Sabtu, 03 Juli 2010

Europe Tour [5].pisa.vatikan.

Hari ke-9. Pisa. Menton adalah kota terakhir di Perancis sebelum memasuki wilayah Italia. Perbatasan antar kedua negara di pisahkan dengan bangunan pintu-pintu imigrasi untuk memeriksa visa bagi warga luar Italia yang masuk ke wilayahnya. Ada 5 pintu gerbang yang melayani pengunjung. Ya memang...pada saat itu...Italia belum tergabung pada Uni Eropa, sehingga masih harus ngurus ke konsulat yang ada di Stuttgart.

Perbatasan Perancis-Italia


Penginapan di Marinaa Carera
Marina Carerra setingkat kota kecamatan, tidak terlalu besar untuk daerah wisata pantai. Penginapan yang kami pilih tidak jelek. Bangunan lama warna krem desain kotak. Sayang sekali kamar-kamar untuk klas backpaker tidak ada di bangunan utama, tetapi ada di bangunan lain di belakang. Satu kamar berisi beberapa tempat tidur singgle. Tidak masalah yang penting bisa tidur nyenyak.
Bangun pagi kondisi fisik masih segar. Sarapan pagi sudah disiapkan pihak penginapan. Seperti biasa, penataan ransel-ransel di bagasi dirapikan di mobil. Agusta mengecek kondisi selang radiator, yang dua hari yang lalu diganti. Masih bagus. Ok...go head.

Nomor Polisi Mobil di Kota Pisa
Tujuan terdekat selanjutnya adalah Pisa. Siapa yang tidak tahu menara miring-nya. Awalnya saya beranggapan bahwa Pisa nama menara tersebut, yang benar adalah nama kota. Karena menara miring terletak di kota ini, untuk memudahkan digandengkan dengan nama menara-nya. Menara miring merupakan salah satu bangunan dari empat bangunan di area katedral Baptistry of St. John seluas lebih kurang 4-5 ha, tidak termasuk makam yang terletak di pojok. Tempat parkir tidak terlalu jauh dengan pintu gerbang katedral yang terletak di Piasa dei Miracoli dan Piasa dei Duomo. Sebelum masuk ke pelataran katedral sempat tertegun sejenak, lho koq ada mobil wilayah karesidenan Surakarta ada di sini. Rupanya mobil Marcedes Benz keluaran terbaru dengan plat AD156DH sedang mencari tempat parkir. AD merupakan plat nomor polisi di salah wilayah karesidenan di Jateng.



Diantara keempat bangunan kokoh yang paling unik adalah menara lonceng langsing yang terletak di sisi sebelah timur komplek. Yang selanjutnya diidentikan dengan menara Pisa (Torre pendente di Pisa). Bangunan lain, katedral yang berdiri kokoh dan lebih besar. Ada lagi menara yang lebih tambun dan lebih pendek dari menara lonceng. Bangunan lain yang paling besar berbentuk kotak yang merupakan pemakaman (camposanto). Dibangun pada abad 11 dengan lama pembangunan 200-an tahun, tinggi menara adalah 55 meter di desain oleh seorang arsitek bernama Guglielmo atau Dioatisalvi (mungkin nama samaran ?). Kemiringan menara memang sangat mengkhawatirkan, konon disebabkan karena kondisi struktur tanah yang labil untuk mendukung struktur bangunan berbobot 10.000 ton lebih. Tentu saja para ahli bangunan negara Italia tidak tinggal diam untuk menghadapi kondisi ini. Beberapa usaha sudah dilakukan, salah satu diantaranya adalah memasukan tiang penyangga pada pondasi bangunan di satu sisi dan menariknya di sisi yang lain. Pada saat ini pengunjung tidak diperbolehkan untuk naik, bahkan memasuki bangunan.





Karena masih dalam proses renovasi dan pembangunan lain, terlihat beberapa theodolit terpasang di lantai 1 menara. Katedral sebagai bagian bangunan lain juga tidak kalah megahnya, bangunan dengan stile Gothic. Banyak pengunjung masuk ke gereja menikmati keindahkan arsitektur interior bangunan. Indah sekali.
Di sepanjang jalan dei Miracolli berjejer rapi toko-toko berjualan souvenir, kaos, gantungan kunci miniatur menara Pisa dan lain-lain. Harganya tidak terlalu jauh nilainya dengan rupiah, karena kurs lira terhadap $US juga rendah. Serombongan motor besar sedang beristirahat, sebagian besar motor buatan Eropa. Dua jam merupakakan waktu yang cukup singkat untuk menikmati keindahan kota Pisa. Sebenarnya masih banyak obyek lain, universitas Pisa yang terletak tidak lebih dari 700 meter dari menara Pisa, terletak di sungai Pisa di jalan Lungamo Antonio Paccinoti. Bagaimanapun waktu yang harus memisahkan kami harus meninggalkan kota Pisa.

Salah Satu Jalan Negara di Italia Bagian Selatan

Perjalanan selanjutnya ke kota Roma melalui Livorno, Grosetto, diharapkan kami bisa menginap di Roma. Rute melalui jalur barat menyusuri jalan-jalan pantai memberikan sensasi tersendiri. Betapa tidak, karena kondisi topografi yang terdiri dari bukit-bukit karang terjal, dibuatlah jalan yang mampu menembus dinding-dinding karang tersebut. Sangat banyak sekali jalan melewati terowongan dengan berbagai variasi panjang yang berbeda-beda. Satu ketika jeda masuk dan keluar tidak sampai 2-3 menit, di waktu lain memerlukan waktu 10 menit lebih. Sebelah kiri dinding terjal menjulang tinggi, di sisi kanan dinding terjal juga menjulang tinggi tetapi kebawah, alias jurang. Sensasional.
Menjelang sore rombongan sudah masuk kota Roma. Masih ada waktu untuk mengunjungi Vatikan, negara di dalam negara, negara kota, mungkin negara terkecil di dunia,luasnya 50-an ha.


Jalan menuju Basilika Santo Petro, bangunan utama negara Vatikan, merupakan jalan besar Via della Concialliazione, di sisi kiri dan kanan disediakan khusus pejalan kaki. Di per-4-an jalan Via Rusticucci, kami sempat bertemu rombongan pengunjung berwajah melayu. Dengan yakin sekali kami mencoba menyapa mereka...e...e nggak tahunya filipino, warga Filipina. Memang mirip nian dan beralasan, karena sebagian besar warga Filipina merupakan penganut Katholik Roma.

Basilika Santo Petrus

Basilika Santo Petro merupakan plasa terbuka berbentuk oval melingkar seluas 1,5-an ha, di tengah berdiri tugu menara setinggi 12 meter-an. Lantai terbuat dari batu persegi 10x10 cm dipasang membujur simetris ke arah pusat. Saat ini suasana relatif sepi, serombongan peziarah/ pengunjung dan dipimpin oleh seorang pastor berdoa ke arah bangunan utama. Rombongan lain sedang berfoto dengan latar belakang bangunan depan. Di sisi lain tampak seorang pastur sedang jongkok dengan khusuk menghadap altar bangunan depan gedung.

Sebagian Jemaat Dari Mancanegara Sedang Berdoa

Seorang Jemaat Khusuk Berdoa

Bangunan terdiri dari pilar-pilar kokoh setinggi 5-6 meter yang berjajar dari utara ke selatan. Dan bahkan sekeliling bangunan yang melingkar oval lapangan Santo Petro. Pada bangunan depan terdiri dari 3 lantai yang tidak sama tingginya, dimana lantai dasar yang paling tinggi. Pilar-pilar tersebut membentang dari lantai dasar sampai lantai kedua. Diantara lantai 2-3 terpampang tulisan latin memanjang yang tentu saja tidak tahu artinya. Diantara pilar-pilar tersebut ada jendela dan pintu serselang-seling. Di salah satu jendela yang terletak di tengah inilah tempat Paus biasa menyapa jamaah-nya pada waktu-waktu tertentu, Natal atau hari-hari suci yang lain. Ada yang aneh, di tugu yang berdiri di tengah sepasang kekasih sedang berasik masyuk sementara beberapa burung dara menyaksikannya. Lho koq......memang Italia memang beda, tidak seperti yang dibayangkan.
Di ujung sebelah kiri bangunan utama, berdiri 2-3 penjaga keamanan (security service). Vatikan merupakan negara yang tidak punya tentara. Konon penjaga keamanan sebagian besar merupakan warna negara Swiss, negara yang dikenal netral. Ditilik dari pakaiannya, memang lebih terkesan penjaga untuk konsumsi pariwisata, daripada penjaga keamanan. Saya dan Kalveyn sempat berbincang-bincang sejenak dengan salah satu diantara mereka, dan diperbolehkan mengambil foto.
Waktu berjalan, matahari sudah berangsur turun ke arah barat. Kami harus meninggalkan Vatikan untuk mencari penginapan. Kota Roma kota yang tua dengan lalulintas yang agak semrawut dibanding dengan kota-kota besar di Eropa. Dan kedisiplinan masih kalah dengan Jerman. Pengendara motor banyak yang tidak menggunakan helm. Di beberapa perempatan tampak pengemis meminta-minta. Seperti di perempatan CSW,Blok M. Aneh. Seseorang berperawakan preman membawa pembersih kaca dan menawarkan kepada beberapa pengemudi untuk membersihkan kaca depan. Keadaan yang hampir sama di Amsterdam, tidak di Berlin.

Security Servise dari Swiss

Sebelum menuju penginapan Agusta masih sempat sighseeing melihat kota Roma di malam hari. Di salah satu wilayah (lupa namanya), dilihat dari banyaknya bangunan flat-flat di seklilingnya kelihatannya pemukiman padat, terdapat lapangan terbuka di mana dibangun bangunan umum berupa patung-patung dan air yang mengalir. Sudah banyak sekali pengunjung yang ada. Di tengah malam dengan disinari lampu-lampu yang ditempatkan diantara banyak patung-patung, semakin menambah keindahan suasana tempat tersebut. It's very beautiful..... sayang tidak sempat diabadikan, tidak ada kamera.
Kali ini kami menginap di bekas penginapan atlet pada saat Roma menjadi tuan rumah Olympiade tahun 1960. Jam sudah menunjukkan jam 19.00 wr (waktu roma). Mandi dan makan....selanjutnya tidur.....zzz...zzzzttt.

Tidak ada komentar: