Kamis, 03 Oktober 2019

Jelajah Jejak Rasul - Mesir #2

Hari ke-6, 3.4.2019


Hotel Movenpick, Sharm El-Sheik

Safari ATV Tour- Start
ATV. Ba’da sholat shubuh bersiap-siap untuk mengikuti safari tour. Bentuknya belum tahu seperti apa, katanya mau naik ATV (all terrain vehical), kendaraan  off road motor roda 4. Tentu saja bagi anggota rombongan yang berjiwa muda, baik usia tua maupun muda (apalagi), nggak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini.  Satu bus (saja) berangkat menuju lokasi, kalau tidak salah lokasi di El Sharif Safari, letaknya 2 kilometer ke arah utara kota Sharm El-Sheik.
Sampai camp petugas operator sudah siap, satu persatu ATV dikeluarkan dan mesin di ON kan. Kami berebutan memilih ATV, pilih yang paling bersih dan kerenn. Mana ada ? semuanya kotor berdebu, tapi mesinnya masih ok. Setelah semuanya ready di masing-masing ATV, ada yang naik berdua, ada yang naik sendiri, ada juga yang naik ber-jeep.  Operator Leader memberi aba-aba untuk jalan beriringan mengikuti motor dia. Jangan ada yang menyalib. Pelan-pelan iringan motor merayap menuju bukit bata di ujung sana. Kamera hp on semua, semua berselfi dan berwelfie.  Rupanya ada yang tidak sabar, mas Ridho mulai unjuk gigi, dengan gas meraung-raung meliuk-liuk menyalib diantara rombongan. Dasar anak muda, mulai nggak sabaran. E..e..rupanya mbak Okta juga nggak mau kalah, naik ATV sendiri mulai nancap gas, nggak mau kalah dengan mas Riedho. Dasar ibu muda….
Sampai di base camp safari tour, rombongan dipersilahkan turun foto rame-rame dengan background gurun batu dan ATV. Kerenn…seseorang membawa minuman teh Arab dan mempersilahkan tamu untuk mencoba dan berisitirahat di tenda yang sudah tersedia. Seekor unta jantan siap menemai tamu yang akan berkeliling di halaman tenda dan berfoto. Cukup beberapa pound Mesir saja.

Kembali ke hotel, sarapan sudah siap. Sekali lagi bu Dewi mengingatkan untuk siap-siap cek-out, bagasi jangan ada yang ketinggalan. Sambil menunggu sarapan, mas Ridho nggak mau rugi, menikmati fasilitas hotel sepuas-puasnya,  renang. Dari kamar penulis di lantai dua, terlihat mas Ridho berjumpalitan di kolam renang. Senang sekali. Pak 'Ala bergabung dengan rombongan, wajahnya masih pucat, kasihan, karena tanggungjawab yang besar untuk memastikan bahwa rombongan wisata Jejak Rasul dapat terlaksanan sesaui rencana. Sukron.. Tidak ada kunjungan (sightseeing) di kota Sharm el Sheik. Sayang sekali... konon katanya kota ini adalah kota wisata dengan fasilitas judi.   Jam 09.00 bus ‘take-off’. Rute perjalanan melewati jalan menyusuri tebing gurun Sinai (sisi timur) dan pantai Laut Tengah (sisi barat).


Pantai Sharm El-Sheikh

Base Camp El Sharif
Gurun Sinai. Semenanjung Sinai, nama yang sering disebut pada kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Bibbel, merupakan wilayah tandus seluas 60.000 km2 diantara laut Merah dan Laut Tengah.
Daerah ini kerap menjadi pusat sengketa antara berbagai negara, karena lokasi geopolitik yang strategis. Sebelum berada di bawah pemerintahan langsung negara Mesir (termasuk wangsa Ayyubi, kesultanan Mamluk, wangsa Muhammad Ali, dan republik Mesir pada zaman modern), tanah ini dikuasai oleh kekaisaran Ottoman, sekaligus dengan seluruh tanah Mesir.  Selanjutnya di bawah penguasaan Inggris (yang menjajah Mesir saat itu) tahun 1882 sampai 1956. 
Maqam Nabi Harun & Tempat Pembuatan Samiri
Israel
 menyerang dan menduduki Sinai selama Krisis Suez (dikenal di Mesir sebagai Tripartite Aggression) pada tahun 1956, juga ketika Perang Enam Hari tahun 1967. Pada tanggal 6 Oktober 1973, Mesir melakukan serangan mendadak untuk menguasai semenanjung ini dalam Perang Yom Kippur, dan daerah ini menjadi ajang pertempuran sengit antara tentara Mesir dan Israel. Pada tahun 1982, sesuai Perjanjian Damai Israel-Mesir tahun 1979, Israel menarik mundur tentaranya dari seluruh semenanjung Sinai. Sekarang, Sinai menjadi industri wisata yang lengkap, pantai, laut, gurun pasir, perjudian dan historis-nya (tercatat dalam sejarah di Alkitab).
Sampai saat kesiapsiagaan tentara Mesir masih ada dengan dibangunnya cekpoint di banyak tempat, tentara berseragam doreng warna padang pasir lengkap dengan senjata. Berbeda dengan tentara Israel, pesenjataan disini bisa dikatakan kalah modern. Kendaraan lapis baja dibeberapa tempat strategis bisa jadi peninggalan perang enam hari 1967. Pemeriksaan secara random biasanya dilakukan pada kendaraan-kendaraan wisata, dilakukan dengan hanya melihat dari luar atau kadang-kadang masuk ke dalam bus dan penumpang diminta mengeluarkan pasportnya.  Selain letak geografis, gurun ini menjadi ‘rebutan’ karena historisnya, betapa tidak, suku Madyan yang menerima Nabi Musa setelah melarikan diri dari Mesir dan menerima wahyu di bukit Tsur, maqom Nabi Harun, biara tertua semua ada di wilayah ini.
Cek-point di Gurun Sinai
Perjalanan menuju arah utara melewati jalan raya nomor 523 menuju Kota St. Chatherina. Sebelumnya mampir dulu di makom nabi Harun, masih di gurun Sinai.

Makam Nabi Harun. Harun adalah saudara nabi Musa, menjadi nabi setelah nabi Musa mohon kepada Alloh dalam rangka membantu syiar agama taukhid. Pada suatu saat Musa harus meninggalkan kaumnya untuk berdialog dengan Alloh. Dasar orang yang ndableg, kaum Yahudi melakukan sesembahan lain yaitu berupa patung lembu yang mereka buat sendiri, dan mereka namakan patung samiri. Nabi Harun tidak berani melarang, takutnya mereka malah memberontak. Begitu Nabi Musa datang melihat ada sesembahan yang tidak pernah diajarkan, marahlah nabi dan memerintahkan untuk memusnahkannya.
Perjalanan berlanjut ke distinasi selanjutnya.

Patung Onta kaum Tsamud kamu Nabi Saleh
Kota St. Katherina, Sinai, Mesir
Salah satu sudut Kota St. Katherina

Kota St. Khaterina, nama arabnya kota Almawabi Mukodhastuwa, terletak di bawah gunung Horeb, dataran tinggi Sinai, terkenal karena ada biara St. Khaterina. Dibangun pada abad VI merupakan  biara tertua gereja orthodox yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia yang perlu dilestarikan keberadaannya. Tempat ini dipercaya sebagai tempat Musa menerima wahyu dari Alloh (Tablet of the Law). Hal lain yang menarik dari tempat ini adalah Rasululloh pernah memberikan jaminan dalam bentuk piagam keamanan dari ganggungan apapun. Siapakah St. Katherina ? Konon, dia seorang wanita cantik tapi nakal kelahiran Alexandria, Mesir. Suatu saat ia bermimpi ketemu nabi Isa, mimpi inilah yang menjadikan dia bertobat dan menjadi pengikut nabi Isa. Karena kecantikannya, kaisar Romawi, Max Maximilius tertarik dan jatuh serta bermaksud menikahinya. Jika tidak dia akan dibunuh. Wanita ini menerima dengan syarat mau mengikuti ajaran Nabi Isa. Sang Kaisar mengirim 10 orang biarawati sebagai utusan untuk mempengaruhi wanita tersebut, tapi apa yang terjadi ? Para biawarawan itu malahan yang mengikuti ajaran Nabi Isa. Alhasil kaisar membunuhnya. Sayang sekali tidak ada jadwal mengunjungi biara ini, padahal di dalamnya juga terdapat mushola (tapi tidak digunakan lagi, konon katanya qiblatnya tidak ke Mekkah). Hanya singgah sebentar di salah satu kedai untuk istirahat dan rehat.


Peta Kita St. Katherina

Bi'r as-syekh, Mata Air Nabi Musa yang masih ada

Mata Air Nabi Musa
Mata Air Musa.
Setelah melewati kota Ras Sedr, menjelang masih provinsi Suez, tepatnya di kilometer 165, jalan raya El Qantra Shark-Ras Sadr Rd terpampang tulisan  Musa Spring. Berarti tidak lama lagi kami akan sampai ke lokasi Mata Air Musa. Cuaca cukup panas, pepohonan tidak terlalu banyak. Dari tempat parkir hanya beberapa puluh meter untuk menuju sumur. Tenda bertiang besi menaungi bibir sumur berdiamater enam meter-an.

Keberadaan sumur berawal dari perjalanan nabi Musa setelah diusir Fir'aun dari Mesir. Setelah melewati masa-masa yang penuh pergulatan batin dan fisik yang luar biasa, di satu sisi beliau berhadapan dengan Fir'aun yang nota bene adalah ayah tirinya dan di sisi lain harus menghadapi bangsa Israel yang terkenal dengan sifatnya yang keras kepala. Dari masa kecil yang hidup di lingkungan istana yang akhirnya harus diusir dari 'rumah'nya untuk membela ke'taukhid'an kaumnya yang suka ngeyel. Pengejaran yang dramatis berakhir di Laut Merah dengan hanyutnya Fir'aun dan tentaranya, seperti yang tercantum pada surat Al Baqarah ayat 50, "Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu (nabi Musa) sehingga kamu (Nabi Musa dan Bani Israel) dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, sedang kamu menyaksikan".
Lokasi Mata Air Nabi Musa di Km 165 jalan Raya ke Suez
Ujian masih berlanjut, nabi Musa beserta 12 suku Bani Israel yang menyertainya menghadapai perjalanan yang sangat berat yaitu melewati gurun Sinai yang kering tandus. Secara fisik Bani Israel bukan orang-orang yang tangguh untuk perjalanan yang demikian berat. Pada suatu tempat yang diyakini di daerah ini, persediaan bekal habis tidak ada air. Tidak tahan dengan kondisi yang ada, kaum nya minta kepada Musa untuk berdoa kepada Tuhan-nya diberikan air. Atas seijin Alloh, Tuhan memerintahkan nabi Musa untuk memukul tongkatnya pada sebuah batu. Maka keluarlah 12 mata air, diperuntukan untuk 12 suku Bani Israel. Sebagaimana disebutkan pada surat Al Baqarah ayat 60, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.
Dari kedua belas mata air itu, saat ini hanya lima saja yang mampu bertahan dan cuma satu sumur saja yang berair yakni bi’r as-syekh dengan kedalaman 40 kaki. Sampai saat ini tempat ini merupakan destinasi favorit.
Mata Air Nabi Musa

Terusan Suez dalam bahasa Arab disebut dengan al-Suways ( قناة السويس‎, ),  merupakan kanal penghubung dua laut, laut Merah (Suez) dan laut Tengah (Port Sa’id). Dibangun saat Mesir dibawah pemerintah penjajah Inggris, atas ide Ferdinand V de Lesseps (yang membangun terusan Panama). Sebelum terusan ini dibangun pengiriman barang-barang dari Eropa ke Asia dilakukan dengan dua cara, pertama mengarungi Samudra Pasifik dengan waktu yang sangat lama. Kedua melalui Port Said, barang-barang diangkut menggunakan tranportasi darat menuju Port Suez dan dilanjutkan dengan kapal melalui laut Merah. Paska kemerdekaan Republik Mesir di bawah kepemimpinan presiden Gamal Abdul Naser, pengelolaan terusan Suez diambil oleh pemerintah Mesir tahun 1956, suatu keberanian yang luar biasa. Sehingga menimbulkan krisis hubungan internasional antara Mesir-Inggris dan Perancis. Akibatnya pasukan gabungan kedua negara menyerbu untuk merebut kembali melalui daratan Israel. Intervensi PBB dalam krisis tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri peperangan. Rupanya Israel melihat ada peluang dari segi ekonomi dan geopoltitik untuk ikut campur dalam krisis ini. Pada tahun 1967 pada peristiwa yang disebut dengan perang enam hari, Israel menyerbu dan berhasil menguasai terusan Suez, termasuk semenanjung Sinai. Rupanya keberhasilan serangan fisik tidak berlangsung lama, melalui jalur diplomatis melaui PBB, Israel harus menyerahkan hasil rampasannya ke Mesir.
Kantor Pengelola Terusan Suez di Port Said, Sinai, Mesir
Untuk melewati terusan dibuat terowongan dibawah kanal sepanjang satu kilometer-an. Guide mengingatkan bahwa selama di area ini pengunjung dilarang mengabadikan dalam bentuk apapun. Sampai di rest area wilayah Suez, bus berhenti, istirahat. Penulis mispersepsi, dikira-in larangan memotret tidak berlaku lagi, apalagi tidak ada satupun tanda larangan untuk memotret. Dengan santainya motret sana-sini dengan kamera dan kamera HP. E..e..ketahuan petugas setempat, dipanggil dan diminta untuk men-delete hasil jepretan di area sini. Nasib....nasib. Untung hasil pemotretan yang di handphone nggak terdeteksi.
Bus melanjutkan perjalanan melalui jalan raya nomor menuju kota Kairo. Semsem menjelaskan tentang negara Mesir. Mesir adalah negara republik sekuler berpenduduk 100 juta, separuh diantaranya tinggal di ibukota Kairo dan sekitarnya. 
Wisata Air Sungai Nil
Kalau Turki dikenal sebagai negara dua benua, Asia dan Eropa. Demikian juga Mesir, negara yang berada di Asia dan Afrika. Kairo sebagai ibukota merupakan penunjukan yang keempat setelah Luxor (1), al-Hustad (2) dan Alexandria (3).Dilewati sungai yang sangat mashur dan menjadi icon negara Mesir yaitu sungai Nil. Sungai sepanjang 6670 km merupakan sungai terpanjang di dunia, melintasi sepuluh negara dan bermuara di laut Tengah/ Mediterania.
Rasanya belum terasa di  Mesir kalau belum melihat sungai Nil. 

Nelayan di sungai Nil
Karena itulah guide mengajak rombongan menikmati perjalanan di sungai Nil sebelum isitirahat di hotel. Kami menuju ke dermaga Zamalek tempat bersandarnya kapal-kapal wisatawan kelas menengah. Wisatawan diajak berkeliling sungai Nil sambil menikmati makan malam diiringi dengan tarian Tanoura khas Timur Tengah.  Penulis jadi ingat paket wisata serupa di Ha Long Bay Vietnam atau di sungai Havel di Berlin.
Kapal memilik dua lantai, bisa menampung 250an pengunjung. Makan malam untuk rombongan disediakan di lantai satu. Menu yang tersedia daging ayam, kambing dengan rasa masakan khas Arab, nasi kebuli. Setelah makan malam, tibalah pertunjukan tari Tanaoura. Tanoura yang berarti 'rok' dilakukan oleh para Sufi di Mesir untuk mendekatkan diri pada Ilahi, dengan cara melakukan gerakan tarian berputar-putar dengan rok-nya yang lebar dan berwarna-warni sehingga menghasilkan kombinasi gerak, warna, dan bentuk yang sangat memukau. Apalagi ditampilkan dengan sorotan lampu yang berwarna-warni. Setiap warna pada rok merupakan salah satu tarekat sufi. Berputar dan berputar, rok warna-warni dari penari itu menciptakan ilusi sebuah kaleidoskop hidup manusia di dunia. Ternyata...night after dinner tidak hanya tari tanoura, di lantai atas disajikan tarian perut khas Timur Tengah. Mesir..mesir ....selain relegius juga sekuler .......
Tari Tanoura
Menjelang tengah malam rombongan tiba di hotel Grand Nile Tower, pinggiran sungai Nil, berseberangan dengan hotel Sofitel.

Hotel Grand Nile Tower


Hari ke-7, 5.4.2019.
Seperti biasa, menjelang sholat subuh mencari informasi dimana masjid terdekat. Salah satu resepsionis menganjurkan untuk sholat di mushola hotel, karena masjid dekat hotel tidak ada. Oke..apa boleh buat. Berada di basement, setelah melewati lorong-lorong ruang karyawan, sampai di mushola masjid Grand Hyatt. Kalau dilihat dari nama hotelnya, kayaknya bayangan kita masjidnya sekelas hotelnya (bintang empat), e.ee..nggak tahunya masjid seadanya, karpet bulukan warnaya pudar, kayaknya sejak pertama digunakan belum pernah ganti karpet. Masih mending mushola di kantor-kantor kita atau di kampung kita. Kasihan deh loe…
Mushola di Grand Nile Hotel



Ruang makan berada di first floorviewnya bagus menghadap sungai Nil, variasi sarapannya lengkap, kalau tidak berlama-lama mencicipi semua menu kayaknya sayang sekali.


Bersama pak Idrus, Guide Giza, pak Bambang
Jam 08.00 bus sudah siap meluncur menikmati keindahan peradaban sejarah manusia di kota Kairo. Kairo sebagai kota terbesar di benua Afrika sekaligus sebagai kota tua. Lalulintas macet di waktu-waktu tertentu, apalagi lampu lalulintas tidak banyak berfungsi digantikan dengan bapak polisi. Konon survai menunjukkan kecelakaan lalin di Kairo termasuk yang paling tinggi.

Suasana di salah satu kota Kairo
Bus meluncur ke rumah produksi kertas dari papyrus. Berlabel BES Papyrus Institute, pengunjung disuguhkan bagaimana meramu batang pohon papyrus menjadi kertas yang berkualitas dan menjadi bahan untuk melukis, membuat kaligrafi dan hiasan dinding lainnya.

Show Room Kerajinan Papirus
 Dari segi kualitas memang jempol dua jari, sebanding dengan harga yang dibandrol, mencapai ribuaan Mesir Pound. Di tempat ini sempat ngobrol dengan pak Bambang Tomo, pensiunan Kementrian Perhubungan yang sudah beberapa kali berkunjung ke Mesir, kebetulan teman akrab bapaknya teman kantor, Shammy Ardian. Tidak itu saja, kenalan juga dengan pak Idrus dari grup lain, e..e..nggak tahunya Arema juga, temannya Tomo (teman sekolah di Malang).
Batang Papirus & Kaligrafi Asmaul Husna 


Sphinx dan  piramid.
Perjalanan berlanjut ke provinsi Giza, yang letaknya di barat kota Kairo, sebelah barat sungai Nil. Giza tak lepas  dari keberadaan shinx dan piramid, situs terkenal peninggalan sejarah Mesir 2500 SM. Merupakan salah satu lokasi peninggalan sejarah Mesir, selain di Luxor,  Tidak seperti Petra yang berada jauh dari kota Amman, Giza berada di ‘dalam’ kota nan kering berupa gurun pasir. Akses ke lokasi tidak sulit. Bahkan, Semsem pernah memberikan suatu kejutan kepada kita semua. Di dalam bus yang sedang merambat di jalanan yang cukup padat dan macet, Semsen memberi aba-aba kepada kita semua, "Lihat ke samping bersama-sama", ucapnya. Serentak kami melihat ke arah kiri, dari jarak yang tidak terlalu jauh tampak puncak bukit piramid  dan sebagian 'punggung'nya di antara sela-sela gedung dan bangunan sekitar kita melihat (jadi ingat moment yang sama saat melihat puncak Dome of the Rock diantara atap-atap rumah setalah bus kami keluar terowongan ke arah selatan di jalan raya nomor 60 Jerusalem).  
Piramid Menkau & Queen
Bus berjalan merayap dari Al Haram St, walaupun hari Jum’at kunjungan wisata ramai sekali,  terutama wisatawan lokal. Apa karena Jumat hari libur ya ? Sedikit demi sedikit kenampakan bentuk piramid terlihat, mulai  dari puncak, setengahnya dan keseluruhannya. Sampai akhirnya kami berdiri di pinggir bangunan purba raksasa setelah bus parkir di pelataran sisi sebelah utara kawasan situs. Sebelum rombongan turun guide memberi pesan, waktu yang diberikan hanya satu-satu setengah jam saja. Hikkkkss…. Tiket masuk 160 EGP (egypt pound sterling). Seperti biasa sebelum rombongan menyebar kemana-mana, berwefi dulu untuk keperluan promo travel ag..ent dengan latar belakang piramid.
Mercedez, Camel & Pyramid
Piramid yang Agung yang terbesar diantara empat pyramid yang ada di lokasi ini, tempat makam raja Kufu. Tiga makam yang lain berukuran lebih kecil berada di sisi tenggara, masing-masing bernama Hetepheres I, Merites I dan Mereshank III, kemungkinan itu istri-istrinya.
Hati-hati dengan jebakan batman, guide lokal, pura-pura memasangkan kafiyeh untuk dipasangkan di kepala, ujung-ujungnya minta tip. Siap-siap saja dengan recehan EGP. 
Piramid disusun dari bongkahan-bongkahn batu granite setinggi dada orang dewasa sepanjang 0,5~1,5 meter seberat hampir satu ton disusun rapi memanjang (230 meter) pada area dasar seluar 5,2 hektar,  meninggi ke dalam membentuk kerucut setinggi hamper 147 meter (sebagai perbandingan, tinggi Monas 137 meter), kami tampak kecil. Di dalamnya terdapat makam petinggi pada saat ini, dimana untuk menuju posisi lokasi memerlukan tangga yang rumit juga. Tersedia paket khusus untuk wisata menyusuri tangga ke dalam piramid dan melihat meja tempat mummy di-tidurkan. Lain lagi ceritanya kalau menyaksikan filmnya Horizon ‘Indiana Jones’Ford.  Untuk menuju ke posisi makam penuh dengan jebakan-jebakan yang berujung dengan kematian. Ruarr biasa…sulit membayangkan bagaimana manusia seperti ‘Hamam’ (arsitek-nya Fir'aun) mempunyai talenta yang tinggi bisa mewujudkan bangunan yang demikian  megah dan unik. (sayangnya manusia seperti ini tidak diberikan hidayah Alloh untuk ber-taukhid kepadaNya, wallahualam).

Beton seberat 1 ton membentuk Piramid
 Sayang kalau jauh-jauh datang kesini hanya satu-dua jam ya.....itulah resiko kalau wisata rame-rame. Yang penting bagaimana memanfaatkan waktu yang segitu dengan optimal. salah satu caranya adalah mengambil gambar dari berbagai posisi. Itu yang penulis lakukan, sehingga kesannya kelamaan, padahal teman-teman rombongan sudah nunggu di bus… maaf yaaa…
Masih di lokasi yang sama, rombongan menuju piramid lain (Menkaure  dan  Queen), menikmati dari sisi yang lain (sisi barat). Kembali rombongan diminta turun untuk berselfi ria. 
Karena ini hari Jumat, guide mengingatkan untuk kembali ke kota untuk melaksanakan sholat Jumat sebelum makan siang. Bus balik arah menyusuri jalan Al Ahram lagi. Menjelang gerbang pintu tiket masuk, sebelah kanan terlihat patung Shpinx, singa berkepala manusia dengan sayap sedang duduk menghadap ke arah timur. Sayang tidak ada waktu untuk menikmati di tempat ini, cukup hanya melihat dari jendela bus. Di depan sphinx sedang dilakukan pemasangan peralatan elektronik dan kursi-kursi, kayaknya aka nada pertunjukan musik dengan latar belakang sphinx. Jadi ingat pertunjukan musik dengan latar belakang candi Prambanan di Yogyakarta.

Peta Giza
Sampai di pelataran parkir tiket box lamat-lamat terdengar adzan Jumat, bus berhenti dan rombongan, terutama bapak-bapak, menyebar cari masjid untuk sholat Jumat. Ibu-ibu mengunjungi toko souvenir dan permata sambil menunggu bapak-bapak. Celakanya, untuk cari air untuk wudhu sulitnya bukan main. Sementara kumandang adzan terdengar di beberapa tempat, artinya tidak jauh dari lokasi ini ada masjid. Anehnya, sholat Jumat ada juga yang melakukan di trotoar jalan. Sempat bingung juga, mau gabung ke sini tapi belum wudhu. 
Jumat-an di Masjid Giza
  Ternyata tidak jauh dari sini, di area bangunan konter tiket Giza berdiri masjid dengan kondisi yang kurang layak untuk dipakai sholat Jumat (atau mungkin sekelas mushola). Untuk wudhu harus antri berjejalan, alhamdulillah airnya berlimpah. Sholat jum’at masih kebagian di halaman masjid beralaskan tanah dilapisi plastik tipis. Ironis sekali, destinasi wisata internasional se level Giza tidak bernafaskan syariah…
Sphix Giza
Konter Tiket Giza
Piramid Kufu, Giza

the Museum of Egyptian Antiques

Tarip masuk Museum
Museum Nasional Mesir. Perjalanan berlanjut ke museum nasional Mesir (The Museum of Egyptian Antiquities) yang letaknya di Nile Chroniche (timur sungai Nil). Ada museum yang lain yaitu the Grand Egyption Museum letaknya tidak jauh dari Giza.   Bangunan berwarna merah maroon seluas 3,5 hektar, di halaman depan bertengger patung sphinx ukuran mini. Tiket masuk dibandrol dengan harga 300 EGP untuk pagi hari. Lain lagi kalau malam hari bayar lebih mahal dikit, 350 EGP. Untuk membawa kamera bayar lagi sebesar 50 EGP. Dalam hati sempat berpikir dengan bayar Rp.250.000,- dengan luas area sebesar ini kayaknya sehari penuh nggak cukup waktunya. Apalagi hanya dengan waktu 2-3 jam bersiap-siaplah untuk kecewa berat.  Sebelum masuk seperti biasa berwefi ria dulu untuk promosi   travel agent.  Masuk bangunan di lobby disuguhi sosok manusia yang sering dikonotasikan seperti Fir’aun berdiri dengan tangan di depan berhadapan. 
Semsem menjelaskan sejarah peradaban Mesir
Di lobby kanan Semsem menjelaskan sejarah peradaban manusia dari sisi archeologi di negeri Mesir, sambil menunjuk peta yang terpasang di dinding. Tidak semua benda-benda antik yang dipajang dapat dijelaskan apalagi dinikmati, karena terlalu banyak dan waktunya terlalu sedikit. Menuju lobby kiri, disuguhi dengan kuburan-kubran batu para petinggi dan raja, dalam posisi tidur atau berdiri. Di pintu masuk ruangan berdiri patung dua orang pegawai istana (berseragam) dan memakai semacam jenggot berbentuk kotak panjang sampai atas dada saling, posisi tangan ke bawah berhadap-hadapan. Di sisi yang lain orang yang mirip tapi posisi tangannya bersilangan di dada. Benda-benda kecil yang rawan di bawa diletakkan pada lemari kaca, sehingga pengunjung masih bisa melihat dengan jelas.   Di tempat-tempat tertentu disamping patung dipasang nomor-nomor, kurang jelas fungsinya apa. Mungkin untuk mengetahui posisi ruangan dan nomor seri benda-benda tersebut.

Benda Koleksi Museum di Lantai 1

Pengunjung tidak terlalu banyak, sehingga masih terasa nyaman untuk menikmati diaroma yang terpasang, walaupun kesannya penuh, terlalu banyak benda-benda terpajang sedangkan ruanganya terlalu sempit. Menuju ruang atas, benda pajangan lebih menarik. Di ruang tertentu pengunjung tidak boleh mengabadikan, walaupun sudah punya tiket membawa kamera.

Yang paling menarik adalah mummy, mayat yang menjadi fosil (membatu) setelah melalui proses pengawetan secara alami oleh para dokter/tabib pada waktu itu. Mummy anak-anak, orang dewasa, baik yang terbungkus batu (sarkofagus) maupun diletakkan di meja begitu saja.
Sarkofagus, Peti Mummy

Jika diamati lebih detil, pembungkusnya terlihat seperti kain perban (penutup luka) berwarna putih. Teknologi per-kain-an sudah berkembang sangat pesat, digunakan sebagai seragam prajurit, baju kebesaran raja/ratu sampai dengan pembungkus mayat/mummy. Dari sekian banyak mummy yang dipajang, yang paling menarik tentunya mummy raja Ramses II, Fir’aun yang diduga menjadi raja pada saat Nabi Musa, sekaligus bapak angkatnya. Berada dalam ruang yang berlapiskan kaca dan termasuk area yang dilarang untuk mengabadikannya. Namun demikian secara diam-diam pak Herjuno berhasil mengambil videonya.
Yang menarik lagi adalah pada sarkofagus(kotak mayat) ada yang dilukis, ada pula yang diukir atau memakai patung kepala mayat. Dari ukiran patung digambarkan si mayat menggunakan rambut yang panjang dan bertatahkan berlian, menggambarkan supaya ruh mengenal wajahnya pada hari kebangkitan nantinya. Kalau dilihat dari muka mayat, penduduk asli Mesir berkulit terang rambut agak keriting,  berbeda dengan penduduk asli negara-negara Afrika lainnya, rata-rata berkulit gelap.
Ba’da ashar kunjungan ke museum berakhir, perjalanan berlanjut ke masjid Al Azar.

Mummy Anak dan Macam-macam Sarkofagus

Pandangan Lantai 1 dari Lantai 2

Sarkofagus dibungkus dengan semacam kain
Masjid Al Azar
Masjid Al Azar.   Perguruan tinggi Al Azar tidak lepas dari keberadaan masjid Al Azar. Salah satu masjid tertua yang dibangun tahun abad 10 Masehi atau abad ke 4 Hijrah pada saat pemerintah khalifah Fatimiyah. Pemberian nama Al Azar sebagai isyarat kepada Zahra, putri Nabi yang nama lengkapnya Fatimah Az-Zahra. Pada saat pemerintah kesulatanan Mamluk dibangunan perguruan tinggi Islam pada abad 13 Masehi.



Terletak Azar St, kawasan perkantoran dan jasa/ pertokoan,di selatan pemukiman yang padat. Bus sampai sore, tampaknya kesulitan mencari parkir, berputar-putar beberapa kali belum dapat juga. Akhirnya rombongan di drop di depan masjid Al Azar.   Emir Djaharks El-Khalili. Memang suasananya pasar banget, kayak di Sukawati, Denpasar atau  Grand Bazar Istambul, Chaktuchak di Bangkok, I Szamu Vasarc Sarnoc di Budapest, Jema El Fina di Makaresh atau Paddys Market di Sidney.
Salah satu sudut Pasar Khalili
   Segera berhamburan rombongan turun menuju pasar Khanel Khalili, pusat pertokoan souvenir yang paling tua. Betapa tidak sudah ada sejak abad 14 (tahun 1350an Masehi) pada saat pemerintahan dinasti Mamulk. Pendirinya adalah seorang pegawai kerajaan yang bernama

Berharap ketemu mahasiswa Indonesia yang lagi iseng main di sini (katanya ada ribuan mahasiswa Indonesia yang sedang sekolah di Mesir).  E..e..benar juga ketemu manusia berwajah-wajah melayu, ternyata mahasiswa kita. Basa-basi sejenak, ujung-ujungnya minta dianterin ke toko souvenir yang bagus dan murah. Benar…letaknya di lantai dua belok beberapa kali, sampailah…berbagai macam cenderamata bisa dipilih dengan harga eknomis, cocok untuk dipajang atau oleh-oleh keluarga di tanah air. Masih di jalan Azar, seberang masjid Al Azar, terletak masjid Hussein, namanya didesikasikan untuk cucu Rasulullah.
Mihrab Imam setelah sholat Magrib
Tak terasa adzan magrib berkumandang, berkemas untuk sholat magrib di masjid Al Azar. masjid seluas satu hektar berdiri kokok dengan warna coklat krem, empat manara dan satu kubah kecil. Lobby dengan atap terbuka menghadang jamaah sebelum masuk ke dalam, seperti layaknya di masjid Nabawi. Karpet biru tua terhampar di ruang sholat, tiang-tiang penyangga berdiri per 6-8 meter. Diantara tiang-tiang dihubungkan dengan balok untuk menggantung lampu dan kipas angin. Sempat sholat tahyatul masjid, iqamah berkumandang menandakan segera dimulai sholat magrib berjamaah. Ya Alloh, aku bersyukur atas karunia dan kesehatan yang Kau berikan kepadaku, sehingga dapat menikmati atas kebesaran rencana dan takdir Mu, dapat menyelami dan merasakan betapa beratnya perjuangan dan syiar Nabi-nabiMu, semoga kami dapat mengambil pelajaran dari semua ini dan menjadi ghirah/penyemangat untuk menambah keimanan dan ketaqwaan di sisa kehidupanku di dunia yang sementara ini.
Masjid Al Azar 

Setelah Sholat Magrib di Masjid Al Azar

Plaza Dalam Masjid Al Azar
Ba’da sholat masih ada waktu untuk sekedar menikmati keindahan masjid di dalam dan di laur ruangan. Sayang suasana malam tidak mampu mengagumi lebih detil suasana historis keberadaan masjid ini.
Di luar bus sedang menunggu rombongan untuk segera pulang ke hotel, perut sedang melantunkan lagu keroncong kemayoran. Rupanya terjadi miskomunikasi, sehingga salah seorang jamaah tertinggal di bus sehingga tidak bisa kemana-mana.

Mensyukuri nikmat dengan berdoa
Hari ke-8, 6.4.2019
Hari terakhir perjalanan panjang selama tujuh hari. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari wisata ibadah ini, diantaranya perjuangan para Nabi dan Rasul sebagai pembawa risalah tentang ke-taukhid-an mengalami hambatan dan tantangan yang rrrruarrrr biasa (tidak hanya sekedar luar biasa). Kalau dibandingkan dengan kehidupan kita selama ini, pada zaman ini, kayaknya tidak ada apa-apanya, menyerempet saja tidak. Tantangan kehidupan beribadah, baik dalam aspek Habluminalloh maupun Habluminannas, masih banyak dan panjang. Ibadah kita masih jauh dari konsistensi nabi Musa dari agitasi Fir’aun, kesabaran menghadapi kebandelan/ke-ngeyel-an bani Israel atau penderitaan rakyat Palestina terhadap penjajahan zionisme Yahudi Israel. Akhirnya semoga perjalanan ini bisa menambah keimanan dan lebih mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan Alloh kepada kita semua.


'Amr bin Ash
Masjid 'Amr bin Ash.
Sebelum ke bandara, rombongan mampir dulu di masjid Amr bin Ash yang terletak dikawasan Fussthat, searah ke arah bandara. Kawasan seluas 1,5 hektar-an, bangunan dengan desain sederhana seperti layaknya benteng berwarna coklat. Dibangun pada abad 6 Hijrah.
'Amr bin Ash adalah salah satu sahabat Rasulullah yang awalnya adalah musuh Islam. Atas takdir Alloh menganugerahkan rahmat dan hidayah sehingga mengikuti ajaran Muhmammad dan bahkan menjadi seorang pejuang yang militan dalam membela Islam.  Beliau adalah seorang penglima yang membebaskan bangsa Mesir dari cengkeraman penguasaan kekaisaran Romawi. Atas keberhasilan penaklukan, Umar bin Khattab mengangkat beliau untuk menjadi gubernur Mesir.
Masjid  'Amr bin Ash

Saat menjabat Gubernur hendak membangun masjid. Tapi terkendala pada kepilikan tanah-nya. Sebagian tanahnya milik orang Yahudi dan yang bersangkutan tidak berminat untuk menjualnya. Pun dilakukan dengan berbagai cara, tidak mau menjualnya. Bahkan, karena merasa diintimidasi, pemilik melaporkan masalahnya ke khalifah di Medinah. Setelah mengerti duduk persoalannya, Umar bin Khattab tidak memberikan nasihat apapun hanya titip sesuatu untuk diberikan kepada Amr bin Ash. Begitu menerima barang tersebut, berupa seruas tulang dipotong dengan pedang yang tajam, sehingga hasil potongan tampak runcing, Amr bin Ash bergetak hatinya, lemas dan tertunduk lesu. Walaupun tidak disamapaikan secara oral, makna pesan tersebut sangat dalam sekali. Jangan berbuat dzalim terhadap harta siapapun. Suatu ajaran adab atau budi pekerti ala Islami yang sangat menghormati hak privat seseorang, siapapun dia tidak peduli suku, status bahkan agamanya. Orang Yahudi sangat terkesan dengan sikap dan respon khalifah, sehingga diapun mualaf dan mewakafkan tanahnya untuk digunakan sebagai masjid, yang saat ini sedang kami kunjungi. 

Masjid 'Amr bin Ash

Pintr depan Masjid 'Amr bin Ash
Seperti layaknya masjid yang ada di timur tengah, di tengah bangunan masjid terdapat ruang terbuka dimana ditengahnya dibangun pancuran untuk wudhu dan minum jamaah. Karpet merah terhampar di lantai masjid. Tiang-tiang measjid berjejer menopang atap bangunan. Kami melaksanakan sholat berjamaah dhuhur  dijama' dengan ashar.

Terakhir tempat kunjungan jelajah jejak rasul, selanjutnya bus menuju bandara Cairo International Airport. Sampai di bandara rombongan terbagi menjadi tiga rombongan, melanjutkan wisata ke Istambul, ibadah umroh ke Mekkah (via Jeddah) dan kembali ke tanah air. Selamat sahabat semoga perjalanan dan ibadah berjalan lancar dan yang beribadah mudah-mudahan menjadi umroh yang mabrur dan mabruroh. Pesawat Oman Air menunggu membawa rombongan ke Jakarta via Abu Dabi. Alhamdulillah perjalanan lancar sampai tujuan, rumah masing-masing atau destinasi lanjutan lain-nya dengan selamat.

Masjid 'Amr bin Ash
Pintu Gerbang Museum Nasional Mesir
Replika Patung Samiri
Gedung-gedung Tinggi sepanjang Sungai Nil




Tidak ada komentar: