Rabu, 28 Juli 2010

Sidney in a Minute.


Dalam suatu kesempatan untuk mengikuti FIG, Ikatan Surveyor Internasional, di Sidney pada tanggal 12-19 April 2010 yang lalu, kami sempatkan untukmengunjungi beberapa tempat wisata favorit . Sidney, ibukota negara New South Wales, berpenduduk 4 juta. Kota multi etnis dengan berbagai imigran dari seluruh penjuru dunia, hampir semua ada di sini. Yang paling mudah di identifikasi adalah keberadaan rumah makan khas dari berbagai penjuru dunia, Kazhakstan, Portugis, Nepal, Vietnam, Korea  dan lain-lain. Tentu saja pemilik atau pegawai dari restoran tersebut ada yang berasal dari asal negara makanan yang dijual. Konon Gubenur NSW yang sekarang, Ms. Marie Bashir, adalah imigran dari Lebanon.

1.  Sidney Opera House. Mungkin tidak ada orang yang tidak tahu bahwa Sidney Opera
Opera Haouse - Pandangan dari Circular Quay
House merupakan ikon-nya kota Sidney. Walaupun dibangun baru pada pertengahan abad 20, karena ke-spektakuler-an desain bangunan, bangunan ini lebih populer dibandingkan tempat yang lain, Harbour Bridge misalnya.
Harbour Bridge dari Sidney Opera House
Suatu kebanggaan tersendiri bagi para seniman dunia untuk dapat tampil di tempat ini. Musisi Indonesia 
yang bisa tampil di tempat baru beberapa, diantaranya Adie MS, Jayasuprana.

Gedung Utama
Pandangan dari Pintu barat Royal Garden
Macquirre Point
Di desain oleh arsitek  Jan Utzon, warga negara Denmark, setelah memenangi lomba yang diikuti oleh para arsitek kaliber dunia. Ide desain bangunan ini adalah tempurung/ rumah keong yang banyak dijumpai di pantai Sidney -Sidney merupakan kota pelabuhan paling sibuk di Australia-. Yaitu dengan mencukil secara melintang dari atas tempurung menjadi empat  dan meletakkan di beberapa tempat yang bersebelahan.  Jadilah empat bangunan berbentuk cukilan tempurung keong dengan bentuk dan arah yang berbeda-beda. Artistik. 
Ruang pertunjukkan terdiri dari 3 bangunan dengan kapasitas yang berbeda. Jadwal pertunjukan sudah disusun beberapa bulan sebelumnya. Konon dalam setahun sebanyak 3000 pertunjukan di lakukan dan disaksikan 2 juta-an pengunjung. Penjualan e-ticket dan sinopsis musisi yang akan tampil dengan mudah dapat di akses di www.sidneyoperahouse.com.
Agenda Pertunjukan
Bahkan petunjukkan ini menjadi paket wisata yang dikemas rapi dan menarik.     Bersebelahan dengan Sidney Opera House membentang luas Royal Botanical Garden. Taman seluas 30 ha dan gratis. Yang menarik adalah terlihat seorang petugas dengan berbekal notebook mencatat secara langsung kondisi pohon secara online. Salah satu yang menjadi tempat favorit untuk foto-foto dengan latar belakang gedung opera adalah Mrs. Macquirres Point.
Royal Botanical Garden (30 ha)
2. The Rock.
Harbour Bridge
Kapal pesiar Rhapsody of the Sea
Circular Quay adalah dermaga tempat kapal ferry siap mengantar wisatawan untuk menikmati sidney dari perairan. Di sisi yang lain digunakan sebagai tambatan kapal pesiar antar samudra. Berseberangan dengan pelabuhan kapal samudra adalah tempat wisata sejarah, the Rock.  Sidney Opera House juga sehamparan dengan tempat ini.
Pada saat itu sedang kapal pesiar Rhapsody of the Seas. Kapal pesiar ukuran jumbo dengan panjang x lebar 150 x 50 meter-an, bertingkat 8 .

Dilengkap dengan 20-an kapal sekoci menggantung di kanan kiri kapal untuk keperluan accident. Tampaknya kapal akan mulai perjalananya ke samudra Pasifik.
Circular Quay in the night

Harbour Bridge in the night
The Rock Map
Beberapa penumpang sudah mulai memasukkan koper dan barang lain ke dalam bagasi kapal.  Berdiri  dari menara pelabuhan tampak beberapa fasilitas outdoor kapal pesiar, antara kolam lain renang, olahraga panjat tebing dan lain-lain. 
Bangunan desain kuno dengan gaya Gothic tampak menonjol di sekitar Circular Quay. Walaupun ketinggian bangunan terlalu rendah dibandingkan bangunan modern lain, tetapi bangunan tersebut mempunyai nilai historis yang sangat berharga.  The Rock, tempat bersejarah bagi bangsa Australia, tempat ini pertama bangsa Eropa menginjakkan kakinya dan mengubah bumi peradaban bangsa asli Aborigin.
Jembatan Harbour berdiri megah menghubungkan daratan Sidney bagian utara dan selatan, yang dipisahkan oleh teluk Sidney. Bangunan antik klasik yang terbuat dari baja dengan warna hitam tampak kekar dan angker.  Keunikan dari wisata di jembatan ini adalah Bridge Climb. Pengunjung diuji nyalinya untuk menaiki
puncak jembatan setinggi 130 meter menyusuri lengkungan jembatan. Selain ditemani instruktur yang handal berpengalaman, tidak semua turis diperbolehkan mengikuti tour ini. Hanya turis yang lolos seleksi kesehatan dan tidak mempunyai penyakit bawaan yang diijinkan. Dengan membayar Aus$130 kita akan diuji nyalinya untuk melihat kota Sidney dari sisi yang lain.

3. Katoomba – Blue Mountain-Bondi. Secara tidak sengaja rombongan kami bertemu seseorang yang berwajah melayu di salah satu pusat perbelanjaan di jalan dekat hotel Hilton. Kenalan dan persapaan merupakan satu hal yang harus dilakukan untuk bisa mengenal lebih dekat situasi di Sidney. Siapa tahu teman baru kita ini bisa membantu.  E..e.. nggak tahunya Arema juga, namanya Samsul.

Samsul Arema & Istri
Ki-Ka: Virgo,Endri,Irawan,Gunawan,Tamtomo
Arema yang kelahiran daerah Kota Lama di kota Malang ini sudah puluhan tahun merantau ke Sidney, malahan anak yang kedua lahir di negara Kanguru ini. Dan kebetulan lagi, beliau ini ber-bisnis di bidang transportasi.
Wuah kebetulan sekali. Pada hari ketiga kami di Sidney, mas Samsul dengan kendaraan Toyota-nya mengantar kami ke tempat wisata di luara kota. 




Sesuai dengan kesepakatan jam 08.00 kami berlima   (p Tamtomo, p Irawan, p Gunawan, p Virgo).....ada tambahan satu (p Hasanudin, dosen ITB)
Plasa Echo Point
mulai perjalanan.
Sesuai dengan saran mas Samsul, kami menuju ke Blue Mountain, ke arah kota Bathrust, arah barat  dari kota Sidney.
Menggunakan jalan raya no 32 (Great Western Hwy) Kondisi jalan ke luar kota mulus, walaupun bukan jalan tol. Semakin menjauh ke luar kota, lalu lintas kendaraan semakin jarang. Beberapa kali ketemu bus wisata. Di suatu tempat Woodford Bends, suatu rest area luas yang bisa digunakan untuk berkemah, kami berisitirahat untuk memberi kesempatan kepada para ahli hisab (smoker) untuk melepaskan hobinya.

Daratan Austalia merupakan batuan kering. Di beberapa wilayah mempunyai kesamaan tipe batuan. Demikian juga dengan Taman Nasional Blue Mountain (TNBM).  Adalah gugusan tebing-tebing curam dengan kenampakan batuan yang menonjol. Membentang sepanjang  puluhan kilometer. 
Echo point merupakan taman bagi para pengunjung sebelum menikmati indahnya TNBM. 
Gardu pandang Queen Elizabeth
Three Sisters in Katoomba
Gardu pandang di  Jamison Valley  dibangun di atas tebing yang sangat curam. Bangunan dua trap didesain sedemikian rupa sehingga memanjakan pengunjung untuk memandang  hamparan lembah hijau dan di kejauhan terbentang
tebing-tebing curam. Pada sisi sebelah kiri, terdapat 3 tebing curam yang menyerupai tiga sosok manusia. Three Sisters adalah julukan ketiga batuan tersebut. Konon, menurut legenda masyarakat, adalah 3 orang putri suku Katoomba yang jatuh cinta dengan 3 pemuda suku Nepean. Keturunan kedua suku tersebut dilarang untuk jatuh cinta, apalagi menikah.
Scenic World, Katoomba
Larangan dilanggar, pertempuran terjadi. Tetua suku Katoomba menyihir ke-3 wanita menjadi batu, dengan harapan setelah perang usai, batu tersebut akan dikembalikan menjadi 3 wanita seperti semula. Apa daya sang dukun terbunuh dalam pertempuran.  Sang wanitapun tetap menjadi batu.
Di seberang tampak obyek wisata lain, Scenic World.

Untuk menuju lokasi ini kami harus memutar. Scenic World adalah wisata pertambangan, khusus tambang batubara.   Lokasi tambang berada di bawah tebing curam sedalam 100-an meter. Untuk menuju ke lokasi, tersedia kereta  dengan atap terbuka dengan pelindung berupa kawat –kawat baja.

Dapat dimengerti karena kereta akan masuk kedalam bukit batu terjal dan tajam. Beberapa diorama dibangun untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Kereta dorong yang berisi batubara warna hitam di atas rel. Di belakangnya tampak gua dengan penerangan yang temaram.  Jalan setapak berupa jembatan kayu dibangun menempel pada tebing.  Informasi dan data tentang  situasi pada saat itu memberi gambaran kepada pengunjung untuk  bisa merasakan suasananya.    Bagi pelancong yang gemar treking, tersedia jalur khusus jalan setapak dengan berbagai jalur dan informasi yang lengkap tentang tingkat kesulitan -nya. Di ujung jalan telah menunggu kereta gantung dengan kapasitas lebih besar dan lebih modern untuk mengantar pengunjung naik ke atas.
Bondi beach
Bondi beach
Obyek selanjutnya adalah pantai Bondi. Pantai di laut Tasmania yang terletak di barat kota Sidney.  Kota Bondi  dengan topografi yang tidak datar. Namun demikian pantai-nya tidak semuanya curam. Di salah satu teluk yang bernama Bondi Bay yang terletak di Queen Elizabeth Drive, merupakan pantai landai yang sangat indah. Bahkan Kuta di Bali tidak kalah indahnya.
Bondi beach
View from La-Perouze to Sidney Int.Airport
La Perouze gate
Heran...kenapa pantai-pantai di Bali dominan orang-orang Aussi, perasaan pantainya lebih bersih & indah.
La Perouse, lapangan golf papan atas di Sidney.  Sebagai golf-er amatir, p Irawan-pTamtomo-p Virgo, tidak meluangkan waktu untuk mencoba kesulitan di lapangan golf ini.
Mercusuar
Circle of Water
Dok tenggara
Musium Maritium
Darling Harbour view from Novotel Hot
Sayang sekali di hari yang sudah direncanakan lapangan tidak melayani tamu alias tutup. Waahh....
        
4. Darling Harbour. Tempat kongkow keluarga yang paling lapang dan lengkap fasilitasnya.  Hotel, restorant, convention centre, museum, taman dan yang
lain adalah beberapa contoh fasilitas yang tersedia di lokasi ini. Sidney Convention Centre adalah fasilitas konferensi yang lengkap dan modern, tempat
dimana kami melangsungkan kongres FIG. Museum maritim menyajikan berbagai jenis kapal yang bersandar di pelabuhan. Kapal selam, kapal perang,
kapal tradisional berjejer rapi. Pengunjung dipersilahkan masuk kedalam kapal , seorang guide lengkap dengan pakaian kelasi siap memandu pengunjung.
Di tengah taman berdiri megah mercu suar. Pengunjung boleh naik ke puncak mercusuar. Tentu saja pengunjung harus membayar Aus$ 5-10 per orang.
Restoran dengan berbagai aneka masakan, seafood, fastfood dan yang lain tersedia, sesuai dengan kantung. Bioskop 3 dimensi, 2 dimensi juga ada.
Tidak pingin apa2, dipersilahkan duduk-duduk di bangku yang banyak tersedia di sekeliling pelabuhan. Seniman jalanan dengan berbagai atraksi menarik,
menjadi pilihan lain. Toko berbagai perlengkapan, souvenir, sepatu, baju dengan berbagai merk dan harga tersedia di bangunan panjang berlantai dua,
di seberang hotel Novotel (tempat kami menginap). Lengkap.
Oh ya...dengan menumpang trem listrik, dua kali stop, kita dapat mengunjungi Paddys Market. Ini bukan grup-nya Paddys Cafe yang di Bali itu,

Sidney National Maritim Museum, Darling Harbour
tapi pasar murah untuk souvenir, sayur mayur dan warung makan. Berbagai souvenir khas negeri kanguru, digderido (alat musik suku aborigin),t-shirt-boomerang-lukisan-tas-dll, terjual dengan harga murah meriah. Maklum sebagian besar buatan China dan Indonesia...lho? Belakangan baru tahu, di suatu pameran kerajinan di Jakarta. Di salah satu stand dari Pemda Kab.Sumedang memajang alat musik digderido. Dan ternyata sudah dieksport ke Aussi. Nah lho. Di los belakang adalah pasar sayur dan buah-buahan. Seger dan ranum. Buah srikaya seberat 3 kilo dijual dengan harga Aus$7-8. Lumayan bisa untuk oleh-oleh istri tercinta, buah kesenangan.
Paddys Market

Senin, 19 Juli 2010

Doa Malaikat

Ini diterima dari seseorang yang mengirim melalui sms.


1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Sabda Rasul saw : barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa : Ya Allah, ampunilah hambaMu si fulan karena tidur dalam keadaan suci (HR Ibnu Hibban).dirangkum dari sms seseorang yang selalu menyiarkan siarNya secara rutin.

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu sholat. Sabda Rasul saw: Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu sholat, kecuali para malaikat akan mendoakan : Ya Allah, ampunilah ia dan sayangilah (HR Muslim).

3. Orang yang berada di barisan dalam sholat berjamaah. Sabda Rasul saw: sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada orang2 yang berada pada shaf-shaf terdepan (HR Abu Dawud & Ibnu Khuzaimah).

4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah. Sabda Rasulullah saw: Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf (HR Ahmad, Ibnu majjah, Ibnu Khuzaimah,Hibban dan Hakim).

5. Para malaikat mengucapkan Amin ketika imam membaca Al Fatihah bertepatan dengan ucapan makmum pada sholat berjamaah (HR Bukhori)

6. Orang yang duduk ditempatknya setelah melakukan sholat. Rasul saw: Para malikat akan selalu berdoa kepada salah satu diantara mereka selama ida dalam tempat sholat dimana ia melakukan sholat, selama wudhunya belum batal (HR Ahmad).

7. Orang-orang yang melakukan sholat shubuh dan ashar berjamaah. Sabda Rasul saw: Allah swt bertanya kpd malaikat yg bertugas siang malam,'bagaimana kalina meninggalkan hambaKu?' Mereka menjawab: kami datang sedangkan mereka sedang melakukan sholat berjamaah dan kami tinggalkan mereke sedang melakukan sholat jamaah, maka ampunilah mereka pada hari kiamat (HR Ahmad).

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengatahuan orang yang didoakan (HR Muslim)

9. Orang-orang yang berinfak. Rasul saw: tidak satupun hari dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantaranya berkata:' Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak' Dan lainnya berkata:'Ya Allah hancurkanlah orang yang pelit'(HR Muslim).

10. Orang yang sedang makan sahur. Rasul saw: Sesungguhnya Allah & para malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sedang makan shahur (HR Ibnu Hibban ; Thabrani)

12. Orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Rasul saw: keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yg paling rendah diantara kalian.Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yg di dalam lubangnya dan ikan, semua bersholawat kpd orang yg mengajarkan kebaikan kpd orang lain (HR Tirmidzi).


Minggu, 11 Juli 2010

Europe Tour[1].paris.salsasua

Rute Tour de Europe

Dalam rangka mengisi cuti musim panas, yang selalu ditunggu warga yang hidup di negara dengan 4 musim, saya diajak berkeliling Eropa darat bagian barat. Selain itu untuk menikmati fasilitas bebas visa bagi negara yang tergabung dalam Europe Union. Pimpinan rombongan sekaligus pemilik mobil, Agusta, adalah dosen IPB yang telah selesai menyelesaikan studi Doktor di salah satu universitas di kota Stuttgart, Jerman. Mobil kesayangan pemilik, vw golf tahun 1980-an warna putih susu, menemani kami berempat (2 rekan lagi yaitu Calveyn dan Ipranto) berlanglang buana menjelejah jalanan di kawasan utara dan selatan benua eropa bagian barat.


Sebelum keberangkatan, booking youth hostel merupakan suatu keharusan untuk turis klas backpacker. Informasi banyak tersedia di beberapa travel agent. Dengan membayar 15-20 DM/ orang/malam sudah mendapat jaminan dapat tempat bermalam di tempat-tempat tertentu yang sudah dipesan. Tentu saja jangan mengharapkan hotel berbintang. Untuk akomodasi selama perjalanan, sudah disepakati bantingan sebanyak 500 DM. Sangat murah.

Endri-Agusta-Kalveyn-Ipranto


Hari 1-2.  Paris. Jam 13.30 seusai sholat Jum'at Stuttgart-Karslruhe-Saarbruken-Metz-Rei-Paris rute yang dipilih pak sopir (Agusta) untuk perjalanan pada hari pertama dan diharapkan bisa bermalam di Paris. Peta Eropa daratan merupakan salah satu syarat utama yang haru ada di mobil untuk mulai touring darat. Salah satu keuntungannya adalah semua informasi tersedia cukup jelas dan akurat dalam peta, seorang awam-pun jika jeli akan mudah untuk mencari suatu titik lokasi. Pengalaman Calveyn sebagai ahli peta, tentu saja akan sangat dalam membantu driver untuk orientasi posisi dan lokasi. Start dari Tallstrasse 28 (flat kami), rombongan meninggalkan Stuttgart, setelah terlebih dulu isi premium di pom bensin depan flat.

Plasa de Eiffel



Menjelang tengah malam posisi masih di jalan menjelang masuk kota Paris. Apa boleh buat, sang sopir ngantuk, beristirahat sejenak di rest area. Oh ya... penumpang lain tidak ada yang mempunyai SIM International, ya.. harap maklum dan terima kasih kepada Agusta, yang sepanjang perjalanan harus nyopir sendirian. Dengan menggelar tikar seadanya - ada yang di mobil- kami berusaha tidur, walaupun hanya tidur-tidur ayam. Menjelang matahari terbit, se-usasi sholat subuh, mobil sudah meluncur menuju Paris. Tepat jam 8.30 kota -nya Napoleon sudah menunggu untuk disantap pemandangannya.



Paris memang indah dan menawan dengan sungai Seine-nya. Menara Eiffel yang kesohor seantero dunia memang indah dan cantih sekaligus gagah perkasa. Tiang-tiang besi penyangga sebanyak 18.000 saling mengait antar 1 dan lainnya dg menggu nakan setengah juta paku, menjulang tinggi ke langit setinggi 300-an m. Walaupun bukan merupakan bangunan tertinggi, tapi kita semua terasa kecil berada di bawah-nya. Bagaimana ya rasanya berada di sana ...walauhalam bisawab.
Taman di menara Eiffel yang membentang seluas 2 kali lapangan sepakbola sangat lapang, menyatu dengan menara itu sendiri. Bangku-bangku taman yang berjajar rapi memanjakan pengunjung untuk duduk berlama-lama dan menikmati anak-anak asik bermain sepatu roda. Untuk mengitari seluruh taman mustahil dapat dilakukan dengan batas yang ada, Agusta mengajak kami naik metro.

Champs Elysees, Paris

Lumayan. Ciri khas kota Paris, banyak sekali taman dan tempat-tempat terbuka. Berbagai tugu, patung dan air muncrat yang menghiasi taman-taman tersebut. Patung raja Lois VI yang terkenal termasuk salah satu patung yang ada. Tampak gagah dan macho sedang menunggang kuda tanpa pakaian. Waktu dua jam terasa sangat kurang untuk menikmati pemandangan, apalagi kalau naik ke atas menara, yang untuk antri saja mengular panjang. Butuh waktu beberapa jam untuk bisa dapat giliran naik ke atas menara. Selanjutnya menikmati keindahan dan kelegaan jalan lebar sepanjang Avenue des Elleyse yang berujung pada menara kotak, Arc de Triomphe. Pedestrian yang lapang dan berbagai restoran musim panas membentang sepanjang jalan. Beberapa seniman jalanan menunjukan kebolehan dan mengharap 1-2 fr dari pengunjung. Kreatif. Suasana yang menghibur ini menyebabkan perjalanan di sepanjang avenue terasa tidak penat.

Taman Kota
Pelukis Jalanan

Patung Lois XIV




Arc de Trump, Paris

Lokasi lain yang tidak terlalu jauh adalah Plaza Notre Dam, yaitu lokasi museum Lovre yang sangat terkenal. Berbagai koleksi seniman dunia, al. Monalisa, disimpan di museum ini. Belakangan digunakan sebagai lokasi pembuatan film Da Vinci Code. Di suatu tempat telpon umum, kami sempat melakukan kontak langsung ke tanah air dengan istri di kota Bengkulu. Mudah sekali hanya menggunakan kartu telepon yang dijual 10-15 Fr. Sambil menikmati lunch yang bawaan dari rumah, pelancongan berasa cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan jam 16.30.
Perjalanan masih panjang, Paris segera berakhir...ciao..

Museum Notre Dam



Walaupun masih belum puas, perjalanan harus dilanjutkan. Tujuan berikut adalah kota Madrid, ibukota Spanyol. Tepat jam 17.00 kami meninggalkan Paris dengan tujuan mencari tempat nginap yang sudah dipesan di Stuttgart. Sesuai dengan petunjukdi peta, lokasi penginapan berada di luar kota Paris. Diperlukan waktu yang lumayan lama untuk menyusuri jalan-jalan sepi, karena waktu sudah menunjukan jam 22.00 lebih. Peran co-driver sebagai penunjuk jalan sedang diuji. Satu-dua orang berjalan dan menjadi sasaran untuk bertanya. Akhirnya ketemu juga tempat yang dituju..tapi koq sepi, di bel tidak ada sambutan dan tidak ada tanda-tanda penghuni, waah gawat...bakal nggak tiduran lagi di kasur. Kasihan Agusta, bakalan nggak tidur di kasur lagi nih.....Diputuskan untuk jalan terus mencari penginapan yang lain di kota selanjutnya, Blois.

Hari ke-3. Salsasua.Penginapan sederhana, lumayan untuk rehat semalam. Tidak tersedia sarapan, untung masih ada makanan semalam. Esok hari...walaupun agak kesiangan, nggak apa-apa..jam 9.15 sinar matahari menyeruak di musim panas ini. Kali ini rute yang akan ditempuh Blois-Tour-Bayone-Irun-San Sebastian-Salsasua. Setelah melewati kota Tour tertarik pada sebuah plang penunjuk arah yang bertuliskan secara terbalik, yaitu menuju kota Bordeaux. Konon maksudnya melalui jalan lama. Walaupun ada jalan tol, serasa lebih nyaman lewat jalan normal, karena pemandangan dan suasana yang perancis banget...dan yang jelas kualitas jalan nggak ada bedanya...mulusss, hampir tidak menjumpai jalan yang berlobang atau sedang direhab. Gimana caranya ya....??

Plang Lalu Lintas Menuju Kota Bourdeux

Melewati kota Tour, jadi teringat lomba balap sepeda Tour de France yang sangat terkenal. Untuk menghindari pembengkaan konsumsi dalam rangka makan siang atau makan malam, sasaran pertama yang dicari di setiap persinggahan di suatu kota adalah makanan fastfoot, KFC, atau yang sejenisnya. Selain harga murah meriah dan menu-nya jelas, lebih gampang membedakan antara poulet dan porc, ayam atau babi. Restoran cepat saji dapat ditemukan di kota kecil Bayone.
Letak nya cukup strategis di perempatan jalan besar dengan papan besar dan dari jauh sudah terlihat.
Secara geografis, dari kota ini rute bisa langsung ke arah barat menuju Madrid, tetapi kami pingin mencoba rute lain ke arah utara, melewati kota San Sebastian. Mengingatkan akan kota yang masih menyimpan masalah bagi negara Spanyol, gerilyawan Basque. San Sebastian adalah kota yang terletak di pantai utara daratan Eropa-Spanyol.
Tidak banyak waktu untuk menikmati pemandangan kota ini karena tujuannya hanya untuk numpang lewat saja. Apalagi hari sudah sore. Selepas kota San Sebastian, perjalanan dilanjutkan ke arah selatan. Untuk penginapan diharapkan dapat menemukan tempat yang nyaman dan layak untuk istirahat, mengingat sudah dua malam tidur ala kadarnya. Sampai-lah di suatu tempat bernama Salsasua, desa kecil di lereng pegunungan di Spanyol tengah. Saking terpencilnya desa ini, di peta-pun tidak ditemukan lokasinya. Waktu masih sore, udara masih cukup terang. Setelah cek-in di salah satu penginapan, beruntung sekali kalau terlambat beberapa menit saja resepsionis sudah keburu pulang.



Jembatan Lama

Untuk mengisi waktu kosong menjelang magrib, kami untuk melihat suasana desa sekitar. Secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang lelaki tengah baya sedang bersepeda santai. Say helo-pun dilakukan dan basa-basi sebentar, terjadilah pembicaraan singkat, bahwa dia seorang guru SD dan pernah ke Indonesia mengunjungi Tana Toraja. Alamak...di desa yang di peta-pun nggak tercantum, ada seseorang yang menginjak daerah wisata yang terletak ratusan kilometer di utara Makasar, saya sendiri belum tahu, belum pernah kesana. Dalam hati sempat berjanji, pada suatu saat nanti harus bisa kesana. Alhamdulillah keinginan terpenuhi, beberapa tahun kemudian bersama-sama keluarga kami diberi kesempatan untuk menyaksikan dan menikmati keindahan Tana Toraja.

Jumat, 09 Juli 2010

Europe Tour [2].lisabon.sevilla.

Hari ke-4. Lisabon.
Penginapan lumayan bagus dan bersih. Sekamar berdua dengan kamar mandi di dalam. Rupanya bagian dari asrama sekolah. Sarapan pagi disiapkan pada jam 7-8. Rencana hari meluncur ke arah selatan menuju Madrid, kotanya club terkenal Real Madrid. Rute yang akan dilalui Salsasua-Tolosan-Vitoria Gasteiz-menyusur jalan E5-Miranda de Ebro-Burgos.
Burgos, Spanyol
Rehat sejenak, sekalian pak Sopir pingin menikmati udara siang kota Burgos. Pada saat menyusuri salah satu jalan di antara superblok apartemen, terdengar suara khas musik spanyol. Wah ada dangdut-an ala Spanyol nih, dalam hati. Tampak dari kejauhan 2-3 orang pengamen jalanan dengan seperangkat alat musik full stereo di atas gerobak sedang menyusuri trotoar jalan. Seorang penyanyi wanita melantangkan suaranya berkaraoke dengan penuh semangat. Semua orang yang berdiri di sepanjang lorong jalan akan mendengar jelas pengamen jalanan tersebut. Beberapa orang penghuni flat membuka jendela melihat sebentar ke bawah dan beberapa diantaranya melempar beberapa koin peso, satu dari dua orang pengamen memungut dan mengumpulkan kepingan-kepingan peso tersebut. Kondisi serupa juga dijumpai di beberapa kota di tanah air, Indramayu, Cirebon, misalnya. Bedanya kalau di negara kita rupiahnya nggak dilempar dan lagunya ndangdut...lha iya lah.
Lunch kali ini seperti biasa, junk food KFC, murah meriah. Perjalanan berlanjut ke selatan mengikuti jalan E5-Aranda de Ebro-Madrid. Madrid adalah kota metro kedua setelah Paris. Kemacetan sudah terjadi memasuki dalam kota. Walaupun tak separah Jakarta, tetapi jauh lebih rame dari Stuttgart.



Pengamen-pun Beraksi Diantara Flat

Madrid memang layak untuk dilihat lebih lama, stadion Noucamp, istana Palacio Real dan masih banyak yang lain belum sempat dikunjungi..sayang...waktu yang memisahkan kita harus segera meninggalkanmu. Hari sudah sore, karena besok pagi harus sudah berada di Lisboa, atau Lisabon, ibukota Portugal.
Menjelang magrib kami bergegas keluar kota Madrid untuk mengejar malam untuk istirahat, menjelang sampai Portugal keesok harinya. Tidak banyak yang bisa dilihat karena perjalanan malam hari dan cukup lengang. Mengikuti arah ke jalan E90, sesuai dengan petunjuk atlas yang selalu dipegang co-driver, Calvyn. Melewati desa-desa Talavera de la Reina- Trujito- Merida, sampailah di kota perbatasan Spanyol-Portugal, Badajoz. Waktu sudah menunjukkan jam 01.30 lebih. Tidak ada rencana untuk menginap di wilayah sini, akhirnya kami rehat seadanya di rest area yang tersedia di salah satu pom bensin. Sempat gamang diantara kami berempat untuk meneruskan perjalanan ke Portugal. Walaupun Portugal sudah tergabung dalam Uni Eropa, artinya di perbatasan tidak akan ada lagi pemeriksaan pasport dan visa, namun karena pada saat itu hubungan diplomatik antar negara Indonesia-Portugal berada pada posisi terburuk karena isu TimTim. Skenario terburuk jika ada penolakan di perbatasan, kita putuskan untuk meluncur ke arah pantai Spanyol selatan.




Hari ke-5. Badajoz merupakan salah satu propinsi dari 6 propinsi yang berbatasan dengan negara tetangga, Portugal. Sungai Guadiana merupakan salah satu sungai terbesar yang membelah di propinsi ini.
Bangun pagi tidak mandi, maklum fasilitas kamar kecil di rest area kurang bagus, air kran keluar nya kecil. Untuk wudhu saja perlu berlama-lama. Sarapan roti seadanya, dengan harapan sampai di Lisabon bisa langsung makan siang. Lumayan ngirit. Tepat jam 6.50 mobil vw golf warna putih susu meluncur ke arah barat menyusuri jalan negara A5 atau A6 ke arah Evora, kota di negara Portugal terdekat di daerah perbatasan. Matahari menyeruak menembus langit dan menerangi sebagian permukaan bumi bagian utara. Dari jauh tampak 5-10 pintu perbatasan, yang terlihat lengang. Mungkin hari terlalu pagi untuk bepergian antar negara tetangga. Dengan ber-bismillah semoga tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan di pintu perbatasan, mobil melaju menuju salah satu pintu yang kosong, tidak ada palang pintu, tidak petugas jaga. Plong...masuk lah ke negara Portugal tanpa hambatan.
Suasana sepanjang jalan, Elvas, Borba,Estremos, tidak jauh berbeda dengan suasana perbedaan di wilayah Spanyol.

Saluran Air Raksasa, Elvas, Portugal

Di kota Elvas kami berhenti sejenak, suatu bangunan yang cukup menarik menyita pandangan kami. Bangunan memanjang layaknya seperti benteng menjulang tinggi. Amoreira Aqueduct memanjang sejauh 7 km. Konon memerlukan waktu 100 tahun untuk membangunnya. Merupakan saluran air untuk kebutuhan air minum warga kota. Fantastik.
Setelah rehat sejenak, perjalanan berlanjut menuju kota Lisabon. Tancap terus Agusta.....
Semakin mendekati kota Lisabon, suasana perkotaan tampak terlihat dengan berbagai bangunan perumahan, apartmen, superblok, lalulintas kendaraan semakin ramai. Untuk jalan outer ring road untuk menuju centro. Melewati jembatan Ponte de Abni yang menyeberang di teluk dimana terletak kota Lisabon. Memandang ke arah timur laut terlihat kokoh berdiri jembatan Vasco de Gama yang membentang dan menyambung daratan Montijo di sebelah selatan teluk Portugal dan Odivelas di daratan sebelah utara. Tujuan utama adalah centro, jantung kota Lisabon yang terletak di pantai. Parkir mobil. Yang paling enak memang jalan kaki sambil cuci mata. Mampir sejenak di Bank de Lisboa yang terletak di Campo des Cebolas untuk menukar mata uang setempat, peseta. Tidak banyak yang perlu ditukar. Menyusuri pedestrian, Conceicao Velha, cukup rame karena kebetulan jam istirahat makan siang. Seniman jalanan yang berpakaian panggung theater mencoba menarik perhatian pejalan untuk sekedar menyaksikan dan mengharap ada yang melempar 1-2 koin keping peseta. Terlihat juga seorang tua homeless yang sedang bermalas-malasan di samping sepeda motor tuanya. Dalam hati seperti berpikir, hebat nian Portugal ini, negara yang tidak sekaya Jerman, tapi mampu menjelajah ke pelosok penjuru dunia, Indinesia diantaranya. Bukan main. Jalan ke arah barat berujung di Plaza del Colmercio merupakan lapang terbuka seluas lapangan bola, di tengah berdiri patung seorang ksatria lengkap dengan baju kebesaran kerajaan dan menunggang kuda, Praca de Figuera. Sekitar plasa merupakan bangunan kuno berdiri kokoh mengitari, termasuk museum nasional di salah sisi. Banyak orang berlalu lalang di sekitar lapangan, termasuk burung dara yang bebas terbang dan mendarat.

Masuk ke Pusat Kota Lisabon
Cenceciao Velha

Pelabuhan Pemberangkatan Armada Vasco de Gama
Trem Lama, Angkutan Kota Lisabon
Seniman Jalanan

Plasa del Colmercio


Pengemis Jalanan
Waktu makan siang telah tiba, Ipranto sebagai bendaharawan rombongan sudah mulai melirik kesana kemari untuk mencari rumah makan cepat saji. Di ujung plaza terlihat papan nama KFC, sasaran yang empuk untuk diserbu untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

Alhamdulillah masih bisa menikmati makan siang dengan nikmat. Tidak lama untuk menghabiskan sepotong dada ayam dan sepincuk kentang goreng, kami kembali lagi melewati Conceicao Velha menuju ke tempat parkir. Mampir sejenak ke dermaga yang terletak di sepanjang jalan Av.Invante Dom Henrique. Konon dermaga ini pertama kali pelaut sekaligus penjelajah kelas dunia, Vasco de Gama, mulai pelayaran nya dan menemukan Tanjung Harapan, ujung selatan benua Afrika. Oh ya.. disekitar taman Campo des Cebolas masih banyak ditemukan trem-trem kuno yang masih berfungsi sebagai alat transportasi kota.
Ba'da ashar, jam 15.20 an, supaya dapat mencapai Sevilla pada malam hari, kita harus segera meninggalkan kota Lisabon.
Perjalanan kembali ke arah timur melewati lagi desa Landeira, mengarah ke selatan mengikuti jalan E1/E4, menuju Setubal-Palmela-Alcacer-Grandola-Beja (aslinya Pak Bejo ?)- dan desa perbatasan Portugal-Spanyol, Aldeira Nova. Masuk wilayah Spanyol, melewati Aracena-Camas- Sevilla. Sevilla kota tua, ibukota propinsi Andalusia.

Salah Satu Jembatan Kota Sevilla

Yang paling berkesan adalah aneka jembatan, punte, yang membentang di sepanjang sungai. Berbagai jembatan dengan desain yang berbeda satu dengan yang lain, sangat..sangat indah dilihat pada malam hari, Punte de las Delicias - punte de Paquito dan yang lain. Karena harus mengunjungi kota Cordoba yang letaknya ke arah utara, maka diputuskan malam itu lanjut dan bermalam saja di kota Cordoba. Esok harinya ke Granada, melewati Sevilla lagi. Agusta masih belum puas melihat-lihat kota Sevilla.