Rute Tour de Europe |
Dalam rangka mengisi cuti musim panas, yang selalu ditunggu warga yang hidup di negara dengan 4 musim, saya diajak berkeliling Eropa darat bagian barat. Selain itu untuk menikmati fasilitas bebas visa bagi negara yang tergabung dalam Europe Union. Pimpinan rombongan sekaligus pemilik mobil, Agusta, adalah dosen IPB yang telah selesai menyelesaikan studi Doktor di salah satu universitas di kota Stuttgart, Jerman. Mobil kesayangan pemilik, vw golf tahun 1980-an warna putih susu, menemani kami berempat (2 rekan lagi yaitu Calveyn dan Ipranto) berlanglang buana menjelejah jalanan di kawasan utara dan selatan benua eropa bagian barat.
Sebelum keberangkatan, booking youth hostel merupakan suatu keharusan untuk turis klas backpacker. Informasi banyak tersedia di beberapa travel agent. Dengan membayar 15-20 DM/ orang/malam sudah mendapat jaminan dapat tempat bermalam di tempat-tempat tertentu yang sudah dipesan. Tentu saja jangan mengharapkan hotel berbintang. Untuk akomodasi selama perjalanan, sudah disepakati bantingan sebanyak 500 DM. Sangat murah.
Endri-Agusta-Kalveyn-Ipranto |
Hari 1-2. Paris. Jam 13.30 seusai sholat Jum'at Stuttgart-Karslruhe-Saarbruken-Metz-Rei-Paris rute yang dipilih pak sopir (Agusta) untuk perjalanan pada hari pertama dan diharapkan bisa bermalam di Paris. Peta Eropa daratan merupakan salah satu syarat utama yang haru ada di mobil untuk mulai touring darat. Salah satu keuntungannya adalah semua informasi tersedia cukup jelas dan akurat dalam peta, seorang awam-pun jika jeli akan mudah untuk mencari suatu titik lokasi. Pengalaman Calveyn sebagai ahli peta, tentu saja akan sangat dalam membantu driver untuk orientasi posisi dan lokasi. Start dari Tallstrasse 28 (flat kami), rombongan meninggalkan Stuttgart, setelah terlebih dulu isi premium di pom bensin depan flat.
Plasa de Eiffel |
Menjelang tengah malam posisi masih di jalan menjelang masuk kota Paris. Apa boleh buat, sang sopir ngantuk, beristirahat sejenak di rest area. Oh ya... penumpang lain tidak ada yang mempunyai SIM International, ya.. harap maklum dan terima kasih kepada Agusta, yang sepanjang perjalanan harus nyopir sendirian. Dengan menggelar tikar seadanya - ada yang di mobil- kami berusaha tidur, walaupun hanya tidur-tidur ayam. Menjelang matahari terbit, se-usasi sholat subuh, mobil sudah meluncur menuju Paris. Tepat jam 8.30 kota -nya Napoleon sudah menunggu untuk disantap pemandangannya.
Paris memang indah dan menawan dengan sungai Seine-nya. Menara Eiffel yang kesohor seantero dunia memang indah dan cantih sekaligus gagah perkasa. Tiang-tiang besi penyangga sebanyak 18.000 saling mengait antar 1 dan lainnya dg menggu nakan setengah juta paku, menjulang tinggi ke langit setinggi 300-an m. Walaupun bukan merupakan bangunan tertinggi, tapi kita semua terasa kecil berada di bawah-nya. Bagaimana ya rasanya berada di sana ...walauhalam bisawab.
Taman di menara Eiffel yang membentang seluas 2 kali lapangan sepakbola sangat lapang, menyatu dengan menara itu sendiri. Bangku-bangku taman yang berjajar rapi memanjakan pengunjung untuk duduk berlama-lama dan menikmati anak-anak asik bermain sepatu roda. Untuk mengitari seluruh taman mustahil dapat dilakukan dengan batas yang ada, Agusta mengajak kami naik metro.
Champs Elysees, Paris |
Lumayan. Ciri khas kota Paris, banyak sekali taman dan tempat-tempat terbuka. Berbagai tugu, patung dan air muncrat yang menghiasi taman-taman tersebut. Patung raja Lois VI yang terkenal termasuk salah satu patung yang ada. Tampak gagah dan macho sedang menunggang kuda tanpa pakaian. Waktu dua jam terasa sangat kurang untuk menikmati pemandangan, apalagi kalau naik ke atas menara, yang untuk antri saja mengular panjang. Butuh waktu beberapa jam untuk bisa dapat giliran naik ke atas menara. Selanjutnya menikmati keindahan dan kelegaan jalan lebar sepanjang Avenue des Elleyse yang berujung pada menara kotak, Arc de Triomphe. Pedestrian yang lapang dan berbagai restoran musim panas membentang sepanjang jalan. Beberapa seniman jalanan menunjukan kebolehan dan mengharap 1-2 fr dari pengunjung. Kreatif. Suasana yang menghibur ini menyebabkan perjalanan di sepanjang avenue terasa tidak penat.
Taman Kota |
Pelukis Jalanan |
Patung Lois XIV |
Arc de Trump, Paris |
Lokasi lain yang tidak terlalu jauh adalah Plaza Notre Dam, yaitu lokasi museum Lovre yang sangat terkenal. Berbagai koleksi seniman dunia, al. Monalisa, disimpan di museum ini. Belakangan digunakan sebagai lokasi pembuatan film Da Vinci Code. Di suatu tempat telpon umum, kami sempat melakukan kontak langsung ke tanah air dengan istri di kota Bengkulu. Mudah sekali hanya menggunakan kartu telepon yang dijual 10-15 Fr. Sambil menikmati lunch yang bawaan dari rumah, pelancongan berasa cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan jam 16.30.
Perjalanan masih panjang, Paris segera berakhir...ciao..
Museum Notre Dam |
Walaupun masih belum puas, perjalanan harus dilanjutkan. Tujuan berikut adalah kota Madrid, ibukota Spanyol. Tepat jam 17.00 kami meninggalkan Paris dengan tujuan mencari tempat nginap yang sudah dipesan di Stuttgart. Sesuai dengan petunjukdi peta, lokasi penginapan berada di luar kota Paris. Diperlukan waktu yang lumayan lama untuk menyusuri jalan-jalan sepi, karena waktu sudah menunjukan jam 22.00 lebih. Peran co-driver sebagai penunjuk jalan sedang diuji. Satu-dua orang berjalan dan menjadi sasaran untuk bertanya. Akhirnya ketemu juga tempat yang dituju..tapi koq sepi, di bel tidak ada sambutan dan tidak ada tanda-tanda penghuni, waah gawat...bakal nggak tiduran lagi di kasur. Kasihan Agusta, bakalan nggak tidur di kasur lagi nih.....Diputuskan untuk jalan terus mencari penginapan yang lain di kota selanjutnya, Blois.
Hari ke-3. Salsasua.Penginapan sederhana, lumayan untuk rehat semalam. Tidak tersedia sarapan, untung masih ada makanan semalam. Esok hari...walaupun agak kesiangan, nggak apa-apa..jam 9.15 sinar matahari menyeruak di musim panas ini. Kali ini rute yang akan ditempuh Blois-Tour-Bayone-Irun-San Sebastian-Salsasua. Setelah melewati kota Tour tertarik pada sebuah plang penunjuk arah yang bertuliskan secara terbalik, yaitu menuju kota Bordeaux. Konon maksudnya melalui jalan lama. Walaupun ada jalan tol, serasa lebih nyaman lewat jalan normal, karena pemandangan dan suasana yang perancis banget...dan yang jelas kualitas jalan nggak ada bedanya...mulusss, hampir tidak menjumpai jalan yang berlobang atau sedang direhab. Gimana caranya ya....??
Plang Lalu Lintas Menuju Kota Bourdeux |
Melewati kota Tour, jadi teringat lomba balap sepeda Tour de France yang sangat terkenal. Untuk menghindari pembengkaan konsumsi dalam rangka makan siang atau makan malam, sasaran pertama yang dicari di setiap persinggahan di suatu kota adalah makanan fastfoot, KFC, atau yang sejenisnya. Selain harga murah meriah dan menu-nya jelas, lebih gampang membedakan antara poulet dan porc, ayam atau babi. Restoran cepat saji dapat ditemukan di kota kecil Bayone.
Letak nya cukup strategis di perempatan jalan besar dengan papan besar dan dari jauh sudah terlihat.
Secara geografis, dari kota ini rute bisa langsung ke arah barat menuju Madrid, tetapi kami pingin mencoba rute lain ke arah utara, melewati kota San Sebastian. Mengingatkan akan kota yang masih menyimpan masalah bagi negara Spanyol, gerilyawan Basque. San Sebastian adalah kota yang terletak di pantai utara daratan Eropa-Spanyol.
Tidak banyak waktu untuk menikmati pemandangan kota ini karena tujuannya hanya untuk numpang lewat saja. Apalagi hari sudah sore. Selepas kota San Sebastian, perjalanan dilanjutkan ke arah selatan. Untuk penginapan diharapkan dapat menemukan tempat yang nyaman dan layak untuk istirahat, mengingat sudah dua malam tidur ala kadarnya. Sampai-lah di suatu tempat bernama Salsasua, desa kecil di lereng pegunungan di Spanyol tengah. Saking terpencilnya desa ini, di peta-pun tidak ditemukan lokasinya. Waktu masih sore, udara masih cukup terang. Setelah cek-in di salah satu penginapan, beruntung sekali kalau terlambat beberapa menit saja resepsionis sudah keburu pulang.
Jembatan Lama |
Untuk mengisi waktu kosong menjelang magrib, kami untuk melihat suasana desa sekitar. Secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang lelaki tengah baya sedang bersepeda santai. Say helo-pun dilakukan dan basa-basi sebentar, terjadilah pembicaraan singkat, bahwa dia seorang guru SD dan pernah ke Indonesia mengunjungi Tana Toraja. Alamak...di desa yang di peta-pun nggak tercantum, ada seseorang yang menginjak daerah wisata yang terletak ratusan kilometer di utara Makasar, saya sendiri belum tahu, belum pernah kesana. Dalam hati sempat berjanji, pada suatu saat nanti harus bisa kesana. Alhamdulillah keinginan terpenuhi, beberapa tahun kemudian bersama-sama keluarga kami diberi kesempatan untuk menyaksikan dan menikmati keindahan Tana Toraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar