Jumat, 09 Juli 2010

Europe Tour [2].lisabon.sevilla.

Hari ke-4. Lisabon.
Penginapan lumayan bagus dan bersih. Sekamar berdua dengan kamar mandi di dalam. Rupanya bagian dari asrama sekolah. Sarapan pagi disiapkan pada jam 7-8. Rencana hari meluncur ke arah selatan menuju Madrid, kotanya club terkenal Real Madrid. Rute yang akan dilalui Salsasua-Tolosan-Vitoria Gasteiz-menyusur jalan E5-Miranda de Ebro-Burgos.
Burgos, Spanyol
Rehat sejenak, sekalian pak Sopir pingin menikmati udara siang kota Burgos. Pada saat menyusuri salah satu jalan di antara superblok apartemen, terdengar suara khas musik spanyol. Wah ada dangdut-an ala Spanyol nih, dalam hati. Tampak dari kejauhan 2-3 orang pengamen jalanan dengan seperangkat alat musik full stereo di atas gerobak sedang menyusuri trotoar jalan. Seorang penyanyi wanita melantangkan suaranya berkaraoke dengan penuh semangat. Semua orang yang berdiri di sepanjang lorong jalan akan mendengar jelas pengamen jalanan tersebut. Beberapa orang penghuni flat membuka jendela melihat sebentar ke bawah dan beberapa diantaranya melempar beberapa koin peso, satu dari dua orang pengamen memungut dan mengumpulkan kepingan-kepingan peso tersebut. Kondisi serupa juga dijumpai di beberapa kota di tanah air, Indramayu, Cirebon, misalnya. Bedanya kalau di negara kita rupiahnya nggak dilempar dan lagunya ndangdut...lha iya lah.
Lunch kali ini seperti biasa, junk food KFC, murah meriah. Perjalanan berlanjut ke selatan mengikuti jalan E5-Aranda de Ebro-Madrid. Madrid adalah kota metro kedua setelah Paris. Kemacetan sudah terjadi memasuki dalam kota. Walaupun tak separah Jakarta, tetapi jauh lebih rame dari Stuttgart.



Pengamen-pun Beraksi Diantara Flat

Madrid memang layak untuk dilihat lebih lama, stadion Noucamp, istana Palacio Real dan masih banyak yang lain belum sempat dikunjungi..sayang...waktu yang memisahkan kita harus segera meninggalkanmu. Hari sudah sore, karena besok pagi harus sudah berada di Lisboa, atau Lisabon, ibukota Portugal.
Menjelang magrib kami bergegas keluar kota Madrid untuk mengejar malam untuk istirahat, menjelang sampai Portugal keesok harinya. Tidak banyak yang bisa dilihat karena perjalanan malam hari dan cukup lengang. Mengikuti arah ke jalan E90, sesuai dengan petunjuk atlas yang selalu dipegang co-driver, Calvyn. Melewati desa-desa Talavera de la Reina- Trujito- Merida, sampailah di kota perbatasan Spanyol-Portugal, Badajoz. Waktu sudah menunjukkan jam 01.30 lebih. Tidak ada rencana untuk menginap di wilayah sini, akhirnya kami rehat seadanya di rest area yang tersedia di salah satu pom bensin. Sempat gamang diantara kami berempat untuk meneruskan perjalanan ke Portugal. Walaupun Portugal sudah tergabung dalam Uni Eropa, artinya di perbatasan tidak akan ada lagi pemeriksaan pasport dan visa, namun karena pada saat itu hubungan diplomatik antar negara Indonesia-Portugal berada pada posisi terburuk karena isu TimTim. Skenario terburuk jika ada penolakan di perbatasan, kita putuskan untuk meluncur ke arah pantai Spanyol selatan.




Hari ke-5. Badajoz merupakan salah satu propinsi dari 6 propinsi yang berbatasan dengan negara tetangga, Portugal. Sungai Guadiana merupakan salah satu sungai terbesar yang membelah di propinsi ini.
Bangun pagi tidak mandi, maklum fasilitas kamar kecil di rest area kurang bagus, air kran keluar nya kecil. Untuk wudhu saja perlu berlama-lama. Sarapan roti seadanya, dengan harapan sampai di Lisabon bisa langsung makan siang. Lumayan ngirit. Tepat jam 6.50 mobil vw golf warna putih susu meluncur ke arah barat menyusuri jalan negara A5 atau A6 ke arah Evora, kota di negara Portugal terdekat di daerah perbatasan. Matahari menyeruak menembus langit dan menerangi sebagian permukaan bumi bagian utara. Dari jauh tampak 5-10 pintu perbatasan, yang terlihat lengang. Mungkin hari terlalu pagi untuk bepergian antar negara tetangga. Dengan ber-bismillah semoga tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan di pintu perbatasan, mobil melaju menuju salah satu pintu yang kosong, tidak ada palang pintu, tidak petugas jaga. Plong...masuk lah ke negara Portugal tanpa hambatan.
Suasana sepanjang jalan, Elvas, Borba,Estremos, tidak jauh berbeda dengan suasana perbedaan di wilayah Spanyol.

Saluran Air Raksasa, Elvas, Portugal

Di kota Elvas kami berhenti sejenak, suatu bangunan yang cukup menarik menyita pandangan kami. Bangunan memanjang layaknya seperti benteng menjulang tinggi. Amoreira Aqueduct memanjang sejauh 7 km. Konon memerlukan waktu 100 tahun untuk membangunnya. Merupakan saluran air untuk kebutuhan air minum warga kota. Fantastik.
Setelah rehat sejenak, perjalanan berlanjut menuju kota Lisabon. Tancap terus Agusta.....
Semakin mendekati kota Lisabon, suasana perkotaan tampak terlihat dengan berbagai bangunan perumahan, apartmen, superblok, lalulintas kendaraan semakin ramai. Untuk jalan outer ring road untuk menuju centro. Melewati jembatan Ponte de Abni yang menyeberang di teluk dimana terletak kota Lisabon. Memandang ke arah timur laut terlihat kokoh berdiri jembatan Vasco de Gama yang membentang dan menyambung daratan Montijo di sebelah selatan teluk Portugal dan Odivelas di daratan sebelah utara. Tujuan utama adalah centro, jantung kota Lisabon yang terletak di pantai. Parkir mobil. Yang paling enak memang jalan kaki sambil cuci mata. Mampir sejenak di Bank de Lisboa yang terletak di Campo des Cebolas untuk menukar mata uang setempat, peseta. Tidak banyak yang perlu ditukar. Menyusuri pedestrian, Conceicao Velha, cukup rame karena kebetulan jam istirahat makan siang. Seniman jalanan yang berpakaian panggung theater mencoba menarik perhatian pejalan untuk sekedar menyaksikan dan mengharap ada yang melempar 1-2 koin keping peseta. Terlihat juga seorang tua homeless yang sedang bermalas-malasan di samping sepeda motor tuanya. Dalam hati seperti berpikir, hebat nian Portugal ini, negara yang tidak sekaya Jerman, tapi mampu menjelajah ke pelosok penjuru dunia, Indinesia diantaranya. Bukan main. Jalan ke arah barat berujung di Plaza del Colmercio merupakan lapang terbuka seluas lapangan bola, di tengah berdiri patung seorang ksatria lengkap dengan baju kebesaran kerajaan dan menunggang kuda, Praca de Figuera. Sekitar plasa merupakan bangunan kuno berdiri kokoh mengitari, termasuk museum nasional di salah sisi. Banyak orang berlalu lalang di sekitar lapangan, termasuk burung dara yang bebas terbang dan mendarat.

Masuk ke Pusat Kota Lisabon
Cenceciao Velha

Pelabuhan Pemberangkatan Armada Vasco de Gama
Trem Lama, Angkutan Kota Lisabon
Seniman Jalanan

Plasa del Colmercio


Pengemis Jalanan
Waktu makan siang telah tiba, Ipranto sebagai bendaharawan rombongan sudah mulai melirik kesana kemari untuk mencari rumah makan cepat saji. Di ujung plaza terlihat papan nama KFC, sasaran yang empuk untuk diserbu untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

Alhamdulillah masih bisa menikmati makan siang dengan nikmat. Tidak lama untuk menghabiskan sepotong dada ayam dan sepincuk kentang goreng, kami kembali lagi melewati Conceicao Velha menuju ke tempat parkir. Mampir sejenak ke dermaga yang terletak di sepanjang jalan Av.Invante Dom Henrique. Konon dermaga ini pertama kali pelaut sekaligus penjelajah kelas dunia, Vasco de Gama, mulai pelayaran nya dan menemukan Tanjung Harapan, ujung selatan benua Afrika. Oh ya.. disekitar taman Campo des Cebolas masih banyak ditemukan trem-trem kuno yang masih berfungsi sebagai alat transportasi kota.
Ba'da ashar, jam 15.20 an, supaya dapat mencapai Sevilla pada malam hari, kita harus segera meninggalkan kota Lisabon.
Perjalanan kembali ke arah timur melewati lagi desa Landeira, mengarah ke selatan mengikuti jalan E1/E4, menuju Setubal-Palmela-Alcacer-Grandola-Beja (aslinya Pak Bejo ?)- dan desa perbatasan Portugal-Spanyol, Aldeira Nova. Masuk wilayah Spanyol, melewati Aracena-Camas- Sevilla. Sevilla kota tua, ibukota propinsi Andalusia.

Salah Satu Jembatan Kota Sevilla

Yang paling berkesan adalah aneka jembatan, punte, yang membentang di sepanjang sungai. Berbagai jembatan dengan desain yang berbeda satu dengan yang lain, sangat..sangat indah dilihat pada malam hari, Punte de las Delicias - punte de Paquito dan yang lain. Karena harus mengunjungi kota Cordoba yang letaknya ke arah utara, maka diputuskan malam itu lanjut dan bermalam saja di kota Cordoba. Esok harinya ke Granada, melewati Sevilla lagi. Agusta masih belum puas melihat-lihat kota Sevilla.




Tidak ada komentar: