalan lancar diatas aspal mulus melewati desa-desa Afikim, Dganya Alef, Keneret, melewati tepian barat danau. Tak berapa lama masuk ke kota Tiberias. Bus berhenti di museum Yigal Alon Centre. Yigal Alon adalah salah satu perdana menteri pertama Istrael. Selain mengunjungi museum, pimpinan mengajak rombongan untuk mengarungi danau Tiberias. Beberapa kapal pesiar terbuka sudah tersedia dan mengantar wisatawan berkeliling danau selama +/- satu jam. Cuaca mendung diserta gerimis, sehingga kami harus berlari kecil untuk segera mencapai sandaran kapan. Kapal terbuka dengan muatan +/-60 orang dan beratap terpal (+/- 1,5 meter) dengan tiang bendera di buritan kapal. Awak kapal (tiga orang) menyambut kami dengan senyum ramah dan dipersilahkan duduk pada kursi-kusi yang tersedia. Di depan ada panggung kecil. Tak lama kapal menarik jangkarnya, kapalpun bergerak perlahan ke tengah danau. Lamat-lamat terdengar lagu kebangsaan Indonesia dari sound system kapal yang cukup keras. Kami semua rombongan tentu saja kaget dan bertepuk tangan. Dan diburitan kapal awak kapal menaikkan bendera merah putih, beberapa teman rombongan mengambil alih tali bendera untuk bersama-sama menaikkan bendera merah putih. Ada kebanggaan tersendiri melihat kibaran merah putih di tanah Palestina yang dikuasai Yahudi, kami pun melihat keluar kibaran bendera...ee..e..ternyata e ternyata, selain bendera merah putih berkibar pula bendera bergambar bintang daud dengan strip di atas dan di bawah, bendera Israel. Waahhh....kalau ada yang nggak suka bisa dipolitisir, cilaka juga ya...karena sampai saat negara kita baru mengakui negara Palestina, tidak untuk Israel. Kejadian ini merupakan SOP atau ada hidden agenda yang kita tidak tahu. Oh ya... ?  Secara tidak sadar di dalam benak wisatawan tertanam mindset bahwa Israel bisa dan mampu hidup berdampingan dengan negara manapun. Harus diakui ini merupakan ide yang cemerlang. Walaupun dalam prakteknya bisa berbalikan.
Peta Danau Galilea
Setelah selesai menikmati 'indah'nya danau Tiberias (walaupun sebenarnya biasa saja), penulis merenung sejenak, apa hikmah kunjungan ke destinasi (danau Teberias dan museum) ini ? Masih belum nemu juga sampai saat ini..sehingga terbentik usulan untuk meniadakan kunjungan ke lokasi ini. Kenapa nggak ke Nazareth saja ?, walaupun akurasinya masih perlu dipertanyakan, kami bisa menyelami bagaimana beratnya Siti Mariam mengandung dan melahirkan nabi Isa di tempat ini.   

Menjelang sholat asar perjalanan dilanjutkan ke Jerusalem, mampir sholat di masjid yang dibangun Salahuddin Ayyubi, penakluk Pelestina dari bani Utsmaniah dari cengkeraman Nasrani Romawi.
Masjid Salahuddin Ayyubi

Tour Leader menyampaikan pengumuman kalau wisata ke kota Tel Aviv dibatalkan, atau waktu lama kunjungan diperdek sehari. Karena….ternyata lama kunjungan visa dalam satu rombongan berbeda, ada yang dapat hanya tiga hari, ada yang sebulan, ada yang seminggu. Sehingga diputuskan untuk mengikuti waktu yang terpendek saja, karena untuk mengurus perpanjagan visa bukan urusan yang mudah. Hanya dalam hati berguman saja, “Koq bisa ya ? bukannya ngurus visa satu paket satu rombongan ?”. Harapan untuk sholat pada malam Isro Mi’roj di masjidl Aqsa batal…............. yaahhh..tawakal aja.

Hari ke-5, 2.4.2019

Memasuki hari kelima perjalanan Jejak Rasul adalah hari terakhir kami di kota Jerusalem, selanjutnya kami akan ke Mesir lewat darat (gurun Sinai dan terusan Suez). Perjalanan ke arah selatan melewati kota Hebron (disebut juga dengan sebutan Al Khalil), menelisik makam Ibrahim. Sebelumnya kami menelusuri kota tua sebelum meninggalkan kota Jerusalem.

Masjidil Aqsa
Masjid Marwani

Masjid Marwani

Tembok Ratapan. Disebut juga sebagai Wailing Wall.
Letaknya di balik tembok Bouraq. Tembok ini dipercaya sebagai sisa bagian bangunan kuil Sulaeman (Solomon Temple).
Tembok Bouraq
Dan mereka bercita-cita untuk mendirikan kuil yang ketiga (setelah dua kali hancur) di tempat tersebut. Keberadaan tembok ini mengalami proses yang berbelit dan kontroversil. Pada masa di bawah kekeuasaan kalifah Bani Utsmaniah, orang-orang yahudi bermaksud untuk membeli bangunan, tetapi ditolak oleh khalifah. Namum demikian bukan disebut orang yahudi kalau tidak mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan. Saat ini digunakan digunakan sarana peribadatan bagi semua orang yahudi, bahkan oleh orang selain yahudi yang mau meratap di tembok ini. Lho koq bisa ? Seperti tempat-tempat peribadatan yang lain, untuk masuk kawasan ini melewati pintu yang dijaga ketat tentara Israel.
Tembok Ratapan
Guide tampaknya sudah familier dengan penjaga sehingga kami serombongan dengan mulus bisa masuk ke lokasi dengan aman. Kawasan seluas satu hektar ruang terbuka, di tengah berdiri tiang bendera,  dibagi menjadi dua dengan tembok pemisah setinggi dada orang dewasa. Kawasan peribadatan dengan latar balakang tembok ratapan dan kawasan pengunjung yang menonton orang ibadah. Koq seolah-olah orang beribadat jadi atraksi wisata ya ? yah..kenapa nggak ? 
Pendoa di Tembok Ratapan
Bahkan di salah tembok terpampang brosur sertipikat dapat diberikan kepada siapa pun yang pernah beribadah di tembok ratapan, lengkap dengan tanda tangan rabbi yang berwenang. Di sisi ruang beribadat dibagi menjadi dua, untuk jamaah pria dan wanita, dipisahkan dengan kain warna hitam. Untuk beribadat jamaah harus menggunakan topi khas yahudi yang disebut dengan kippah.  Mencermati bagaimana mereka beribadah memang unik, sebagian berpakaian rapi, pantolan warna hitam, sebagian ada yang hanya menggunakan blue jeans ala coboy amerika. Sambil membaca kitab perjanjian lama (Taurat), menghadap tembok sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Ada yang duduk , ada pula yang berdiri. Setelah berdoa biasa nya mereka berdoa dengan cara menuliskan pada secarik kertas dan menyelipkan diantara sela-sela tembok. Dengan harapan doa-doa tersebut akan dibaca oleh Yahve, Tuhan Alloh. Bagaimana jika disela-sela tembok tidak ada lagi tempat menyelipakn doa jamaah ? Pada waktu-waktu tertentu rabbi akan mengambil lipatan-lipatan kertas tersebut, tidak dibuang, tapi dibakar.
Sertipikat Berdoa 
Pada pintu masuk ruang ibadah disediakan kotak kaca khusus untuk kippah, diperuntukkan bagi jamaah yang ingin beribadah tapi tidak bawa kippah.
Tempat Kippa untuk dipinjam
Ciri lain dari orang yahudi adalah rambut samping (depan telinga) dibiarkan memanjang dan dibuat melingkar sampai panjang, baik pria maupun wanita, tua atau muda.
Semua rombongan ber-selfi ria, sampai akhirnya pimpinan rombongan mengingatkan untuk segera kembali ke bus. Tidak melalui jalan pertama masuk (Herrod's Gate), tetapi melewati pintu yang lebih dekat, Dung Gate.
Dung Gate
Seberang Dung Gate merupakan perbukitan batu dimana di lerangnya terdapan makam orang-orang yahudi. Ciri khas makam adalah adanya bangunan berupa batu datar selebar makam. Satu dua bangunan berupa batu yang lebih tinggi dari makam-makam yang lain. Konon itu makamnya raja –raja tempo dulu. Masih di Jerusalem, rombongan dipersilahkan makan siang di restoran orang Pelestine muslim. Di halaman masjid penjaja souvenir siap menawarkan dagangannya, topi, t’shirt,gantungan kuci dan lain-lain. Agak murah disbanding di tempat sebelumnya.

Salah satu sisi lapangan Tembok Ratapan
Plaza Tembok Ratapan
Tembok Ratapan dan Masjidil Aqsa
Kuburan Yahudi dan Perkampungan Yahudi

Makam Ibrahim. Hebron atau Hebrew adalah kota yang cukup ramai di wilayah tepi barat. Salah satu diantaranya adalah keberadaan makam Ibrahim, dimana di dalamnya juga ada makam Sarah istri Ibrahim, nabi Ishak (anak Ibrahim dengan Sarah) dan istrinya (Ribka), nabi Yakub (anak Ishak) dan istrinya (Lea). Sehingga Hebron dijuluki sebagai kota Tiga Nabi. Selain itu juga terdapat sumur Nabi Musa, mata air sulwat, yang sampai saat masih mengalir dan digunakan penduduk setempat untuk minum dan memasak. Lokasi makam berada di perkampungan, sehingga bus harus berhenti di dekat sumur dimana terdapat tempat parkir yang cukup luas. Makam Ibrahim dibawah penjagaan ketat tentara Israel. Dapat dimengerti karena Ishak adalah nabi untuk kaum Yahudi/ Nasrani. 
Maqam Ibrahim
Pintu masuk dan keluar berbeda, setiap pengunjung supaya membawa pasport, untuk menjaga kemungkinan dilakukan penge-cek-an oleh tentara. Untuk menuju ke makam melalui jalan yang menanjak, berada dalam suatu ruangan yang berkarpet dan berfungsi juga sebagai masjid. Dari pintu masuk ruangan terbagi menjadi dua, sebelah kiri ruang untuk majelis taklim dan sebelah kanan ruang makam dan masjid. Nisan makam dilindungi tembok, pengunjung hanya melihat dari jendela yang berterali besi. Semua makam ditutup kain warna hijau dan bertuliskan huruf Arab, berlafaskan kalimat-kalimat taukhid. Selain enam makam di ruangan tersebut, letaknya tidak berdampingan, tapi berpisah-pisah, terdapat juga bekas telapak kaki Nabi Ibrahim. Dari pintu keluar posisi dibawah bangunan pertama, terdapat satu makam lagi yaitu makam nabi Yusuf bin Yacoub bin Ishaq bin Ibrahim.
Maqam Nabi Yusuf
Maqam Nabi Yusuf
Perjalanan terus berlanjut, waktu juga yang membatasi. Perjalanan masih berlanjut ke arah lebih selatan lagi, yaitu perbatasan Palestina-Mesir. 


Menyusuri jalan raya nomor 90, terlihat laut mati di sebelah timur jalan. Belok  ke jalan nomor 40, lewat kota Elliat, pinggir laut merah ujung utara. Ke arah timur masih di ujung laut Merah melewati perbatasan Palestina-Jordania, ada kota Aqaba. Dari kota ini pak Alla dan teman se-rombongan yang tidak dapat visa Palestina, menyeberang melalui laut Merah menuju kota wisata di Mesir, Sharm el-Sheik. Bus rombongan lanjut menuju perbatasan di kota Taba. Waktu menunjukkan jam 20.00 an, masuk di kantor imigrasi. Tour Leader mengingatkan untuk menyiapkan passport dan tiket cek-out (pengganti visa) untuk keluar Palestina. “Semua barang, bagasi, tas tangan jangan lupa untuk dibawa semua”, demikian bu Dewi selalu mengingatkan. Di pintu kantor imigrasi sudah antri berdiri wisatawan dari negara yang sedang menunggu pemeriksaan imigrasi. Masih seperti di imigrasi di Jericho, tentara Israel hilir mudik siaga lengkap dengan senjata di tangan. Penulis sengaja antri baris paling belakang, kasihan bu Dewi, kalau seandainya perlu bantuan. Ee..e..ternyata masih ada yang di belakang lagi, mbak Okta dan suami lagi ngurus tax free atas belanjaan selama di Palestina. Perlu waktu beberapa menit untuk menyelesaikan masalah administrasi dan uang tax refund.
Border Palestina-Mesir di Taba
Bus dengan nomor polsi negara Mesir stand by untuk membawa rombongan selama di Mesir. Pendamping dari travel agent, Semsem (masih saudara pak 'Ala), fasih berbahasa Indonesia sedang menunggu kita. Rombongan melaju ke arah selatan menuju kota Sharm el-Sheik berjarak 40 km. Sampai di hotel, Movenpick, hamper jam 22.00. Rombongan dipersilahkan makan malam di restoran yang letaknya di ujung sekaligus pembagian kunci kamar. Mis komunikasi sedikit penulis dengan rekan se-kamar (mas Herjuno dan mas Ridho), saling menunggu di ruang lobby hotel, maklum karena hotelnya berupa cottage, kamarnya agak jauh.
Semsem mengumumkan, sebagai kompensasi waktu kunjungan di Palestina yang diperpendek, travel agent memberikan gratis safari tour besok pagi. Bagi peserta yang berminat supaya berkumpul jam 05.00 di lobby hotel.

Kantor Yayasan Yasser Arafat di Hebron

Mount Tempatation, Jericho
Sekolah SD di Hebron

Kuburan Yahudi

Pintu Keluar Maqam Ibrahim, Hebron


Dome dilihat dari Masjidil Aqsa

Anak Yahudi Sekolah 

Makam di sebelah Masjidil Aqsa

The Dome

The Dome






















Tidak ada komentar: